Assalamualaikum Jodoh

Assalamualaikum Jodoh

Drakor Lovers

Ayuna Maulida. Seorang gadis berhijab yang lebih akrab dipanggil Yuna. Ia dijuluki sebagai drakor lovers, karena hobinya yang suka menonton drama Korea. Meskipun begitu, ia adalah sosok gadis yang senantiasa menunaikan kewajibannya sebagai seorang Muslimah. Karena menjadi drakor lovers bukanlah sebuah dosa. Menonton drama Korea hanyalah sebuah kesenangan atau hobi, yang tentunya mubah dalam pandangan Islam. Sedangkan menunaikan Shalat adalah sebuah kewajiban.

Rakaat demi rakaat ia tunaikan dengan khusuk sebagai makmuk di shaf wanita pada Shalat fardu dhuhur di musholla kantor itu.

Setelah salam, beberapa jamaah sudah menghambur keluar, ada juga yang masih merapikan penampilan, sedangkan Yuna masih melantunkan beberapa dzikir sesudah sholat kemudian berdoa dengan khusuk.

“Aamiin.” Ucapanya lirih lalu mengusap wajah. Ia menoleh ke sebelah kanan tempat sahabatnya berada. Mengulurkan tangan lalu disambut olah gadis bernama Wanda itu. Kemudian ia melakukan hal yang sama ke beberapa kolega kantornya.

“Loh, Na! Kamu Shalat juga toh?” celetuk Wina.

“Iya Win. Kenapa?” Yuna keheranan. Setelah beberapa tahun kerja di kantor tersebut dan Shalat berjamaah di musholla kantor itu, pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang mengagetkan untuknya. Bukan karena sombong, tapi bukannkah mereka akan sering bertemu di tempat suci ini jika jam sholat berlangsung? Kenapa masih bertanya?.

“Aku pikir kamu gak akan Shalat gara-gara suka nonton drakor!.” Jelas Wina setengah meledek.

“Ha? Maksud kamu?” Yuna mulai merasa tersinggung.

“Di drakor kan gak ada yang Shalat, siapa tau kamu juga ikut-ikutan.” Jelas Wina kemudian. Kali ini, Yuna benar-benar sudah tersinggung, namun ia masih berusaha menahan amarah.

“Astaghfirullah Wina! Apa kamu pikir karena drakor, aku akan lupa agamaku? Kamu pikir orang yang suka drakor gak pantas untuk Shalat?”

“Ya, kan aku bilang siapa tau. Udah gak heran kan kalau ada orang yang terpengaruh sama apa yang mereka suka!”

“Kenapa di matamu drakor seburuk itu? Gara-gara nonton drakor bisa bikin orang jadi lupa shalatnya, lupa agamanya?. Belum tentu. Kita sebagai penikmat drakor menjadikan itu sebagai hiburan, bukan sesembahan. Trus gimana menurut kamu sama orang yang suka bollywood, Hollywood bahkan sinetron di televisi kita? Mereka juga gak shalat, gak menampilkan adegan ibadah. Apa di matamu, mereka yang nonton juga gak shalat? Belum tentu kan?.” Yuna akhirnya meledakkan kekesalannya.

Ia menarik napas panjang kemudian beristighfar, “tolong ya jangan ada yang berkomentar seperti ini lagi. Urusan aku suka drakor itu hobiku, urusan aku Shalat itu urusanku sama tuhanku. Kalian bebas mencela hobiku, tapi jangan kalian kait-kaitkan dengan ibadahku.” Pesan Yuna kepada Wina dan beberapa teman akrab Wina yang juga menyaksikan perdebatan itu.

“Iya Win. Selama ini Yuna shalat bersama kita kok disini. Kamu harus minta maaf sama dia.” Ujar Meli memberitahu temannya itu. Sejujurnya. Wina baru kali ini menginjakkan kaki di musholla tersebut, setelah beberapa tahun bekerja di perusahaan ini. Ia baru memulai hijrahnya, ia baru ingin merutinkan kembali Shalat lima waktunya. Jadi ia tidak tahu jika selama jam Shalat, gadis yang dijuluki drakor lovers itu ternyata menjadi jamaah di musholla ini juga.

“Oalah begitu, ya maaf. Aku tidak tau.” Wina tersipu malu.

“Makanya kalau gak tau apa-apa, gak usah nyinyir!” Wanda tiba-tiba nyalang, tidak terima sahabatnya mendapat nyinyiran itu.

“Ya maaf. Aku kan baru masuk di musholla ini. Jadi aku gak tau kalau Yuna juga Shalat.” Wina membela diri.

“Ya maaf, ya maaf. Udah nyakitin hati orang, minta maafnya gak bener lagi!” Wanda si gadis emosian itu membentak.

“Udah! Gak apa-apa Da,” Yuna menengahi Wanda. Kalau gadis itu tidak dicegah maka akan semakin panjang perdebatannya.

“Aku kesel Na, sama orang-orang seperti Wina ini. Drakor itu tontonan khalayak, setiap orang punya hak untuk nonton dan suka, dan kamu gak punya hak untuk melarang bahkan membulli. Kalau kamu gak suka, udah diam aja. Apa kamu yakin gak akan nonton drakor juga suatu saat?” Wanda semakin merepet.

“Gak akan.” Wina tak mau kalah, “aku gak akan terpengaruh tontonan itu. Aku cinta karya anak bangsa.”

“Oke. Itu hakmu. Tapi awas aja kalau suatu saat kamu nonton drakor, aku akan menjadi orang pertama yang nyinyirin kamu!.” Ancam Wanda. Sedangkan Wina tak acuh.

