Chapters 3

Chapters 3

NOTE:cerita hanya karangan belaka nama, tempat, kejadian yang sama tidak disengaja oleh penulis.

__chapters sebelumnya__

“Temuin dulu, sapa tahu bokap lo malah acc kuliah loh!” ejeknya.

Bella yang kesal dengan sahabatnya itu melempar dengan buku yang tebal, dan hal itu berhasil mengeluarkan auman yang keras.

Bella langsung lari, dia tidak ingin mendapat umpatan dan amukan dari sahabatnya.

“Bunda! Ayah! Bella pulang!!” teriak Bella dengan tidak sopannya.

Dua orang paruh baya itu hanya bisa tertawa melihat Bella dan anak mereka seperti Tom and Jerry yang akur hanya sebentar.

Saat berada di dalam mobil, keadaan menjadi sunyi. Senyuman dan tawa Bella menghilang begitu saja.

Sejujurnya dia malas untuk pulang dan bertemu mamanya.

“Bella” panggil Freddy.

“Bella papa manggil kamu nak” panggil sekali lagi dengan nada yang lembut.

“Hmm”

“Papa”

“Kalo papa datang cuman buat bujuk Bella biar enggak kuliah, mending papa pulang. Bella malas di rumah!” sungut Bella.

“Papa mohon sama kamu, dengerin papa kali ini”

Air mata Bella tidak dapat dibendung lagi, dia tahu kemana arah pembicaraan ini. Dan hal itu membuatnya semakin membenci rumah.

___

“Stop pa!’ Teriak Bella.

Dia sungguh tidak ingin mendengar sebuah penolakan lagi. Cukup mamanya yang mengeluarkan kata dan kalimat seperti itu. Tidak dengan papanya, orang yang paling dia percaya dan sayang.

“Bella!” bentak Freddy.

“Dengerin papa dulu”

“Kamu kuliah ya nak, kejar mimpi mu, kejar impian mu. Papa dukung kamu”

Tangisan Bella semakin kencang mendengar kalimat yang keluar dari sang papa. Sepontan dia memeluk sang papa dengan erat.

“Anak papa” ujar Freddy seraya tertawa. Pria paruh baya itu sangat menyayangi putri semata wayangnya. Apapun akan dilakukan untuk membuat putrinya tersenyum dan bahagia.

“Ayo pulang!”

___Flashback end__

“Uang dari mana?”

“Kita keluarkan Bella dari kampus!”

“Biarkan dia kuliah Rani” ucap Freddy dengan suara pelan.

“Uang dari mana? Dari awal dia gak perlu kuliah, buat apa sih!”

Bella mengusap air matanya lalu masuk dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Sedangkan Freddy terkejut dengan kehadiran putrinya, dia takut perkataan istrinya menyakiti perasaan anak perempuannya.

“Bella capek ma! Bella capek harus dengerin mama”

“Semua ibu di dunia mendukung anaknya, tapi mama? Nggak sama sekali.”

“Delapan bulan mama gak beri Bella uang saku dengan alasan gak jelas! Mama masih belum puas?”

“Bella anak siapa sih ma!” kesal Bella.

Freddy hanya diam, kondisinya masih lemah dan mendengar pertengkaran anak dan ibu di hadapannya. Sungguh membuatnya ingin menghilang dari dunia saja.

“Bella gak butuh uang mama! Bella bisa ngurus diri Bella sendiri!!” putus Bella.

Dia akan menerima tawaran om Dion untuk mengurus kostan dan tinggal disana. Dia akan belajar hidup mandiri, tanpa bantuan mama nya.

Tanpa menunggu balasan dari sang mama, Bella pergi meninggalkan ruangan itu.

“Bella!” panggil Rani. tetapi tidak di hiraukan sama sekali.

“Bodo amat anj*ng, anak tiri kanyang gua!” dumel Bella sepanjang lorong rumah sakit.

Saat berada di lobby lantai tiga rumah sakit, Bella milih untuk duduk di salah satu kursi. Kursi yang empuk dan cukup nyaman untuk duduk bahkan tidur.

Dia hanya duduk dan mengamati tenaga medis bekerja dan beberapa pasien yang datang silih berganti.

“Gua penasaran sama instansi bayi dimana ya, sapa tahu dapat gratis” gumam nya.

Kaki kecilnya berjalan menuju layar yang terletak di sudut ruangan. Lalu mengetik instansi bayi. Dan ketemu!

Dengan segera kakinya menuju ke sana dengan semangat.

Satt pada belokkan dia sudah melihat pintu kaca dengan hiasan khas anak-anak seperti pelangi, hewa, burung, bunga dan awan.

Tepat di samping kanan pintu terdapat ruangan khusus, ruangan kesukaan Bella.

Ruang bayi.

