Chapters 4
NOTE:cerita hanya karangan belaka nama, tempat, kejadian yang sama tidak disengaja oleh penulis.
__Chapters sebelumnya __
“Mau numpang tidur, Bella di usir mama” jawab Bella.
Dion menghela nafas, sudah hal baru baginya mendengar Bella dan Maharani terlibat dalam adu mulut dan pertengkaran.
Anak dan Ibu itu selalu saja mendebatkan sesuatu yang kadang tidak penting. Maharani dengan sifat mudah tersinggung dan terpancing emosi, sedangkan Bella dengan sifat keras kepala dan tidak mau mengalah.
Dia tidak membayangkan rasanya menjadi Freddy yang setiap hari mendengarkan pertengkaran Ibu dan anak itu, dia yang menjadi pihak ke tiga sudah tobat rasanya.
“Kenapa lagi sekarang?” Tanya Dion.
“Suruh masuk dulu kek om! Bella laper mau makan”
Dion mempersilahkan Bella buat masuk. Dan mereka berjalan menuju ruang makan, disana masih terdapat beberapa lauk. Tanpa malu Bella langsung mengambil piring dan nasi.
Dion tidak mempermasalahkan itu, dia sudah menganggap Bella putrinya. Terserah apa yang ingin gadis itu lakukan di rumahnya. Dia memilih ke atas untuk memanggil istrinya dan mengabari bahwa di bawa ada Bella.
Tak lama seorang wanita dengan paras manis khas wanita Indonesia menghampiri Bella yang sedang asik mukbang di depan lemari es.
“Bella?” panggilnya.
“Tante Dian!” sapa Bella, dia langsung memeluk tubuh wanita itu.
Istri om Dion yang tidak pernah terlihat karena selalu berada di rumah.
“Mau nginap disini nak?” Tanya Dian.
“Gak papa kan tante?” Tanya Bella.
“Tentu saja, tante beresin kamar mu dulu ya”
“Nanti aja Tante, Bella mau minta saran” minta Bella.
Ketiga orang tersebut duduk di meja makan dengan Bella yang masih sibuk dengan makananya. Dia sangat menyukai makanan dan lebih memilih menghabiskan uang untuk jajan dibanding membeli baju atau skincare.
“Kenapa Bella?” Tanya Dian.
“Bella mau mengadopsi anak bayi, gak papa kan? Hehe” Tanya Bella.
___
Suasana mendadak sunyi. Antara Dion dan Dian hanya terdiam, mencoba mencerna pertanyaan atau permintaan dari Bella.
“Kalian kenapa?” Tanya Bella.
“Kamu waras kan Bella?” Tanya Dion.
Dia sudah tidak habis pikir dengan pola pikir Bella. Absurd dan selalu keras kepala.
Dion menghela nafasnya berat, dia tidak tahu harus bagaimana sekarang. Sedangkan Dian masih diam memikirkan jawaban terbaik agar tidak menyakiti Bella.
“Lebih baik kamu tidur bel, kayaknya otak mu lelah” putus Dion.
“Om! Bella ndak lagi stress. Bella beneran mau adopsi bayi itu”
“Bella mau merawat bayi itu dan Bella minta bantuan om Dion sama tante Dian buat bantu mengurus persyaratannya.”
“Gak mungkin Bella nikah sama om kan?”
tak
“Sakit om!!” teriak Bella dia, mengaduh kesakitan setelah kepalanya digetok oleh sendok.
“Mulut kamu ya Bel!” kesal Dion.
“Bella, apa kamu yakin? itu hanya keinginan sejenak tidak akan bertahan lama” jelas Dian.
Bella terdiam, ada betulnya juga apa yang dikatakan oleh tante Dian.
“Tante, bayi itu gak punya ibu dia hanya sendirian di usia satu bulan. Bella hanya mau merawatnya dan melihat nya setiap hari” jelas Bella.
“Kamu pikirkan dulu ya, jika memang itu sudah matang dan kamu bisa tanggung jawab dengan pilihan kamu. Bilang sama tante”
“Merawat bayi bukan perkara mudah Bella, kamu harus merawat dan menjaganya hingga besar. Itu bukan sekedar melahirkan lalu memberi makan, tetapi banyak hal yang harus diperhatikan hingga usia nya dewasa” lanjut Dian.
Bella hanya menganggukan kepala nya dan mencoba mencerna setiap perkataan tante Dian.
Dia tahu dan paham apa tugas seorang Ibu, pekerjaan seumur hidup tanpa bayaran, tanpa pamrih. Dan Bella tidak ingin anaknya kelak mendapat perlakuan yang sama dengan dirinya saat ini.
Dia harus menjadi generasi terakhir yang mengalami itu. Untuk anak nya di masa depan, dia pastikan tidak akan pernah mengalami apa yang dia alami sekarang.
