Jejak Pertemuan Awal

Jessica akhirnya memasuki masa orientasi di sekolah SMA. Ada banyak anak dari SMP lain yang juga masuk kesana. Bahkan ada beberapa yang berasal dari kabupaten.

"Ah mereka mah pasti anak buangan dari kabupaten." Putri mulai julid dan berkata pada Jessica serta Mutia.

"Yakin gue, pasti nggak dapat sekolah negri di sana. Terus masuk sekolah sini dulu biar nanti bisa pindah." timpal Jessica.

Ia sudah mulai julid ketularan Putri dan juga Sandi, teman mereka sejak SMP yang agak gemulai. Sedang Mutia tetap pendiam tetapi ikut-ikutan tersenyum.

"Sok ganteng banget, yang cewek sok cantik." ucap Putri.

"Padahal mah nggak pinter." Mutia kali ini nyeletuk dan mereka semua menahan tawa.

"Jangan ada yang ngobrol."

Kakak kelas yang mengorientasi menegur mereka.

"Iya kaaak." jawab Jessica dan Putri dengan berani.

"Kakak cantik deh." celetuk Riko.

Kakak kelas itu dari yang hendak marah langsung tersipu malu.

"Ada yang lo taksir nggak, Jess?" tanya Sandi.

"Nggak ada, sok ganteng semua. Males gue." jawab Jessica.

"Eh tapi tadi banyak yang ngeliatin kalian." ujar Mutia.

"Oh ya?"

Jessica dan Putri sama-sama tidak sadar jika mereka sebenarnya cantik. Plus mereka pintar dan sudah tersebar gosip tentang siapa mereka dikalangan angkatan baru.

Lalu orientasi pun dilanjutkan sampai di hari ke tujuh. Semua berjalan cukup menyenangkan bagi Jessica. Dan ketika sekolah benar-benar dimulai.

Jessica mulai menunjukkan eksistensi nya dalam berbuat kenakalan. Ia kerapkali masih sering cabut sekolah, dan kali ini kedapatan oleh orang tuanya.

"Jess, cabut boleh. Mama sama papa juga dulu gitu koq. Tapi kami nilai tetap bagus dan tetap jadi juara kelas." ucap sang ibu.

"Kamu pilih aja, kalau mau bandel harus pintar. Kalau males jadi pintar, setidaknya jadilah anak baik." Jonathan menimpali ucapan Franda sang istri.

"Jangan udahlah bandel, bodoh pula." tukas Franda.

"Iya, pa, ma." Jessica mendengarkan ucapan kedua orang tuanya tersebut.

"Satu lagi, kalau cabut itu harus ada timing. Nggak boleh berturut-turut. Setidaknya sebulan dua kali, di minggu berbeda." ujar Jonathan.

"Dan pulang ke rumah, jangan ngelayap." lanjutnya lagi.

"Iya Jess, nanti sekolah kamu malu ngeliat anak didiknya berkeliaran pake seragam." Lagi-lagi Franda menimpali.

Melihat kedua orang tuanya yang tak masalah, Jessica pun jadi seolah menemukan kenyamanan tersendiri.

Sebenarnya hal itu tidak baik, tetapi bagi Franda dan juga Jonathan, mereka tak mau terlalu memaksakan harus disiplin ketat pada Jessica. Sebab mereka tau dunia remaja dan sekolah itu penuh warna.

Lagipula dari pada sang anak kabur entah kemana dan melakukan hal yang tidak-tidak, lebih baik mereka mengizinkan. Asal Jessica bisa dipantau di rumah.

***

Suatu pagi, disaat jam pelajaran fisika.

"Jess, cabut yuk!"

Tiba-tiba saja Mutia menawarkan permintaan laknatnya kepada Jessica.

"Masih pagi, Mut. Ini aja masih ada pak Wiyono." ujar Jessica seraya menatap sekilas ke arah guru fisika yang masih mengajar di depan kelas.

"Lu mau kita dihukum kalau ketahuan?" tanya Jessica lagi.

"Bentar lagi kan istirahat dan jam nya dia habis. Gue males banget habis istirahat nanti jam nya si Adiwinata." ucap Mutia.

Adiwinata adalah guru matematika yang sangat tidak disukai oleh mereka berdua dan beberapa siswa lainnya.

Sebab mereka telah bertemu dengan guru tersebut sejak jaman SMP dan kini harus bertemu kembali. Lagipula Adiwinata dianggap memiliki cara mengajar yang buruk serta tidak asik. Ia juga dikenal suka marah-marah tidak jelas baik kepada siswa maupun siswi.

"Gue juga sebel sih sama dia." Jessica mulai mempertimbangkan ajakan Mutia.

Mereka lalu menoleh pada Putri.

"Gue nggak dulu." ucap Putri.

"Tiga hari yang lalu gue udah cabut sama Evelyn. Waktu kalian nggak mau ikut." lanjutnya lagi.