Matanya berbinar melihat banyak bayi yang tidur dengan tenang disana, ada yang sedang disusui dan ada juga yang dalam inkubator.

“Bisa di beli gak sih” gumamnya.

“Mau satu” lanjutnya.

Hingga ada dua orang perawat yang lewat dibelakangnya. “Kasian banget umur sebulan sudah masuk panti asuhan.

Bella menolehkan kepalanya ke arah dua perawat yang sudah berjalan di depannya. Kaki kecilnya mengikuti kemana langkah sang tenaga medis.

Kedua tenaga medis tersebut duduk di kursi meja informasi dan disana banyak ibu hamil yang sepertinya sedang menunggu dokter.

Rasa penasarannya yang tinggi buat dirinya duduk di kursi paling depan. Jarak yang paling dekat dengan dua perawat yang masih membicarakan bayi itu.

“Sudah sejak kapan bayi nya di tinggal?” tanya perawat berambut pendek.

“Sudah sebulan ini” jawab seorang perawat rambut terikat.

“Kasian banget, ibunya langsung pergi gitu aja?”

“Kalo pergi gitu aja, kita bisa lapor ke polisi buat cari. Ibu nya meninggal saat melahirkan, tidak kuat mengejan” jelasnya.

“Bayinya dalam keadaan sehat kan?”

“Untuk saat ini sehat, tapi dua minggu lalu kondisi kritis. Karena kelamaan di dalam perut”

“Jadi bayinya diserahkan ke panti asuhan?”

“Ya gimana lagi, siapa yang kamu mengadopsi”

“Setidaknya di panti, nanti bakal di rawat dan diangkat sama orang tua baru” lanjutnya.

“Iya juga sih, beban nya berat sejak kecil”

Bella membuka smartphone nya dan mulai mencari syarat mengangkat anak di usia muda.

Bibirnya tersenyum ketika melihat persyaratan yang dia buka melalui internet.

Prosedur Adopsi Anak Terbaru

Permohonan ijin pengangkatan anak kepada instansi sosial setempat (lampiran 1)

Surat keterangan sehat jasmani COTA dari Rumah Sakit Pemerintah ( suami istri 1 lembar )

Surat keterangan kesehatan jiwa COTA dari dokter spesialis jiwa dari Rumah Sakit Pemerintah ( suami istri 1 lembar )

“Suami istri? Terus gua kudu nikah dulu gitu? Sama siapa anjir!”

“Ya kali sama om Dion”

“Om Dion!” seketika ide terlintas di benak nya.

Dia akan meminta bantuan om Dion untuk mengadopsi bayi.

“Permisi sus”

“Ya kak ada yang bisa saya bantu?” jawab sang suster seraya meneliti penampilan Bella dari atas hingga bawah.

“Ehm… kalo misal mengadopsi bayi gitu bagaimana ya?”

Sang perawat tampak kebingungan dengan apa yang dia dengar, penampilan Bella masih seperti anak Sekolah Menengah Atas tetapi ingin mengadopsi bayi.

“Kalo boleh tahu usianya berapa kak?”

“Saya dua dua, single belum menikah” jawab Bella.

“Begini kak, sesuai prosedur kakak harus tetap ke dinas dan sidang untuk mengurus surat- surat resmi nya” jelas sang perawat.

“Prosesnya berapa lama kak?”

“Paling cepat tiga bulan, normal nya enam bulan”

“Yeah, keburu besar bayi nya” raut kecewa tampak jelas di wajah Bella.

Sang perawat tersenyum. “Kalo mau kakak bisa ketemu bayinya sekarang” tawar sang perawat.

“Beneran?” tampak tak percaya, Bella sungguh girang mendapat kesempatan seperti ini.

Dua orang berbeda pekerjaan tersebut berjalan menuju ruang bayi dan masuk ke dalam. Sebelumnya Bella mengenakan cover baju untuk menjaga kebersihan dan kontaminasi ruangan. Setelahnya dia masuk dan disambut dengan beberapa bayi yang sedang menangis.

“Oh my god!” raut wajah bahagia Bella tidak bisa disembunyikan.

Sang suster membuka penutup kasur kecil bayi lalu menggendongnya. Setelahnya mendekat ke arah Bella dan mulai menyerahkan bayi itu ke Bella.

Tanpa rasa takut Bella menggendong bayi itu dan mendekapnya.

“Boleh saya cium gak sus?” Tanya Bella.

Sang suster menganggukan kepala nya, dan tanpa berpikir panjang dia mencium jidat bayi kecil itu.

“Saya bawa pulang boleh gak sus?” Tanya Bella sekali lagi.

Tanpa sadar seorang pria mengawasi Bella dari luar ruangan, dia menarik sudut bibirnya melihat tingkah dan senyuman manis itu.

“Manis”

“Sus boleh gak saya bawa pulang? Saya beli deh” ucap Bella dengan nada polosnya.

