Adaptasi

Hari berikutnya Jessica sudah mulai bisa menerima keadaan. Meski ia masih sangat ingin kembali ke kota. Mengingat di desa ini ketika habis Maghrib pun, orang-orang sudah sepi dan masuk ke dalam rumah.

Sangat berbeda jauh dengan di kota yang bahkan on terus hingga 24 jam. Mau mencari makanan di tengah malam pun ada.

Apalagi disini tak ada sinyal handphone. Kalaupun ada, harus menggunakan antena panjang yang di ikatkan ke perangkat.

Tontonan televisi harus menggunakan receiver, jika tidak hanya akan ada dua channel yang bisa di tonton. Semuanya serba membosankan.

"Hai Jess."

Salah satu teman sekelas Jessica yang bernama Reina mulai menyapa. Jessica tersenyum lalu mereka sama-sama masuk ke dalam kelas.

Tetapi Jessica kaget beberapa saat kemudian, banyak anak laki-laki dari kelas lain sengaja mampir ke kelas tersebut.

Ada yang mengobrol dengan temannya, ada juga yang malah bermain sepak takraw di dalam kelas. Dan bola rotan takraw tersebut tanpa sengaja mengenai kepala Putri. Gadis yang sejak awal sangat sinis pada Jessica.

"Brengsek." teriak Putri dengan nada penuh kemarahan. Sehingga membuat anak laki-laki yang tengah bermain sontak terdiam.

"Kan udah disediakan lapangan, ngapain pada main disini sih?. Bilang aja kalian mau cari perhatian sama anak baru ini."

Putri langsung menjudge mereka semua. Mereka terlihat malu dan Jessica sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Para anak laki-laki itu juga memang salah, tetapi bukan berarti Jessica menyukai Putri.

Tak lama guru pun tiba dan mereka memulai pelajaran. Ketika jam menunjukkan pukul 11 siang, satu persatu anak laki-laki dikelasnya izin ke toilet.

Jessica awalnya terlihat biasa saja, namun akhirnya ia pun sadar jika mereka semua tak ada yang kembali ke kelas.

"Mereka pada kemana, Mut?" tanya Jessica pada Mutia.

"Biasa, minggat." jawab Mutia dengan nada santai, seolah itu semua memang normal terjadi.

"Minggat maksudnya?" tanya Jessica tak mengerti.

"Ya cabut dari sekolah." jawab Mutia lagi. Kali ini dibarengi tatapan mata dan sebuah tawa kecil di bibirnya.

"Mereka kabur dari sekolah ini?" lagi-lagi Jessica keheranan.

"Iya, Jess. Emang di sekolah lo dulu nggak ada yang suka kabur gitu?" Mutia balik bertanya.

"Nggak ada." jawab Jessica polos.

Sebab gadis itu dulunya bersekolah di sekolah elit yang mana seluruh siswanya memiliki minat belajar dan persaingan yang tinggi. Ia tak tau jika ada hal-hal seperti ini disekolah.

"Pasti sekolah lo, sekolah anak orang kaya kan?. Nggak seru berarti." ucap Mutia.

"Emangnya kalau cabut sekolah itu, seru?" Jessica semakin penasaran.

"Seru, Jess. Nanti lo gue ajakin deh." ucap Mutia.

Jessica yang masih merasa aneh hanya mencoba tersenyum tipis, lalu kembali melanjutkan pelajaran.

***

Hari demi hari berlalu, di suatu pagi tiba-tiba Jessica mendengar suara seperti sebuah helikopter melintas dan terbang rendah diatas sekolah mereka.

Dan secara serta merta seluruh siswa berhamburan pergi keluar kelas, termasuk Mutia. Jessica benar-benar bingung dan hanya tersisa dirinya serta Putri saja di dalam kelas.

Jessica menoleh dan begitupula dengan Putri. Untuk beberapa saat mereka saling bertatap mata, sampai akhirnya Putri tersenyum bahkan tertawa kecil. Lalu Jessica pun membalas semua itu.

"Heran ya ngeliatnya?" tanya Putri kemudian.

"Kenapa sih mereka, nggak pernah ngeliat helikopter gitu?" tanya Jessica.

"Ya, gitu deh. Disini kan bukan perlintasan pesawat, jadi mereka semua nggak pernah lihat. Helikopter yang lewat tadi juga punya TNI biasanya. Makanya mereka norak." ucap Putri.

"Waktu pertama pindah juga gue sempat heran koq." lanjutnya lagi.

"Lo juga pindahan?" tanya Jessica.

"Iya, waktu kelas 4 SD." jawab Putri.

Lalu keduanya berbincang sampai siswa-siswi lain kembali masuk ke kelas.