"Ayolah ikut!" Jessica mulai meracuni pikiran Putri.

"Nggak, ntar gue disuruh push up lagi seratus kali sama bapak gue. Kalau bulan depan oke deh." jawab Putri.

Memang agak menyeramkan, mengingat ayah Putri merupakan anggota TNI. Tetapi ia pun tak begitu ketat sama saja seperti ayah Jessica.

Akhirnya Jessica dan Mutia sepakat, mereka akan kabur sehabis jam istirahat. Sebab bilamana hal itu dilakukan tepat di jam istirahat, dikhawatirkan akan ada yang melihat dan mendadak menjadi cepu.

Bisa saja mereka diadukan pada guru dan orang tua mereka akan dipanggil ke sekolah. Tentu Jessica dan Mutia tak ingin hal tersebut terjadi.

"Buruan, Jess."

Mutia yang sejatinya pendiam tersebut memberi instruksi pada Jessica. Ketika seluruh siswa-siswi telah masuk ke kelas masing-masing. Kebetulan guru matematika belum datang dan mereka telah bersiap.

Area sekitar sekolah yang masih baru tersebut banyak ditumbuhi semak dan masih banyak pepohonan. Sebab tanah tersebut terhubung langsung ke sebuah hutan.

"Buruan, Jess!"

Mutia menginstruksikan sekali lagi dan akhirnya mereka pun kabur. Saat mereka berlari, ternyata dari kelas lain juga ada siswa siswi yang kabur. Tetapi mereka kemudian ketahuan oleh guru BK, yang saat itu masih BP sebutannya.

"Hey mau kemana kalian?" Seru sang guru dengan nada lantang.

"Jess, kabur Jess."

Mutia pikir mereka juga ketahuan, karena sudah kepalang basah akhirnya mereka berlari pontang panting.

Sang guru mengambil motor trill dan mencoba mengejar anak-anak tersebut. Secara serta merta Mutia menarik Jessica untuk tiarap di semak belukar. Jessica menjatuhkan diri dan sang guru BK berlalu dengan motornya, guna mengejar anak-anak lain.

Baru saja Jessica dan Mutia hendak bernafas lega, tiba-tiba...

"Buuuk."

"Buuuk."

Dua buah durian jatuh tepat di depan mata keduanya. Mereka pun kaget, ternyata mereka tiarap di bawah pohon durian yang tengah berbuah lebat.

Tak lama terdengar lagi suara motor sang guru BK. Keduanya lalu kabur dengan membawa durian tersebut. Mereka berlarian tak tentu arah hingga masuk ke dalam hutan. Tak ada raut penyesalan, keduanya malah tampak tertawa-tawa.

Di usia tersebut remaja memang sedang bandel-bandelnya demi menunjukkan eksistensi. Walaupun ada banyak juga yang memilih menjadi tokoh protagonis yang hidupnya lurus-lurus saja.

"Sumpah Mut, gue nggak pernah kayak gini dulu." ucap Jessica sambil tertawa.

"Tapi seru kan?" tanya Mutia.

"Seru dan tegang." jawab Jessica.

Detik berikutnya mereka pun tertawa bersama. Namun kelegaan itu tidak berlangsung lama, pasalnya di beberapa saat kemudian terdengar suara motor trill milik sang guru BK.

"Itu pak Hendrawan." ucap Mutia panik.

"Motornya ke arah sini deh." balas Jessica.

Secara serta merta mereka pun berlarian. Mutia entah kemana dan kini Jessica sendirian tanpa tau arah.

Sementara di lain sudut ada beberapa anak SMP yang juga tengah berlarian. Salah satu dari mereka berteriak.

"Za, buruan!"

Remaja yang diteriaki itu mempercepat mengayuh sepeda. Agaknya mereka juga tengah cabut dari sekolah.

Jessica terus berlarian sambil menoleh ke belakang. Dan tiba-tiba saja,

"Braaaak."

Tubuhnya ditabrak oleh sepeda seorang remaja laki-laki berseragam SMP. Dan keduanya kini sama-sama terjatuh.

Terpopuler

Comments

Maple🍁

Maple🍁

Di tnggu Update bab brikutx Kak Dev... pnsaran ama pertemuan prtama Jess dan Eza... Njirr ke ingat dlu wktu msih skolah di bngku SMA sring blos klau plajaran Matematika, dan sllu smbunyi di area pemakaman keluarga karena bertepatan skolahx dkat Kubur Keluarga,,, Saking lper nunggu jm skolah slesai gue makan buang kedondong yg tmbuh d skitar tanah perkuburan, smpai² tman gue blang hti² woi entar loe kesurupan. sking sringx smpai² dpet srat peringatan dr gurux d sruh ksih sma Ortu... Masa SMA ngak akan prnah gue lupain..

2024-01-10

0

Fia11

Fia11

ditunggu up nya kak😁😁😁

2024-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!