Sang perawat hanya tersenyum.

“Apa kaka benar-benar ingin seorang bayi.. Ehm meski di usia muda?” Tanya sang suster.

“Saya tidak bisa mengatakan benar- benar menginginkan bayi ini, tapi saya jatuh cinta dengan bayi ini dan ingin merawat nya. Jangan hiraukan usia muda, terkadang…”

“Seorang ibu dengan usia matang pun belum tentu bisa membesarkan dan mendidik anak dengan baik”

“Saya mengerti, kontak yang dapat dihubungi untuk informasi yang saya berikan?” tawar sang perawat.

Dengan wajah berseri Bella memberikan nomor telepon nya, dia benar- benar berharap untuk dapat merawat bayi mungil ini.

“Saya tunggu berita baiknya ya sus” setelah bertukar nomor handphone.

Bella tidak langsung meninggalkan bayi itu, dia masih ingin menggendong dan memberikan bayi itu susu.

Hingga tidak sadar waktu sudah berjalan cukup larut, Bella harus meninggalkan bayi tersebut karena sudah dua jam dirinya disana.

“Cuman dua jam masak lama sih?” dumel nya.

Enggan untuk kembali ke kamar papanya yang dia yakin ada mama nya. Dan membuatnya kesal serta berdosa, Bella melangkahkan kakinya untuk meninggalkan rumah sakit.

Sepeda motor yang selalu dia gunakan itu melaju menuju rumah orang yang membantunya.

Selama di jalan Bella selalu bergumam dan berbicara dengan dirinya sendiri, hal yang paling dia sukai selain bernyanyi di atas kendaraan.

Cukup jauh perjalanan, Bella tiba di rumah dan langsung memasukkan sepeda motornya ke garasi dan mengetuk pintu sang pemilik rumah.

“OM DION!!!” Teriak Bella.

“OM DION! INI BELLA!!” teriak nya lagi.

“OM!!...” Saat hendak berteriak kembali pintu sudah terbuka oleh sang pemilik rumah dengan raut wajah kesal.

“Astaga Bella! Ini bukan hutan, gak usah teriak- teriak” omel Dion.

“Ya Bella kira sudah tidur”

“Kenapa kemari? Mau ngutang? Gak ada duit om”

“Mau numpang tidur, Bella di usir mama” jawab Bella.

Dion menghela nafas, sudah hal baru baginya mendengar Bella dan Maharani terlibat dalam adu mulut dan pertengkaran.

Anak dan Ibu itu selalu saja mendebatkan sesuatu yang kadang tidak penting. Maharani dengan sifat mudah tersinggung dan terpancing emosi, sedangkan Bella dengan sifat keras kepala dan tidak mau mengalah.

Dia tidak membayangkan rasanya menjadi Freddy yang setiap hari mendengarkan pertengkaran Ibu dan anak itu, dia yang menjadi pihak ke tiga sudah tobat rasanya.

“Kenapa lagi sekarang?” Tanya Dion.

“Suruh masuk dulu kek om! Bella laper mau makan”

Dion mempersilahkan Bella buat masuk. Dan mereka berjalan menuju ruang makan, disana masih terdapat beberapa lauk. Tanpa malu Bella langsung mengambil piring dan nasi.

Dion tidak mempermasalahkan itu, dia sudah menganggap Bella putrinya. Terserah apa yang ingin gadis itu lakukan di rumahnya. Dia memilih ke atas untuk memanggil istrinya dan mengabari bahwa di bawa ada Bella.

Tak lama seorang wanita dengan paras manis khas wanita Indonesia menghampiri Bella yang sedang asik mukbang di depan lemari es.

“Bella?” panggilnya.

“Tante Dian!” sapa Bella, dia langsung memeluk tubuh wanita itu.

Istri om Dion yang tidak pernah terlihat karena selalu berada di rumah.

“Mau nginap disini nak?” Tanya Dian.

“Gak papa kan tante?” Tanya Bella.

“Tentu saja, tante beresin kamar mu dulu ya”

“Nanti aja Tante, Bella mau minta saran” minta Bella.

Ketiga orang tersebut duduk dimeja makan dengan Bella yang masih sibuk dengan makananya. Dia sangat menyukai makanan dan lebih memilih menghabiskan uang untuk jajan dibanding membeli baju atau skincare.

“Kenapa Bella?” Tanya Dian.

“Bella mau mengadopsi anak bayi, gak papa kan? Hehe” Tanya Bella.

TBC…

Terpopuler

Comments

Hanna Kurnia

Hanna Kurnia

Hallo, Kak. Tetap semangat untuk up bab yang terbaik 🙏💪🏼😊
Jika berkenan, mampir yuk kak di novelku. Saling support untuk mengembangkan karya kita😊🤗

2024-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!