Larasati masih bergandengan tangan pada Dika sambil menunggu giliran mereka untuk naik ke wahana permainan itu.
"Dik, bisa lepaskan ini," pintanya.
"Kenapa? Bukannya kita sedang pacaran," tanyanya tak ingin melepas genggamannya.
"Kita cuma pura-pura, kau hanya perlu mengajari ku saja," jawab Larasati.
"Mengajari juga harus dipraktekkan," balasnya.
"Tapi aku risih, semua orang melihat ke arah kita," bisik Larasati. Dika ikut melihat ke sekitar, memang banyak yang memandangi mereka berdua tapi Dika tak peduli dengan itu.
Banyak mata memandang pasangan ini. Itu membuat Larasati kurang nyaman jika harus bergandengan tangan dengannya terlalu lama. Apalagi ia mendengar bisikan-bisikan dari dua gadis yang ada disebelahnya.
"Heh heh liat cowok itu sangat tampan terlihat sempurna tapi cewek nya kok begitu," bisik cewek ber-rok pada temannya.
Larasati yang mendengarnya beralih melihat penampilannya sendiri. "Emang kenapa dengan diri ku?" pikirnya.
"Cewek nya biasa aja tak cocok bersanding dengannya, coba kalau itu aku," ucap cewek yang satunya.
Dika juga mendengar omongan dia gadis itu lalu melihat ke arah Larasati yang tampak ngedumel sendiri.
"Dua gadis itu banyak bicara sekali, sukanya mengkritik aja mending pakaian ku sederhana dan leluasa dipakai. Dari pada kalian baju aja kurang bahan," ucap Larasati lirih sambil melirik kearah mereka.
Dika tertawa kecil melihat tingkah Larasati yang begitu. Ia melihat ke sekitar dan tiba-tiba meninggalkan Larasati ditengah antrian, itu membuat dua gadis yang membicarakannya tersenyum puas.
"Lihat cowoknya sekarang ninggalin dia sendiri, pasti cowoknya malu makanya pergi," duga si cewek ber-rok.
Larasati pun menjadi semakin tak nyaman dan ingin ikut pergi juga dari sana. Tapi tiba-tiba tangannya ditarik dan Larasati melihat Dika lah yang menariknya.
"Kau mau kemana?" tanya Dika padanya.
Larasati terdiam.
"Ini untuk mu," ucap Dika memberikan sebuah permen kapas padanya.
"Permen kapas? Cuma satu untuk mu tidak?" tanyanya.
"Tak usah kita makan bersama saja biar makin romantis," jawabnya sambil menggoda.
Dua gadis tadi terkejut melihat Dika yang bilang begitu sambil mengusap kepala sang gadis.
"Mereka beneran pacaran, kita pergi aja yuk," ucap gadis satunya sambil menarik temannya untuk pergi.
"Heh," kesal gadis ber-rok melihat mereka berdua.
Kembali ke tempat antrian. "Mau ngapain? Ada sesuatu di kepala ku?" tanya Larasati karena Dika tiba-tiba mengusap kepalanya.
"Tidak, ayo masuk sudah giliran kita," jawabnya.
"Oh," ucap Larasati sambil berjalan.
Mereka berdua masuk ke dalam keranjang Bianglala. Dika duduk terlebih dahulu dan berharap Larasati akan duduk di sebelahnya namun ternyata ia lebih memilih duduk didepannya sedikit lebih jauh disamping jendela.
"Kenapa kamu duduk di sana?" tanyanya sedikit kecewa.
"Aku ingin melihat pemandangan malam," jawab Larasati sambil menengok.
Bianglala pun berputar perlahan. Dika yang duduk berjauhan dengan Larasati, ingin mendekat padanya. Ia pun bangkit dan berjalan, namun bianglala tiba-tiba berhenti dan itu membuat Dika terkejut hingga jatuh hampir menubruk Larasati. Larasati yang terkejut melihat kearah Dika yang sudah berpegangan pada sisi bianglala diatasnya.
Mereka saling pandang dalam diam, dimana mata mereka saling bertemu. Bianglala berjalan kembali dan itu kembali mengejutkan mereka. Dika kembali terjatuh dan kali ini hampir berciuman dengannya. Larasati yang sigap langsung menempelkan permen kapas ditengah mereka untuk menjadi penghalang.
"Ehem." Dehemen Larasati membuat Dika tersadar.
Dika langsung menjauh dan duduk di sebelahnya. Jantung Dika berdegup kencang begitu juga Larasati. Mereka berdua saling diam cukup lama.
"Ya ampun mengejutkan ku saja, rasanya mau copot nih jantung," batin Larasati sambil menarik nafas.
Larasati sedikit melirik kearah Dika. Terlihat ia masih mengontrol nafasnya yang tak beraturan. Suasana di dalam keranjang Bianglala yang tadinya dingin karena angin malam mendadak panas. Bianglala akhirnya berhenti. Dika dengan cepat turun dari sana dan disusul Larasati.
"Ras, aku ke toilet sebentar," izinnya.
"Hem." Larasati mengangguk.
Sambil menunggu Dika kembali dari kamar mandi, Larasati memilih untuk berjalan di sekitar dan menjumpai toko aksesoris. Ia melihat ada gantungan monster kecil yang begitu unik dan lucu. Ia tertarik dengannya dan langsung mengambilnya. Setelah membayar dan menerima barangnya, ia kembali menunggu di bangku depan toko tersebut.