“Bella paham tante, Bella berpikir dulu ya”
Dian menganggukan kepalanya dan dia sadar Bella seperti menginginkan hal itu.
“Uang kuliah kamu sudah om bayar, kamu jangan lupa cari informasi untuk KRS” celetuk Dion.
“Beneran om!!” heboh Bella.
Dion menganggukan kepalanya.
“AHHHHAHAHH!!” Teriak Bella kegirangan.
Dia bahkan langsung memeluk Dion dan Dian secara bergantian.
Sudut bibirnya tidak henti- hentinya terangkat dan tersenyum. Akhirnya dia bisa kembali kuliah dan melanjutkan pendidikannya.
“Bella seneng banget! Terima kasih OM DION!!” teriak Bella.
“Astaga Bella! Ini sudah malam nak1” ucap Dian seraya menutup telinga dengan kedua tangan karena teriakan Bella yang melengking.
“Good Night semua, Bella mau tidur!!” setelah itu Bella meninggalkan ruangan dengan kegirangan.
Dion dan Dian hanya bisa tersenyum dan ikut merasakan kebahagian yang Bella tularkan.
“Mas benar- benar bayar semua sampai semester delapan?” Tanya dian, saat Bella sudah tidak ada disana.
Dion menganggukan kepalanya “Dia tidak perlu stress untuk mencari uang membayar upp nya”
“Apa kak Freddy sudah tahu kalo kamu yang bayar uang kuliah putrinya?” Tanya Dian.
“Freddy sudah banyak membantu kita dulu, bahkan tidak segan memberi uang saat kita butuh. Tapi dia tak pernah mau jika kita mengembalikan uang nya…”
“Jadi anggap saja ini cara kita mengembalikan uang kak Freddy” jelas Dion.
“Untuk kosan itu jadi Bella yang jaga disana?”
Dion menganggukan kepalanya “Mas belum percaya sama orang buat mengawasi dari dekat, dan lagi jarak dengan kampus Bella hanya sepuluh menit jalan kaki” jelas Dion.
“Kalo kita jadikan Bella anak angkat kita bisa gak sih mas?” Tanya Dian.
“Bisa kalo Bella mau” jawab Dion seraya tertawa.
___
“Bella sarapan dulu!!” teriak Dian.
“Bella harus ke kampus tante ngurus administrasi!!” jawab Bella.
Gadis itu langsung pergi tanpa sarapan, tentu saja Dian khawatir. Karena dia sudah menyiapkan sarapan untuk gadis muda itu.
“Minum susunya dulu Bel!”
“Bella bukan bayi tante!” jawabnya seraya memakai sepatu dan bergegas pergi dari sana.
“Pulangnya Bella janji makan!”
“Hati-hati Bella!”
“Oke tante!”
“Astaga, kenapa dengan kalian. Masih pagi sudah teriak- teriak!” kesal Dion.
Pria paruh baya itu baru saja turun dari tangga dan sudah mendengar semua teriakan dari dua wanita berbeda usia itu. Dan itu cukup membuat telinga terasa nyeri.
Bagaimana bisa hanya semalam Bella disini tetapi istrinya sudah mengikuti kebiasaannya. Bagaimana jika seminggu?
Membayangkan saja sudah membuat kepala Dion pusing.
Tujuan pertama Bella adalah rumah sahabatnya, Amalia.
Alasannya? Untuk berangkat bersama, karena jarak antara kampus dengan rumah Amalia searah, sehingga sudah kebiasaan mereka untuk berangkat bersama.
“WAK!!!”
“WAK!! YUHU!!” Teriak Bella di depan rumah Amalia.
“He! Berisik wak!” kesal Amalia.
“Bisa gak sih jangan teriak mulu kalo di depan rumah orang!”
“Ya siapa tahu telinga lo sudah mengalami penurunan fungsi” jawab Bella dengan polos.
“Maksud lo! Gua budek ha!”
“Canda wak! Ayo! Kita berangkat” bujuk Bella sebelum sahabatnya itu semakin mengamuk di pagi hari.
Tanpa menjawab Amalia masuk kembali ke dalam untuk mengambil tas nya. Dan dia baru sadar akan satu hal.
Tujuannya untuk ke kampus adalah mendaftar KRS atau Kartu Rencana Studi. Jika sahabatnya datang untuk bersama- sama ke kampus, artinya..
“Bella!!” Teriak Amalia.
Bella yang sedang mengaca di kaca spion terjingkat, dia cukup terkejut dengan teriakan sahabatnya itu. Seperti lumba- lumba, melingking.
“Telinga gua sakit!!” sentak Bella.
“Lo!... lo kuliah lagi?” tanya Amalia.
Bella menganggukan kepalanya.
“AHHHHHH!!!”
“Wak! Gila ya lo!!” kesal Bella saat mendengar teriakan Amalia sekali lagi. Kali ini tepat di depan wajahnya.
