Chapters 1
NOTE: cerita hanya karangan belaka nama, tempat, kejadian yang sama tidak disengaaja oleh penulis.
Bela menghela nafasnya dengan berat. Dia berada di depan ruang tunggu Papanya. Menengadahkan kepalanya ke atas, menatap atap rumah sakit. Lalu menundukkan badannya, lalu menyisir rambutnya dengan kedua tangannya kebelakang.
Hingga tanpa sadar air matanya menetes begitu saja. Bella terisak dalam diam, mengabaikan sekelilingnya yang mulai melirik ke arahnya.
Bagaimana tidak, saat dia sedang bekerja lalu mendapat panggilan dan itu dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Papa tersayangnya terkena serangan jantung.
Seperti tidakkah cukup semua penderitaannya selama ini.
“Bella!”
Bella mendongakan kepalanya menatap ke arah kiri. Seorang wanita paruh baya dengan seragam merah khas restoran di Indonesia sedang berlari mendekat ke arah Bella.
“Gimana Papa mu nak?” Tanya nya.
“Bella masih belum tahu ma, Bella juga baru datang”
Sedari tadi dia duduk di ruang tunggu Unit Gawat Darurat belum menemukan orang dia cari. Orang yang membawa papa nya ke rumah sakit. Pikirannya benar- benar bercabang, banyak masalah yang sedang ada di pundak kecilnya.
Semua terjadi begitu cepat.
Satu tahun yang lalu papa nya dengan percaya diri mengikuti investasi yang tidak jelas SOP nya dan kontraknya. Tanpa berpikir panjang papa mengorbankan semua uang tabungan bahkan uang kuliahnya.
Dan hasilnya seperti yang semua tahu, bahwa investasi itu berujung penipuan. Uang ratusan juta itu hilang tidak pernah kembali. Korbanya tidak hanya satu atau dua orang, tetapi ratusan.
Total kerugian yang dialami keluarganya menyentuh angka tiga ratus juta rupiah. Itu bukan nominal yang sedikit, semua hasil kerja keras kedua orang tuanya dan uang pensiun papanya harus ikut lenyap.
Ratusan orang yang memiliki harapan besar untuk mendapat untung dari hasil investasi, justru buntung karena penipu. Melapor kepada pihak berwajib hanya menghukum pelaku, tapi tidak membuat uang korbannya kembali.
Kehidupan yang awalnya serba kecukupan, senang dan damai. Berubah dalam semalam, papa mengalami serangan jantung untuk pertama kali ya dan asma mama yang sudah lama tidak kambuh kembali muncul.
Kedua orang tua nya harus kembali mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.
Sedangkan kehidupan Bella?
Tentu saja hancur dan lenyap dalam detik itu juga. Uang kuliahnya yang seharusnya bisa membuat dirinya dapat melanjutkan semester 5, berujung dia mengajukan cuti kuliah.
Kesehariannya yang biasa diisi dengan berangkat pagi untuk kuliah, tugas dan jurnal. Berubah menjadi mencari pekerjaan dari pagi hingga malam hari. Terhitung dia memiliki 2 pekerjaan di satu hari, bahkan di sabtu dan minggunya Bella memiliki pekerjaan sebagai pelayan restoran.
“Bella!”
“Om Dion!” Sapa Bella.
Orang yang sedari tadi dia cari akhirnya datang. Om Dion adalah manager di perusahaan, sedangkan papanya adalah anggota tim biasa. Tentu gaji yang didapat tidak sebanding dengan pekerjaan papa dahulu.
Hanya om Dion yang menolong papa saat terpuruk.
“Gimana kabar kamu nak?” Tanya Dion.
“Baik om, terima kasih sudah menolong papa” jawab Bella.
Om Dion tersenyum lalu menepuk pundak kanan Bella.
“Sudah sewajarnya kita saling menolong”
“Apa papa sering kambuh seperti ini om?” Tanya Bella.
“Hanya terkadang sakit di dada, dan papa mu itu tidak pernah mau jujur. Kalo ditanya jawabnya tidak apa-apa, tapi tiba- tiba pingsan” jelas Dion.
Dia tahu khawatirnya Bella kepada kawannya itu, meski hubungan mereka renggang sejak delapan bulan lalu.
Masalahnya?
Tentu saja karena investasi itu. Yang Dion tahu Bella adalah anak yang menjunjung tinggi pendidikan, mendapat kenyataan dia harus cuti kuliah karena hal yang sejak awal dia tidak sukai dan setujui membuat emosi Bella naik.
Dion paham perasaan Bella.
“Bella sudah makan nak?” Tanya Dion.
“Belum om, tadi Bella langsung ke sini” jawab Bella.
Mendengar hal itu, dengan cepat Dion mengeluarkan selembar uang dari dompetnya dan memberikan kepada Bella.
“Makan dulu nak!” Itu seperti sebuah perintah seorang ayah kepada anak. Tidak terbantahkan.
“Nanti saja-”
“Sekarang Bella, kamu punya maag!”
Bella tersenyum kecut lalu menerima uang itu dan beranjak dari duduknya. Dia sempat melirik sebentar ke arah seorang paruh baya yang keluar dari ruangan.
Mamanya.
Bella tidak ingin membuang tenaga untuk menyapa sang ibu. Sejak dahulu hubungan mereka jarang akur, sudah hal terbiasa jika seperti ini.