Dika belum kembali juga. Larasati memandangi sekitar dan tiba-tiba datanglah dua gadis tadi yang sempat membicarakan dirinya.
"Kakak, maaf tadi kita salah. Dia memang pacar mu yang sangat baik dan tampan, aku iri dengan mu," ucap gadis ber-rok meminta maaf.
"Hah kita bu_" Larasati bingung dan ingin menyangkalnya, namun mereka berdua segera pamit.
"Kita permisi dulu kak," pamit mereka buru-buru.
"Eh." Larasati menggaruk kepalanya tak mengerti dengan dua gadis tadi.
Mereka berdua langsung pergi begitu saja karena melihat Dika yang sudah kembali dan berjalan menghampiri gadisnya.
"Kenapa dengan mereka?" tanya Dika dari belakang Larasati.
"Entahlah dia minta maaf tadi," jawabnya.
"Owh." Dika mengerti.
"Ayo kita pulang, sudah hampir pukul 10 malam, aku tak mau dimarahi ibuku," ajak Larasati padanya.
"Ah ya sudah," ucap Dika setuju.
Mereka berdua berjalan bersama hingga sampai diparkiran. Sebenarnya Dika masih ingin berlama-lama dengan Larasati. Tapi mengingat waktu yang semakin larut dan itu tak pantas untuk Larasati, akhirnya ia mengalah.
"Kau naik apa tadi?" Dika lagi-lagi bertanya padanya.
"Motor, kau?" tanya balik Larasati.
"Sama," jawabnya.
"Ya sudah kita pulang sendiri-sendiri saja," ujar Larasati sambil memakai helmnya.
"Kau berani pulang jam segini," ucap Dika sedikit khawatir.
"Hee emang aku terlihat penakut?" tanyanya.
"Tidak juga terbukti dari rumah hantu tadi," jawabnya.
"Nah itu," balas Larasati cepat.
"Oh iya ini untuk mu." Larasati mengambil sesuatu yang dibelinya tadi dari dalam tasnya.
"Apa ini?" Dika melihat kotak kecil yang baru saja diterimanya dan membukanya.
"Hadiah kecil, aku sudah dapat banyak dari mu tapi aku belum memberimu apa-apa. Cuma hadiah 10.000 saja tak mahal aku tak punya uang banyak soalnya," jawabnya jujur.
"Owh, thanks ya," ucap Dika senang.
"Hem, ya sudah aku pergi dulu. Larasati mengangguk lalu pamit dan mulai menjalankan motornya.
"Hati-hati dan sampai jumpa besok!" teriak Dika walau entah didengar oleh Larasati atau tidak.
Larasati pergi terlebih dahulu dengan motornya. Lima menit setelah kepergian Larasati, Dika pun pergi sambil tersenyum melihat gantungan kunci yang diberikan Larasati tadi. Di jalan Larasati, teringat dengan pesan adiknya untuk membeli martabak. Ia pun mampir terlebih dahulu untuk membeli martabak depan minimarket.
...--------❤️--------...
Di rumah, Bu Jumi masih menunggu anaknya pulang. Ia sedikit kesal juga dengan Salma yang malah tidur sebelum sholat isya. Ibunya sudah berusaha membangunkannya tapi Salma tak kunjung bangun juga. Sekitar jam 10 Larasati sampai dirumahnya. Ia masuk sambil menenteng sekotak martabak yang dibelinya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam, pulang juga kamu," balas ibunya menghampiri.
"Sal!!! bangun kakakmu bawa pesanan mu nih," teriak sang ibu agar adiknya terbangun.
"Biar aku aja Bu," ucap Larasati.
"Sana bangunin adek mu, disuruh sholat malah ke pulau kapuk," suruh ibunya.
"Huh kebiasaan," ucap Larasati sambil berjalan menuju kamarnya.
"Sal, bangun sholat ada martabak tuh," ucap Larasati sambil menggoyangkan tubuh adiknya. Ia lalu membuka lemari untuk mengganti pakaiannya.
"Sal," panggilnya.
"Hoam, dah pulang kak," ucap Salma yang sudah perlahan bangun.
"Iya, cepet bangun, sholat tuh martabak jangan lupa di makan. Kakak mau ganti baju dulu," suruh Larasati padanya.
"Hem." Dengan malas, Salma bangun dan langsung melaksanakan kewajibannya yang tertunda. Sementara Larasati membuka laptopnya untuk melanjutkan menulis.
Malam Minggu pertama kali baginya terkesan cukup indah di hatinya. Begitu juga Dika yang sudah sampai rumah dan berada di kamarnya. Ia membayangkan momen yang cukup membuat dirinya tak bisa mengontrol diri tadi. Jujur dulu saat dirinya berpacaran dengan gadis yang sudah menjadi mantannya sekarang, ia tak pernah merasakan jantungnya berdegup sangat kencang seperti itu.
Kembali ke Larasati. Setelah selesai menulis, ia akhirnya tertidur. Salma yang baru saja selesai sholat, mendesah melihat kakaknya yang sudah tertidur pulas di kasur.
"Yah gak ada yang nemenin begadang," keluhnya sambil membuka buku dan memasang earphone nya.
Bersambung.....❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤
yuukk aku yg tmnin begadang 🤭🤭
2024-03-08
2
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤
deg deg serrr y🤭
2024-03-08
2
JW🦅MA
gak bisa bicara ya kok gitu
2024-02-25
2