“Lo beneran kuliah lagi? Omg Bella” Amalia bersorak gembira.
Gadis itu tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya. Mendengar sahabatnya kuliah lagi dan mereka akan bersama lagi.
“Ayo berangkat!” Amalia langsung melompat naik ke kursi belakang sepeda motor.
Bella yang tidak siap hampir saja jatuh karena menopang berat sepeda ditambah beban sahabatnya itu.
“Lo beneran mau nyiksa gua ya wak!” kali ini Bella kesal bukan main.
Tanpa mendengarkan omelan sahabatnya itu Bella melajukan motornya dengan sangat ugal- ugalan. Dia mengebut dan beberapa kali mengerem mendadak. Hal itu sengaja Bella lakukan.
“Bluebella!!!” Teriak Amalia saat hampir saja mereka mencium pantat truk cargo.
Bella hanya tertawa saja, meski dadanya juga berdetak kencang.
Setelah sampai di parkiran mereka menuju halte bus yang disediakan oleh kampus. Kendaraan tayo berwarna biru itu pun datang dan mereka masuk untuk menuju ke halte fakultas.
“Wah!! Lama banget gua enggak makan krepess” ucap Bella.
Amalia tak percaya dengan yang dia dengar. Enam bulan tidak kuliah, bukan ilmu atau lingkungan kampus yang di rindukan.
Melainkan makanan.
Crepes adalah jajanan kesukaan Bella. Crepes double choco cheese tambah es krim vanilla.
“Ayo beli krepes!” ajak Bella.
“He! KRS lo sudah besok yang bener aja” omel Amalia.
“Hehe.. ayo kita ambil kartunya terus beli krepes” Bella mengait lengan Amalia dan mereka berdua menuju TU fakultas.
Disana cukup banyak orang yang memiliki tujuan sama tentunya.
Ada beberapa orang yang menyapa Bella dan Amalia, tetapi ada juga yang terkejut dengan kehadiran Bella.
Pasalnya rumor yang mereka dengar, Bella telah mengundurkan diri.
“Siapa sih yang nyebarin rumor tuh anjir” kesal Bella.
“Hala, paling juga si killer” jawab Amal.
Setelah mendapat kartu dan kode akses untuk KRS, tujuan mereka selanjutnya adalah kantin fakultas Fisip.
“Pak krepes double choco with cheese plus es krim vanilla plus choco chips” pesan Bella kepada bapak- bapak penjual crepes.
Mendengar itu spontan Amalia menatap sahabatnya “Gila.. gila” seraya menggelengkan kepalanya.
“Enam bulan ngak makan, sekali pesan double double ye lo” heran Amalia.
“Daripada lo pesen krepes pakai daging sama sayur. Lo kira burger apa!” balas Bella tak mau kalah.
“Eh muncung kau ya! Bapaknya yang buat loh, masak lo katain aneh” sembur amalia.
“Lebih aneh lagi lo yang pesen itu!”
“Bapaknya gak bakal buat menu itu kalo gak lo yang pesen!” tambah Bella.
“Serah gua lah! Kan gua yang pesen, gua yang makan” jawab Amal.
“Noh lihat lihat! Krepes tuh pakai selai coklat bukan saos tomat sama mayones!”
“Jadi kalian debat sampai kapan? Ini krepes udah dingin” di sela perdebatan mereka sang penjual tersebut menyela.
Seperti sudah biasa mendengar perdebatan dua orang yang selalu menjadi langgangannya.
Dengan wajah penuh senyum, penjual tersebut mengambil es krim lalu meletakkan di atas crepes dan menyerahkan kepada Bella.
“Ehm.. krepes kesukaan ku!”
“Mau makan di fakultas kedokteran gak wak?” Tanya Amal.
“Gigi lo! Sampai sana udah tinggal bungkus nya aja” sembur Bella.
Jarak antara fakultas Fisip dan fakultas kedokteran cukup jauh, seperti pucuk bertemu pucuk. Mereka harus melewati empat fakultas sebelum ke depan tugu fakultas kedokteran.
Cukup jauh bukan.
“Ya terus makan dimana?” Tanya Amal.
“Kamar mandi aja mau gak?” tawar Bella.
“Tambah gila lo”
‘Ya lo lagian aneh, makan di taman kan bisa wak”
“Ya udah ayok kesana”
Keduanya menikmati crepes dengan tenang dan diam. Tidak ada satu pun yang berbicara atau memulai topik obrolan.
“Setelah ini mau kemana?”Tanya Amal.
“Gua mau ke rumah sakit” jawab Bella.
“Bokap lo?” tebak Amal.
“Iya, tapi bukan itu” jawab Bella.
“Terus?” Tanya Amal kebingungan.
“Gua mau adopsi bayi”
“HA!!!”
TBC….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments