Jess & Eza (2004)

Jess & Eza (2004)

Perpindahan Yang Tak Diinginkan

Jessica Angelina Salim masih terpaku di dalam sebuah mobil travel, yang kini bertolak meninggalkan kota tempat dimana ia dibesarkan. Akhirnya hari ini datang juga, meski ia berharap tidak akan pernah terjadi.

Ia yang sudah menginjak semester dua di kelas 3 SMP tersebut, terpaksa harus mengikuti kepindahan orang tuanya. Ke tempat yang ia sendiri tak tau dimana.

Ia lahir dan besar di kota, jika jalan-jalan pun mereka akan pergi ke kota lain atau luar negri. Sama sekali ia belum pernah menginjak daerah pelosok.

Semua bermula karena ibunya di terima saat menjalani test CPNS. Dan sebagai guru sang ibu harus rela ditempatkan jauh.

Tak mungkin ia pulang pergi, mengingat jarak kecamatan tempat sang ibu ditugaskan adalah sekitar 9 jam dari pusat kota.

Jessica dan adik kembarnya Shena dan juga Shane tak ada yang mengurus, jika sang ibu memilih mengajar dan pulang sebulan sekali.

Bisa saja mereka menyewa pembantu, tetapi alasan lain ibu Jessica bersikeras mereka pindah adalah, ia ingin agar sang suami Jonathan Salim tak lagi terlibat jaringan narkoba.

Belasan tahun menikah, ayah Jessica menggeluti bisnis terlarang tersebut. Mereka hidup berkecukupan, boleh dibilang kaya raya. Tetapi, Franda ibu Jessica ingin menyudahi semua itu. Ia ingin hidup tenang tanpa was-was. Ia tak mau lagi hidup dengan uang yang tidak halal sumbernya.

"Kita harus pindah, Jessica sebentar lagi akan masuk SMA. Apa kamu nggak kasihan sama dia. Kalau seandainya ada laki-laki yang suka sama dia, lalu orang tuanya tau kamu bisnis apa. Bisa jadi mereka akan menjauhkan anak mereka. Apa kamu tega menyakiti Jessica?"

Jonathan diam, ia tidak membantah sedikitpun. Sebab ia sangat mencintai keluarganya, meski bisnis yang ia geluti selama ini salah.

"Kalau masih disini, kamu akan terus terlibat dengan semua itu. Sebab circle kamu semuanya ada disini." ucap Franda.

"Kalau aku mau, dari mana pun aku bisa mengendalikan bisnis ini." tukas Jonathan.

"Kalau begitu aku mohon kali ini. Kita pindah dan jangan lagi menyentuh barang itu. Kita jual rumah, kita beli tanah yang murah dan bangun rumah disana. Sisanya bisa kita pakai untuk memulai usaha."

"Tapi aku nggak punya keahlian untuk usaha lain, Fran. Kamu tau itu."

"Kita bisa mulai semuanya dari awal. Pelan-pelan sambil belajar, kita pasti bisa."

Franda menatap sang suami dalam-dalam.

"Aku ingin hidup kita tenang, Jo. Kita akan menua nantinya. Mau sampai kapan seperti ini?"

"Apa kamu siap merintis dan hidup pas-pasan?" tanya Jonathan.

"Aku sangat siap." jawab Franda tegas.

Percakapan itu pun berlanjut. Sementara dari ruangan lain Jessica berbalik arah dengan wajah murung dan juga dingin.

"Ci, apa kita akan pindah?" tanya Shane diikuti tatapan kembarannya yang perempuan, yakni Shena.

Tetapi Jessica tak menjawab.

"Shane harus ninggalin teman-teman Shane disini dong ci?" tanya Shane lagi.

Jessica tetap tidak menjawab dan memilih untuk berlalu. Gadis berusia hampir 14 tahun itu kemudian masuk ke dalam kamar.

Kini didalam perjalanan ia mengingat semua itu.

"Maafkan mama, Jess." ucap Franda pada Jessica, sementara gadis itu membuang tatapan ke kaca mobil travel.

Mereka memiliki mobil pribadi. Tetapi itu nantinya akan dipakai oleh Jonathan setelah semua pembayaran rumah usai dan rencananya beberapa barang akan tetap dibawa ke tempat yang baru. Maka dari itu Franda dan ketiga anaknya memilih untuk naik travel.

***

Sehari kemudian, ditempat yang baru.

Jessica sudah akan memulai hari pertama masuk sekolah. Dimana Shane dan Shena sudah diantar duluan ke sekolah baru mereka, yang hanya berjarak beberapa ratus meter saja.

Mereka tinggal di rumah kakak dari Franda untuk sementara waktu. Tanah telah didapat sebelum kepindahan. Kakak dari Franda yang mengurus dan saat ini mereka telah mulai membangun rumah sederhana. Meninggalkan kehidupan mereka yang mewah selama ini.

"Mutia."

Istri dari kakak Franda memanggil seseorang. Saat Jessica tengah bersiap memakai sepatu di teras. Tampak seorang anak perempuan berseragam SMP datang menghampiri.

"Iya tante." ucap gadis bernama Mutia tersebut. Jessica kini melihat ke arahnya.

"Ini keponakan tante, namanya Jessica. Hari ini dia akan mulai masuk di sekolah kamu." ucap tante dari Jessica.

Maka Jessica dan Mutia pun saling berkenalan, meski masih agak canggung. Mutia sepertinya pendiam dan begitupula dengan Jessica.

"Mutia berangkat saja duluan, nanti Jessica diantar sama om nya. Nanti om nya akan minta supaya kalian sekelas." ucap tante dari Jessica.

"Baik tante."

Mutia melihat sekilas ke arah Jessica seraya tersenyum tipis, kemudian gadis itu pun berlalu.

Selang beberapa saat kemudian, Jessica berangkat ke sekolah baru dengan diantar oleh suami tantenya. Disana suami sang tante meminta kepada kepala sekolah, supaya Jessica ditempatkan di kelas Mutia.

Supaya Jessica memiliki teman, sebab kebetulan rumah tante Jessica dan rumah Mutia hanya berjarak beberapa meter saja.

Kepala sekolah menyetujui, lalu Jessica diantar oleh seorang anak laki-laki yang menurut Jessica cukup aneh.

Dari cara berbicaranya anak itu seperti anak berkebutuhan khusus. Hanya saja di daerah tersebut tidak terdapat sekolah luar biasa, sehingga anak itu disekolahkan di sekolah umum.

Meski agak ngelantur, tetapi anak itu sangat sopan dan diketahui namanya adalah Fandi. Fandi kemudian mengantar Jessica sampai ke kelas 1.3. Dimana Mutia sudah menunggu dan menyiapkan tempat duduk disamping dirinya.

Jessica memperkenalkan diri dan ada satu anak perempuan terlihat sangat tidak senang padanya. Jessica pun sama angkuh dan memilih untuk tidak takut, sebab ia merasa dirinya berasal dari kota dan tidak harus tunduk pada mereka yang hidup di desa.

Jessica pantang diintimidasi maupun di bully. Jika itu sampai terjadi ia akan siap untuk melawan.

Jessica duduk di ruang kelas yang bahkan cukup panas. Dulu di sekolahnya yang lama, didalam terdapat air conditioner dan juga kipas angin. Tapi disini tidak demikian.

Ketika jam istirahat ia diajak Mutia ke kantin dan kantin yang Jessica lihat sangat jauh dari ekspektasi.

Hanya warung tenda yang menjual makanan seperti gorengan dan juga bakso serta nasi. Awalnya Jessica merasa tak bisa makan disana, namun karena lapar akhirnya mau tidak mau ia pun menyerah.

Banyak yang memperhatikan Jessica, sebab ia adalah anak baru. Hal itu tak luput pula dari pandangan mata Donny dan teman-temannya. Donny sendiri merupakan adik Mutia.

"Kakak Lo sama siapa tuh?" tanya salah satu temannya yang bernama Hendri dan sontak teman-teman Donny yang lain mengikuti arah pandangan mata remaja tersebut.

"Kayaknya anak baru deh, soalnya gue baru lihat." jawab Donny.

Tak lama Jessica dan Mutia masuk, seorang anak laki-laki tiba dan menghampiri Donny.

"Lama amat lu, Za. Udah mau masuk juga." ucap Donny.

"Tadi gue nemuin Hana dulu." jawab remaja bernama Eza itu.

"Lo jadian beneran?" tanya Gustav.

"Ya kan kalian yang nantangin gue bisa apa nggak nembak tuh cewek."

Eza berseloroh kemudian mengambil gorengan yang ada di depan matanya.

"Eh di kelas 3 ada anak baru tau." ucap Boby.

"Oh ya, cantik nggak?" tanya Eza.

"Cantik, lucu mukanya." jawab Hendri.

Tak lama kemudian bel tanda masuk berbunyi. Mereka semua akhirnya kembali ke kelas masing-masing dan mengikuti pelajaran seperti sebelumnya.

***

Terpopuler

Comments

Maple🍁

Maple🍁

Smoga Suksek Kak Dev... dr Manado lngsung tncap gas ke Mbak Ntoon🤭 Kangen Kak Dev nlis lgi dsni🤗😊

2024-01-10

0

IAH

IAH

akhirnya ada novel baru😁😁🥰🥰

2024-01-10

0

IAH

IAH

/Smile/

2024-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!