Tiga Sahabat

Setelah keluar dari musholla, dua sahabat perempuan itu berada di kantin untuk makan siang sebelum jam istirahat berakhir.

Seperti kata Yuna sebelumnya, ia yang membayar makan siang Wanda hari ini. Gadis itu memesan mie ayam sedangkan sahabatnya memesan nasi padang. Sembari membawa makanan mereka masin-masing, kedua sahabat itu mengedarkan pandangan mencari bangku kosong untuk menikmati makan siang dengan tenang.

“Astaga, Kasim.” Usai mengamati keadaan dalam kantin tersebut, Yuna baru menyadari sosok pemuda yang duduk di sudut ruangan ini seorang diri, ia kemudian saling pandang dengan Wanda  lalu tersenyum kecut. Perdebatan dengan Wina di musholah tadi membuatnya lupa dengan Kasim yang senantiasa menunggu mereka di meja kantin.

Mereka segera berjalan ke arah pemuda tersebut.

“Maaf ya cim, kita lama.” Yuna menyapa pemuda bernama Kasim itu dengan rasa bersalah. Kedua gadis itu pun duduk berhadapan di meja tersebut.

“Dari mana aja?.” Tanya sang pemuda sinis. Kebetulan ia sudah menunggu kedua gadis itu cukup lama.

“Tadi kita abis debat dulu sama orang.” Ungkap Yuna, kemudian ia mulai meracik persausan ke dalam mangkuk mie ayamnya.

“Siapa?”

“Wina.”

“Debat kenapa?”

“Dia nyinyirin Yuna.” Wanda langsung menyambar. Tidak sabar dengan jawaban Yuna yang singkat-singkat kepada Kasim, harusnya ia langsung meluapkan rasa jengkelnya begitu saja pada sahabat laki-lakinya itu.

“Dia bilang gini, loh kamu Shalat juga Na? Kirain kamu gak Shalat gara-gara suka nonton drakor.” Jelasnya kemudian.

“Idih, emang dia pikir orang yang nonton drakor gak ada yang Shalat apa?”

“Dia aja, baru mulai shalat udah songong.” makinya lagi.

“Kok ngamuk?” Kasim menautkan alis. Entah siapa yang dinyinyirin, siapa yang ngamuk. Tapi ya, begitulah Wanda yang ia kenal, meskipun emosian, tapi ia akan menjadi orang pertama yang selalu membela sahabatnya.

“Trus kalian jambakan dong?”

“Gak lah. Kamu tau kan Yuna kayak apa, dia mah santai aja biarpun dinyinyirin.” Jawab Yuna setengah kesal.

“Harusnya kamu dorong dia ke tangga.” Kasim mengompori.

“Itu sih kriminal!.”  Seru Yuna.

“Makanya, kalau ada yang nyinyir bales. Biar dia kapok.” Pesan pemuda itu.

“Ya gimana. Orang kita baru selesai shalat, masa gelut. Hilang dong pahala Shalat kita.” Ungkap Yuna segera. Meskipun ia memang tak pernah ngeladenin orang-orang yang nyinyir kepadanya, jawaban itulah satu-satunya tameng untuknya agar kedua sahabatnya yang emosian dan setengah emosian itu tidak kembali terpancing.

“Hm … ya udah.” Sahut Wanda pasrah. Kasim pun hanya mampu menghela napas ikhlas. Akhirnya mereka pun mulai menyantap makanan mereka masing-masing.

Yuna, Wanda dan Kasim adalah tiga sahabat di kantor ini. Pertemanan mereka tidak serta-merta terbentuk saat mulai bekerja disini, namun mereka sudah berteman lama sejak bangku kuliah. Meskipun sering kali Kasim mendapat ejekan karena berteman dengan perempuan, namun tak menyurutkan nya untuk tetap menjalin silaturahmi dengan kedua gadis itu.

Di saat alat makan saling beradu, tak ada lagi obrolan antara ketiganya. Suapan demi suapan saling bersautan.

Yuna tengah asik memantau ponselnya melanjutkan episode drakor sambil menikmati mie ayam di hadapannya. Wanda melumat nasi padang dengan ayam sambal hijau. Sedangkan Kasim telah menghabiskan makanannya terlebih dahulu.

“Kamu nonton drama apa Na?” Kasim penasaran. Drakor apa lagi yang disaksikan sahabatnya itu sampai membuatnya cekikikan ditengah mengunyah mie ayam.

“My demon Cim, seru banget.” Jawab gadis itu menoleh ke wajah Kasim sesaat.

“Oh, yang pemerannya Songkang itu kan?” tebak Kasim.

“Benar.” Yuna antusias, “kamu nonton juga?”

“Gak sih. Cuma pernah liat spoilernya di reels.” Pemuda itu menggeleng pelan. Walau tidak menjadi drakor lovers seperti Yuna, tapi Kasim adalah orang yang terbuka. Menghargai globalisasi dan menikmati semua perkembangan budaya dunia yang tentunya masih dalam kategori positif.

“Seru loh, kamu harus nonton. Kamu pasti bakalan suka.” Yuna mengompori.

“Itu genre fantasi kan?”

“Iya. Disini tuh dia jadi iblis tampan yang suka menawarkan perjanjian sama manusia. Ih kok malah aku spill sih, udah nonton aja.” Yuna membeberkan.

“Iblis tampan? Wah pasti banyak cewek-cewek yang terhasut.” Wanda ikut nimbrung.

“Nonton aja Da, seru loh, sifat iblisnya itu persis sama yang digambarkan dalam agama. Ia mengiming-imingi manusia hal-hal duniawi tapi jiwa orang itu yang menjadi tumbalnya. Asli, iblis banget. Tapi setelah jatuh cinta ya gitu deh, drakor banget.” Ungkap Yuna.

“Ya deh, nanti aku mau nonton juga.” Sahut Wanda.

“Hm, kalau dengar ada yang tampan-tampan aja, langsung kemakan.” Ledek Kasim.

“Sewot aja.” Nyinyir Wanda.

“Lah kenapa? Kita kan cewek normal dong kalau suka yang tampan-tampan?!.”

“Dasar cewek!” singgung Kasim. Kedua gadis di hadapannya itu langsung menatapnya tajam.

“Ops maaf.” Kasim tergelak mendapati reaksi kedua sahabatnya yang sudah pasti tersinggung itu.

“Oh iya, aku ada info loh untuk kalian.” Kasim mengingat tujuan utama pertemuannya hari ini.

“Apa?”

 “Pak Rangga akan diberhentikan.” Jawabnya segera. Pak Rangga  yang dimaksud Kasim adalah Direktur utama di kantor ini.

Ketiganya saling menatap.

“Berarti rumor perselingkuhan itu benar?” Wanda menebak. Belakangan memang tersiar kabar kalau Pak Rangga berselingkuh, tapi tidak ada bukti, begitu pun dengan siapa yang bercerita, tidak ada yang tahu.

“Tapi itu kan Cuma rumor.” Yuna menepis.

“Bisa jadi sih. Tidak mungkin Pak Rangga akan diberhentikan kalau rumor itu tidak benar.” Kasim membenarkan.

“Sayang banget ya, padahal Pak Rangga udah lama disini.” Gumam Yuna lalu mengunyah makanan terakhir di mangkuknya.

“Tapi aku setuju banget kalau Pak Rangga diberhentikan atau dipindahkan atau apapun itu, soalnya dia tidak ramah.” Ulas Kasim.

“Iya. Aku juga setuju kalau Pak Rangga berhenti.” Wanda menimpali, “soalnya aku pernah dicolek sama dia. Ih!” Wanda bergidik ngeri.

“Dan, kalian tau? Penggantinya nanti, anaknya Pak Hendi.” Kasim kembali memberikan informasi. Pak Hendi adalah komisaris perusahaan ini.

“Pak Denis maksudmu? Atasanmu itu?.” Yuna menautkan alis. Kebetulan Kasim adalah staff keuangan dan Denis yang di maksudnya adalah direktur keuangan.

“Iya. Maksudmu dia akan naik jabatan jadi Direktur utama?” Wanda ikut bingung. Gadis itu pun mengunyah habis makanan di piringnya.

“Kayaknya sih bukan. Saudaranya kalau gak salah. Pokoknya bukan Pak Denis.” Kasim menjelaskan sesuai informasi yang ia tahu.

“Jadi, ada dua anak Pak Hendi yang menjabat disini?”

“Ya, mungkin seperti itu. Namanya juga kan penerus perusahaan ya harus keturunan Pak Hendi lah.” Kasim menuturkan.

“Semoga  anak Pak Hendi itu masih muda trus tampan, kayak bos-bos muda di drakor ya Na.” Harap Wanda sambil menengadahkan tangan. Yuna pun mengangguk antusias sambil mengaminkan harapan sahabatnya.

“Trus cowokmu?” sergah Kasim.

“Ya gak apa-apa kan. Aku sama Ronald juga belum tentu jodoh. Lagian kalau ada cowok ganteng di kantor ini kan kita jadi makin semangat kerjanya.” Balas Wanda cengar-cengir. Yuna pun mangut-mangut.

“Emang kalian gak liat disini ada cowok ganteng?” Kasim mengalihkan perhatian lalu menyugar rambutnya.

“Idih!” Kedua gadis itu bergidik lalu menghambur meninggalkan meja kantin yang meninggalkan Kasim di sana.

“Oy! Udah dikasi info bukannya terimakasih malah melengos aja.”

Terpopuler

Comments

Sri Lestari

Sri Lestari

yee, ketemu orang2 yang punya hoby sama. terimakasih sudah mampir di cerita saya 🙏 semoga suka yaa

2024-02-18

0

Eka Awa

Eka Awa

aq pun pecinta drakor dan drachin thor🤗
semangat

2024-02-17

1

musfirah

musfirah

aku juga suka 😂

2024-01-23

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 61 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!