Dia Yang Mencuri Perhatian

Untuk beberapa saat Jessica dan si remaja laki-laki SMP itu terpaku. Mereka saling menatap dan mengagumi keindahan masing-masing. Remaja laki-laki itu terlihat tampan dan Jessica memang merupakan remaja yang cantik.

"Punya mata nggak sih lo?"

Jessica mengajukan pertanyaan template ala-ala sinetron yang sering ia tonton. Pada saat itu televisi masih dirajai oleh pesinetron remaja seperti Marshanda dan Nia Ramadhani. Jessica berkata seolah-olah dirinya adalah salah satu dari mereka.

"Lo yang nggak punya mata, main tabrak aja."

Si remaja laki-laki balas sewot kepadanya. Hal itu tentu saja membuat Jessica naik darah dan ingin adu bacot. Tetapi kemudian si remaja laki-laki mendengar teman-temannya yang lain berteriak.

"Woy buruan ada pak Firman!"

"Mau kemana kalian?" teriak guru bernama Firman tersebut. Pada saat yang bersamaan Jessica kembali mendengar suara motor pak Hendrawan.

"Itu guru BK gue." ucap si remaja laki-laki.

"Sama, guru BK gue juga kesini." Jessica ikut-ikutan panik.

Buru-buru si remaja laki-laki berdiri dan meraih sepedanya.

"Naik buruan ke sepeda gue!" ucapnya pada Jessica.

Secara serta merta Jessica pun langsung naik, pada pijakan roda di bagian belakang sepeda gunung milik anak itu. Tak ada boncengan disana, hanya tempat pijakan dan itu sudah cukup.

Si remaja laki-laki mulai mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga, melintasi medan yang kadang penuh semak, dan kadang terjal. Mereka melintasi hutan dan beberapa perkebunan milik warga.

Jessica yang masih saja membawa durian di tangannya menumpukan durian tersebut di bahu si remaja laki-laki tampan.

"Sakit banget, Lo nggak mau buang aja tuh duren?" tanya si remaja laki-laki ketika mereka mulai jauh dan telah berjalan cukup santai.

"Eh iya, tapi sayang nggak sih. Di kota gue mahal loh segini." ucap Jessica.

Si remaja laki-laki pun tertawa.

"Disini mah gratis, asal punya kenalan teman yang punya kebun durian. Atau sengaja aja lewat di kebun orang pas musim. Pasti ada yang ngasih."

"Oh ya?" Jessica tak percaya.

"Iya." jawab si remaja laki-laki itu.

"Baik-baik ya orang sini." ujar Jessica lagi dan lagi-lagi si remaja laki-laki itu tersenyum.

Beberapa saat kemudian mereka tiba di bibir sebuah jalan raya. Jessica ingat jalan tersebut cukup jauh dari rumahnya.

"Gue cuma bisa sampe sini ya, soalnya rumah gue ke arah sana. Lo kan ke arah sana, ngelewatin SMP gue." ujar si remaja laki-laki.

"Ya udah deh, nggak apa-apa. Makasih banyak ya, nih buat lo." Jessica memberikan salah satu durian yang ia bawah. Remaja laki-laki tersebut menerimanya dengan sebuah tawa kecil yang menggemaskan bagi Jessica.

Detik berikutnya mereka pun berpisah. Namun ada satu hal terlewat, ya Jessica lupa menanyakan namanya.

Ia hendak memanggil, tetapi remaja laki-laki itu sudah jauh. Sebab ia mengayuh sepedanya cukup kencang. Akhirnya Jessica pun memilih pulang dan mengingat semua kejadian tadi sambil senyum-senyum sendiri.

Setibanya dirumah yang sudah tiga bulan rampung dibangun tersebut, ia melihat anak-anak SMA sudah pulang.

Usut punya usut ternyata mereka pulang cepat hari itu, sebab guru mengadakan rapat komite dadakan. Jessica melebarkan bibir sampai kuping saking kesalnya.

"Tau begini ngapain gue cabut tadi Markonah." ucapnya kesal.

"Jess, udah pulang kamu?"

Sang ibu yang baru pulang mengajar menegur dirinya. Sang ibu mengajar kelas 1 SD untuk satu mata pelajaran dan ia pun sudah pulang.

"Iya, ma. Jess baru aja pulang sama mereka semua."

Jessica berdusta, padahal ia dan Mutia kabur dan entah bagaimana kabar Mutia sekarang. Keesokan harinya tentu saja Jessica, Mutia dan beberapa siswa-siswi yang kabur sehari sebelumnya dipanggil ke ruang guru.

Mereka dimarahi oleh guru BK, tetapi anehnya Jessica malah senyum-senyum sendiri. Hal itu lantaran dirinya mengingat kejadian kemarin, saat ia bertemu si anak SMP tampan.

"Jessica, kamu dengar nggak bapak bicara sama kamu."

Sang guru BK berkata padanya dan Jessica pun terkesiap.

"I, iya pak. Saya dengar koq." jawab Jessica lalu nyengir.

"Jangan diulangi lagi."

Sang guru BK memberikan cubitan di tangan atas lalu di pelintirnya cubitan tersebut. Memberi rasa sakit yang khas dan efek merah seketika.

"Aduh pak, sakit." ucap Jessica meringis.

"Biar kalian kapok." tukas sang guru BK.

Di tahun-tahun tersebut masih lumrah guru memukul ataupun mencubit siswa-siswi. Jika terjadi di jaman sekarang, mungkin sang guru sudah dilaporkan kepada pihak yang berwajib.

Usai dimarahi mereka semua kembali ke kelas. Nama Jessica mulai naik di kalangan angkatan dan juga kakak kelasnya. Ia mematahkan stereotip bahwa anak pintar pasti pendiam dan kutu buku. Ia, Putri dan yang lainnya menjalani kehidupan remaja mereka dengan seimbang.

***

Malam harinya saat tidur, entah mengapa Jessica terlintas lagi pikirannya mengenai si remaja tampan. Seumur hidup ia banyak tak pernah memikirkan orang lain.

Ia bahkan tidak tau mengapa ia demikian. Yang ia ingat adalah senyuman serta barusan gigi rapi dan lucu milik remaja laki-laki itu.

"Ci Jess, udah tidur belum?"

Si kecil Shane yang baru kelas 4 SD mengetuk pintu kamarnya.

"Kenapa?" tanya Jessica seraya membuka pintu.

"Bantu Shane sama Shena ngerjain PR matematika dong ci. Susah banget soalnya."

"Sama papa aja sana, udah tau cici bloon kalau soal matematika. Makanya selalu ranking 2, karena kalah di nilai matematika." ucap Jessica.

"Iya tapi sama papa tuh nggak asik, ci belajarnya. Suka marah-marah." tukas Shena.

Jessica menarik nafas dalam-dalam guna melihat besarnya pengharapan di mata adik kembarnya itu.

"Ya udah deh, mana sini."

Ia meminta buku pelajaran milik keduanya. Akhirnya Jessica pun membantu mereka untuk menyelesaikan semua itu.

***

Tiga hari kemudian, mereka semua dikejutkan dengan banyaknya anggota prajurit angkatan darat yang membuat camp di sekitaran tempat tinggal warga.

Ada yang di semak-semak, perkebunan dan lain-lain. Bahkan di tanah kosong disamping rumah Jessica pun ada.

Daerah mereka memang dekat dengan wilayah pusat latihan tempur. Tetapi saat itu bukan tanpa alasan para tentara tersebut membuat camp latihan di pemukiman.

Sebab mereka akan dikirim ke salah satu wilayah konflik, yang mana wilayah tersebut berada di tengah-tengah pemukiman warga yang tidak bersalah dan tidak terlibat.

Jadi prajurit tersebut berlatih agar bisa menggulingkan pemberontak tanpa melukai warga sipil. Untuk Jessica dan keluarga ini terasa aneh, tetapi kemudian mereka pun bisa berbaur.

***

"Jess."

Tiba-tiba Mutia menelpon di suatu sore.

"Kenapa Mut?" tanya Jessica heran.

"Gue mau ngajak lo jalan-jalan sore." jawab Mutia.

"Mau kemana dan naik apa?" tanya Jessica lagi.

"Motor." jawab Mutia.

"Motor bapak lo yang RX king itu?" tanya Jessica.

"Kagak, ini ada motor lain. Mau nggak?. Sekalian kita jajan nanti."

"Lo beli motor baru?" tanya Jessica.

"Nggak, motor teman bokap."

"Ya udah, lo kesini deh."

"Oke."

Mutia menutup telpon dan tak lama kemudian ia mendatangi rumah baru Jessica.

Terpopuler

Comments

Hemi Komala

Hemi Komala

betul itu,, kl dihukum guru ngadu ke ortu yg ada ditambahin wkwkwk

2024-09-13

0

Fia11

Fia11

up up up🥰🥰🥰😘😘😘

2024-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!