Dosen Bucinku
Prolog
Pesan: segala kesamaan nama, tempat, organisasi, alur yang ada di novel ini hanyalah fiksi atau karangan cerita belaka yang di halu oleh author.
“Papa yakin?” Tanya seorang gadis kepada pria paruh baya di depannya.
Raut wajah khawatir tidak dapat disembunyikan. Perasaannya tidak enak saat papanya mengatakan akan melakukan investasi.
“Papa yakin, kemarin papa sudah coba di angka kecil dan lihat hasilnya” jawabnya.
“Tapi kan pa, banyak penipuan kayak gitu. Awalnya dapat hasil lalu kalo main lagi dengan jumlah uang lebih besar itu pasti hasilnya zonk” jelas gadis itu tidak mau kalah.
“Kamu ini banyak berita gak bener, sudah yakin sama papa”
“Pa dipikir lagi lah”
“Udah pokoknya kamu percaya, nanti kalo sudah dapat hasil kamu langsung lunasi upp kamu”
“Papa korbanin uang kuliah ku juga!!”Gadis itu terkejut bukan main.
Bagaimana bisa sang papa menggunakan uang kuliahnya untuk main investasi yang belum jelas keasliannya.
“Papa!”
“Sudah biarin aja papa mu, lagian uang kuliah mu tuh besar. Dukung papa mu apa salahnya” celetuk seorang wanita.
Mendengar perkataan itu justru emosi nya semakin terpancing.
Gadis itu menghela nafasnya lelah.
“Mama mikir gak sih kalo ini tuh bahaya!” kesalnya.
“Ya kalo bahaya bukannya dari awal papa mu inves sudah ketipu, kamu berlebihan!”
“Berlebihan?”
“Mama pikir itu berlebihan? Ma ini gak jelas asal perusahaannya, gak jelas SOP nya!”
“Dan lagi, uang kuliah ku di pakai. Kalo ada masalah kuliah ku gimana?”
Mendengar kalimat terakhir putrinya, wanita tersebut meletakan alat masaknya dan membalikkan badannya. Keduanya saling berhadapan dengan saling menatap dengan tajam.
Gadis itu tak gentar menatap mamanya.
“Cuman kuliah, kuliah yang kamu pedulikan. Papa kamu selalu dukung kamu, tapi kamu? Enggak sekalipun dukung papa mu!”
“Ma! Aku peduli dengan papa dan aku kasih tahu karena sayang enggak mau papa kejebak”
“Serah kalian, aku capek!” putus gadis itu meninggalkan kedua orang tua nya.
Dia tidak memperdulikan teriakan dari sang papa yang memanggilnya.
___
Gadis dengan menenteng tas ransel miliknya masuk ke dalam rumah, hal pertama yang dia lihat adalah sang mama yang sedang menangis dan papanya terlihat berantakan.
Tanpa memperdulikan kedua orang tuanya, gadis itu langsung masuk setelah melepas sepatunya.
Terhitung sudah dua minggu dirinya tidak bertegur sapa dengan kedua orang tua nya.
Bukan perkara investasi yang dilakukan papanya, tetapi uang kuliahnya yang beneran di korbankan untuk itu.
“Bella!” panggil papanya.
“Bella capek, besok aja” jawab singkat gadis itu tanpa memandang atau membalik badannya.
“Kamu cuti kuliah aja” celetuk mamanya.
Langkah Bella terhenti, jantungnya terasa berdetak dengan cepat.
“Maksud mama?” Bella membalikkan badannya dan menatap nanar kedua orang tuanya.
Dia berharap ini semua hanya mimpi semata, yang setelah ini dia akan bangkit.
“Papa gagal investasi, uang kuliah kamu termasuk disana. Kamu cuti kuliah dulu ya nak?” ucap papanya dengan senyuman yang dipaksa.
Air mata Bella seketika jatuh menetes.
“Setelah kejadian, kalian cuman bisa mengatakan itu?”
“Bella kecewa sama papa”
Tanpa mengucapkan apapun lagi Bella memilih keluar dari rumah, dia enggan untuk mendengarkan semua pembelaan.
Dia tahu kemana dan apa yang orang tuanya akan katakan. Alih-alih mengaku bersalah dan meminta maaf kepada anaknya.
Yang dilakukan justru pembelaan, menyalahkan dan menyudutkan. Gengsi untuk meminta maaf kepada anak, dan berprinsip orang tua tidak memiliki harga diri di depan anak jika melakukannya -maaf, terimakasih-.
“Anak durhaka! Papa mu habis terkena musibah kamu justru egois!” Teriak mamanya.
“Sejak awal Bella sudah peduli dan kasih tahu sebelum terjadi, tapi apa yang mama katakan? Bella gak mendukung papa”
“Bella durhaka? Lalu apa yang mama lakuin ke Bella itu baik gitu?” kesal Bella. Air matanya sudah mengalir sejak tadi.
“Kalo emang kalian dukung Bella, harusnya sejak awal tidak ada drama kuliah dan uang kuliah Bella nggak dipakai untuk hal yang nggak jelas!” bentak Bella.
Setelah itu Bella memilih meninggalkan rumahnya. Hal yang sudah biasa yang dia lakukan saat berdebat dengan orang tua nya, terutama dengan mamanya.
Terkadang Bella merasa jika mamanya adalah mama tiri yang papanya nikahi untuk menjaga dirinya disaat kecil.
Tujuannya saat ini kerumah yang selalu menjadi tempatnya untuk mengeluh dan menginap jika terjadi masalah di rumah.
“OM DION!!!
“OM DION!! INI BELLAAAA!!!” teriak Bella dari depan pagar.
Dan tak lama orang yang dia cari muncul dengan wajah kesalnya.
“Tinggal masuk Bella kenapa harus teriak- teriak!”
Melihat mata bengkak dan hidung merah dari gadis di depannya, seketika raut wajah pria itu menjadi khawatir.
“Kamu kenapa nak?” dengan cepat pria itu langsung membukakan pagar dan menarik Bella untuk masuk ke dalam.
“Kamu kenapa Bel?”
“Habis tengkar sama mama” jawab Bella.
“Masalah apa sekarang?” seakan sudah hal biasa mendengar jika anak dan ibu ini bertengkar dan beradu mulut.
“Papa main investasi dan itu ada uang kuliahnya Bella”
“Terus?”
“Investasinya gagal dan semua uang papa hilang” mendengar itu pria itu terkejut.
“Kamu gak bercanda kan Bel?” tanya nya.
“Ya kali Bella kayak gini bercanda!” kesal Bella.
Kepalanya seketika pening.
“Dari awal om sudah peringati papa kamu untuk tidak kalap dan pakai semua uang tabungan. Terus sekarang gimana?”
“Itu yang juga Bella larang om! Bella sudah kasih tahu kalo jangan pakai semua uang. Bella katanya gak mendukung papa dan egois” jelas Bella.
“Uang kuliah kamu kepakai, terus kuliah kamu gimana?”
“Mama suruh cuti kuliah” jawab Bella.
“Sudah kamu tidur sini aja, tenangkan dirimu. Besok om akan bicara sama papa kamu apa yang sebenarnya terjadi”
Bella menganggukan kepala, dia melangkahkan kakinya menuju kamar yang biasa dia gunakan jika menginap disini.
Bella melempar tasnya secara asal. Lalu merebahkan tubuhnya di kasur, air matanya kembali menetes.
Perasaannya sungguh sakit, sesakit itu saat kata- kata meluncur dengan mudah dari bibir mama nya.
Dia memang bukan anak baik yang selalu menurut perkataan orang tua. Dia selalu memiliki tujuan dan rencana dalam hidup.
Gagal dalam ujian masuk universitas adalah titik gagal yang membuatnya untuk ditertawakan oleh mamanya. Dan dia masih ingat perkataan yang mamanya lontarkan.
Bella akan tunjukan kepada mamanya, bahwa pilihannya adalah terbaik dan dia akan sukses.
Matanya terpejam seraya air mata yang masih mengalir dengan deras. Dan dia yakin esok hari matanya akan bertambah bengkak.
Bella tidak siap untuk menghadapi kenyataan besok, dan dia berharap ini cuman mimpi. Esok hari akan kembali seperti hari sebelumnya, tidak ada drama seperti in.
[mohon dukungan jangan lupa like dan beri bintang, saran dan kritik dengan bahasa yang baik.] Instagram @madebytatasya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Atha Diyuta
mampir thor
2024-02-28
0
Kiwi Edna
Yup! semangat Thor.
2024-02-20
0