“Huh!” dengus Wanda, Yuna menarik lengan sahabatnya itu untuk kembali ke tempatnya semula. Karena perdebatan tadi membuat mereka lupa untuk membereskan mukena yang masih mereka kenakan.

Wanda terus saja uring-uringan melontarkan umpatan kekesalan pada Wina.

“Udahlah. Gak usah diingat lagi. Aku aja udah ikhlasin kok.” Ucap Yuna menenangkan sahabatnya itu selagi mereka melipat mukena kedalam tas kecil lalu mengenakan hijab masing-masing.

 “Kamu aja sih yang terlalu lugu. Kalau aku yang digituin, udah ku jambakin jilbabnya.” Ungkap Wanda.

“Kita masih di musholah tau.” Yuna mengingatkan.

“Astaghfirullah.” Wanda baru saja sadar. Emosinya memang setinggi itu sampai membuatnya lupa masih berada di tempat suci.

Yuna menggeleng tak habis pikir dengan kepribadian sahabatnya.

Setelah mengenakan hijab lalu merapikan kembali pakaiannya, kedua gadis itu beringsut dari tempatnya lalu berjalan keluar musholla.

“Na, kenapa sih setiap ada yang nyinyirin, kamu tuh santai aja ngadepinnya? Gak emosi kayak aku. Emang kamu gak sakit hati apa?” wanda memulai kembali obrolannya.

“Ya sakit lah, makanya tadi aku ngomel-ngomel begitu. Lagi pula itu kan sudah menjadi konsekuensi menyukai sesuatu. Kalau tidak diterima ya berarti ditolak. Kalau tidak didukung berarti akan dibulli.”

“Kalau menurutku segitu belum cukup. Apalagi si Wina itu kan baru masuk musholla, udh berani nyinyir gitu. Kalau aku, udah ku judesin tujuh hari tujuh malam.”

“Udahlah, gak ada untungnya juga ngeladenin orang yang nyinyir ke kita. Bikin capek aja kan. Karena mereka yang nyinyir suatu saat juga akan berhenti sendiri. Dan suatu saat akan menerima bahkan menyukai drakor kalau hatinya sudah lapang. Mungkin hati mereka lagi sempit aja kali, jadinya begitu.” Jelas Yuna.

“Oya. Makasih ya, udah jadi sahabat yang baik. Tidak mencelaku menyukai drakor, bahkan menjadi orang pertama yang ngebelain aku kalau ada yang nyinyirin. Makasih Wanda.” Yuna merangkul tubuh sahabatnya tersebut.

“Sudah seharusnya begitu kan. Sebagai sahabat tentu aku akan membelamu, walau kadang aku juga suka heran setiap kamu nonton drakor, karakter cowok idamanmu pasti berubah-ubah.” Balas Wanda dengan keluhan kecil pada Yuna, sedangkan gadis itu hanya cengengesan.

“Ya seperti itulah drakor lovers Da, kita suka bergonta-ganti cowok idaman sesuai drama yang kita nonton. Bahkan kita pernah ingin berganti profesi saking bapernya. Meskipun begitu, aku tetap cinta Ji chang wook kok.” Yuna berbicara sok manis sampai membuat Wanda enek hingga melepaskan rangkulan dengan paksa.

“Tapi sampai kapan kamu akan menyukai cowok-cowok dalam drama itu? Kamu harus cari cowok dalam dunia nyata.” Protes Wanda.

“Gak ada yang bisa bikin aku jatuh cinta sih.”

“Itu karena karakter cowok idamanmu seperti oppa-oppa Korea. Ya mana ada di negara ini!”

“Walau gak setampan oppa-oppa drakor, aku berharap ada cowok yang karakternya seperti para oppa, yang sikapnya manis, tegas, pekerja keras dan yang lebih penting, bersungguh-sungguh dalam cinta.”

“Memangnya masih ada cowok seperti itu jaman sekarang?.” Umpat Wanda. Terkadang kesabarannya terkuras jika membahas masalah karakter pria dalam drama dan realita bersama Yuna yang sudah terobsesi drama itu.

“Karena cowok seperti itu sudah langka, makanya aku perlu hati-hati dalam memilih pasangan. Jadi jangan heran kalau sampai saat ini aku masih jomlo. Oke?!.”

“Tapi ngomong-ngomong, kapan kamu akan nikah sama Ronald?” Yuna mengingat sosok pria yang berprofesi sebagai photografer yang berstatus sebagai pacar Wanda. Mereka sudah berpacaran selama dua tahun namun sampai saat ini belum tersiar kabar bahwa mereka akan segera menikah.

“Kok jadi bawa-bawa Ronald sih mbak-mbak drakor lovers ini?” keluh Wanda, wajahnya tiba-tiba memerah.

“Ya gimana ya, kamu kan udah ketemu sosok oppa dalam hidupmu, seharusnya cepat dihalalin dong. Masa udah dua tahun cuman pacaran doang, haram tau!.” Ledek Yuna, ia kemudian berlari kecil mendahului Wanda.

“Anjay, awas aja kamu.” Wanda sinis. Ia pun mempercepat langkah mengejar Yuna.

“Ampun Da, ampun, nanti aku traktir makan siang deh.”

---ooo---

Bersambung ...

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa readers yang budiman, syukron ☺️🙏

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

hai Thor salam kenal yaa dariku...
aku mampir niih, jangan lupa mampir juga di karyaku yaa..

2024-04-30

1

Anita Jenius

Anita Jenius

Salam kenal thor..

2024-04-11

1

naan

naan

nyinyir paga i Wina😌,

2024-02-20

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 61 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!