Dia lebih memilih mengisi perutnya yang kosong sejak tadi pagi belum diisi oleh makanan.
____
Bella berjalan sepanjang lorong rumah sakit untuk mencari kantin atau warung yang menjual makanan, perutnya sudah mulai berbunyi.
Melihat mesin minuman dan minuman kaleng kesukaannya ada disana, dia berjalan mendekat. Namun langkahnya terhenti saat seseorang dengan perawakan besar berdiri di mesin minuman itu.
Ingin rasanya dia menjitak pundak orang yang menyela antrian, namun tenaganya sudah habis untuk berdebat. Bella menghela nafasnya dan memilih untuk mengantri.
Berdiri cukup lama karena orang di depannya tak kunjung memilih dan pergi. Bella mengintip dari samping apa yang dilakukan orang di depannya.
“Gila lama banget, borong apa gimana sih nih orang”
“Masih lama gak sih!?” Tanya Bella dengan nada ngegasnya.
Tak kunjung mendapatkan jawaban dari orang yang membelakanginya, dengan tidak sabaran. Bella maju dan mendorong tubuh pria jangkung itu untuk mingir.
“Mending saya dulu deh mas! Lama banget kayak antri masuk neraka!”
Tanpa protes pria itu hanya melihat dengan tamat wajah Bella, sedangkan Bella dengan cepat memasukkan uang dan memilih minuman kesukaannya. Setelah sudah dia pergi tanpa mengucapkan apapun.
“Dia bahkan tidak melihat wajah tampan ku” gumam pria itu.
Wajahnya tersenyum cerah saat melihat kantin rumah sakit di ujung sana, dengan langkah lebar Bella langsung mendekat dan matanya tertuju pada nasi bento.
“Bu paket bento 4 satu ya!” Ucap Bella dengan senang.
Hal yang selalu membuatnya tersenyum adalah makanan.
___
Bella membuka handphone nya untuk melihat apakah pesan yang masuk atau tidak. Nyata nya tidak ada satupun pesan yang ditunggu dari seseorang.
Bella menghela nafasnya.
“Bella” panggil seseorang.
Bella mendongakan kepalanya lalu tersenyum.
“Gimana keadaan papa, om?” Tanya Bella.
Dion menghela nafasnya sebelum menjawab, dan Bella tahu itu bukan hal baik.
“Papa kamu harus rawat inap, setidaknya untuk satu bulan kedepan dan harus berhenti melakukan aktivitas berat” jelas Dion.
Mendengar itu Bella kembali kecewa dengan kenyataan.
Bulan depan adalah kesempatan dia untuk bisa kembali kuliah setelah cuti selama satu semester.
Semua itu dia lakukan untuk bisa kuliah kembali. Menurutnya pendidikan adalah hal terpenting dalam hidup dan harus diperjuangkan.
“Apa harus satu bulan om? Seminggu aja bisa ndak?” Tawar Bella.
“Kamu kira ini toko kelontong bisa nawar, ada- ada saja kamu” Dion menggelengkan kepalanya. Dia tidak paham dengan jalan pikir Bella.
“Biaya rumah sakit gak murah om, Bella mau cari uang kemana!” Ujar kesal Bella.
“Bella kan juga mau kuliah lagi” lanjutnya dengan nada pelan.
Dion yang mendengarkan keluh kesah Bella hanya diam mendengarkan. Dia tahu apa yang dirasakan Bella saat ini.
“Kamu mau lanjut kuliah lagi bulan depan?” Tanya Dion.
Bella hanya menganggukan kepalanya, seraya menundukan kepalanya. Rasanya beban yang ada di pundaknya memaksa dirinya untuk menunduk.
Berat.
Itu yang dia rasakan saat ini.
Jika ada orang yang mengatakan uang bukanlah segalanya. Maka Bella akan menentang hal itu.
Bagi dirinya uang bukanlah segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang. Saat ini yang dia butuhkan uang untuk mengangkat sedikit beban di punggungnya.
“Berapa UPP kamu Bel?” Tanya Dion.
“Enam belas”
“Juta” ucap Bella dengan ringgisan mendengar nominal yang cukup besar untuk satu semester nya.
Dion menganggukan kepalanya.
“Uang kerja kamu, kamu tabungkan?” Tanya Dion lagi.
“Bella tabung kok om”
“Mama kamu masih belum memberi uang bulanan?” kali ini nada tanya Dion sedikit pelan. Dia tidak mau menyakiti perasaan Bella meski itu adalah kenyataan.
“Boro- boro kasih uang bulanan, tanya udah makan belum nak. Aja enggak!” jawab Bella dengan menggebu- gebu seraya menirukan gaya bicara mama nya.
Dion tertawa melihat itu.
“Kamu kuliah lagi bulan depan, om bayar UPP kamu” ucap Dion.
Tidak langsung menjawab, Bella terdiam sebentar.
Mencerna apa yang baru saja dia dengar.
“Om mau Bella jadi sugar baby nya om?” Tanya Bella.
To be continue…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Rey
hai kak, aku mampir ya.
ayo saling mendukung kak, saling membaca setiap part'nya.
saling berbalas like serta komen 🤗.
follback ya kak 🤗
2024-02-07
0
Getoutofmyway
Thor, ceritanya keren banget! Cepat update lagi dong!
2024-01-16
1