Sejak itu Jessica pun berteman dengan Putri, bahkan Putri memperkenalkan temannya yang berada di kelas lain.

Hari demi hari berlanjut, Jessica mulai belajar untuk kabur sesekali dari sekolah. Dan itu ia lakukan bersama Mutia, Putri dan beberapa siswa lainnya.

Pada akhirnya ia pun mulai beradaptasi dan menikmati tempat tersebut. Hingga tanpa terasa enam bulan sudah berlalu dan mereka harus menghadapi ujian kelulusan.

Jessica lulus dengan nilai yang bagus dan ia meraih juara ke 2. Sementara juara pertama ditempati Putri dan juara ketiga diraih oleh Riko, salah satu teman mereka yang laki-laki.

Mutia sendiri ada di peringkat 5 setelah Reina. Mereka semua akhirnya menyelesaikan sekolah menengah pertama mereka di tahun tersebut.

***

"Lo kenapa Jess?"

Putri bertanya pada Jessica ketika mereka bertemu di suatu sore.

"Nyokap bokap gue nggak ngasih gue SMA di kota, minimal ke kabupaten deh kayak beberapa teman yang lain." ucap Jessica dengan nada penuh kekecewaan.

"Gue juga sama sih, tapi ya udahlah. Toh disini udah dibangun SMA baru, kita sekolah disini aja. Kan enak, sekolah baru biasanya peraturannya nggak terlalu ketat." ujar Putri.

Maka Jessica menghela nafas, meski ia masih kecewa sebab tak bisa kembali ke kota. Paling tidak disini ada Putri dan juga Mutia yang menemani.

Teman-teman yang lain juga masih akan berada disini. Sebab hanya segelintir saja yang dikirim oleh orang tuanya untuk sekolah di kabupaten ataupun di kota.

***

"Lo pernah pacaran nggak sih Jess, di kota?"

Putri bertanya pada Jessica ketika mereka sama-sama mendaftar SMA. Itu terjadi setelah beberapa hari kelulusan.

"Nggak pernah." jawab Jessica.

"Lo sendiri?"

"Nggak pernah juga." jawab Putri.

"Mutia nih mantannya banyak."

Putri menggoda Mutia yang saya itu juga bersama dengan mereka. Jessica menatap temannya yang satu itu, kemudian melontarkan pertanyaan.

"Beneran, Mut?. Lo udah pacaran.

"Kan waktu kita jelas tiga, lo pernah gue kasih tau." jawab Mutia seraya senyum-senyum.

"Oh iya, gue lupa. Dia suka sama anak SMA." ucap Jessica.

"Ih, siapa?" tanya Putri antusias.

"Jangan, jangan!. Jangan kasih tau!" Mutia menghalangi, namun jessica akhirnya memberitahu.

"Cie, cie." Putri pun meledek Mutia dan wajah Mutia kian bertambah merah.

Sejatinya gedung SMA baru saja dibangun di kecamatan tersebut. Namun tahun ajaran telah dimulai sebelum mereka, dengan menumpang di SMP pada siang hari. Juga ada SMA swasta dan juga SMK disana.

Jessica dan teman-temannya akan menjadi angkatan kedua, bila gedung sekolah SMA tersebut rampung nanti.

"Eh, kita jalan aja yuk." ajak Putri.

"Kemana?" tanya Jessica dan Mutia secara bersamaan.

"Udah pokoknya lo berdua ikut aja. Gue jamin kalian pasti suka tempatnya.

Maka Jessica hanya menuruti saja, rupanya Putri mengajak mereka untuk mendatangi sebuah telaga kecil nan indah, di jalan dekat sebuah areal persawahan.

Jessica sampai takjub dan ia pun menikmati semua itu. Sementara dikediaman Mutia, Donny bertanya pada ibunya.

"Mbak Mutia mana mi?" tanya nya pada sang ibu.

"Lagi main sama Jessica." ucap sang ibu.

"Jessica, Jessica itu yang mana sih. Kayaknya gue doang nih yang belum pernah lihat." ucap Eza seraya menyedot es cekek yang ia beli di warung Donny.

"Emang lu nggak pernah merhatiin Kakak kelas kalau lagi upacara?" tanya Hendri.

"Kagak pernah, yi. Gue aja di belakang melulu." ucap Eza lagi.

"Elu mah, gajah lewat juga nggak bakal kelihatan." seloroh Randy.

Lalu mereka pun tertawa-tawa.

Terpopuler

Comments

Tara

Tara

madol.. pada norak kalo lihat anak baru emang 😅🤭

2024-01-11

0

Fia11

Fia11

seru nih ceritanya 😘😘

2024-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!