HUSAN DI TANAH CRATERA
Desing vosta membelah sabana dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kendaraan berbentuk kapsul tersebut terbang rendah di atas hamparan rumput, menimbulkan jejak dari rumput yang dipaksa rebah oleh tekanan dari gesekan udara dengan vosta itu sendiri. Membawa pengendara vosta itu melesat menuju tujuan yang pasti: keluar dari Cratera.
Vosta tersebut bukanlah kendaraan yang besar, hanya muat untuk empat hingga enam orang saja. Sehingga hanya memiliki tinggi setinggi orang dewasa dan panjang empat kali tinggi orang dewasa. Warnanya yang didominasi warna biru elektrik dengan pendar kekuningan di bagian depan, menunjukkan bahwa pemilik vosta tersebut adalah bagian dari kerajaan Cratera.
Di dalam kendaraan tersebut, terdapat empat orang penumpang dan tidak ada yang tampak menikmati perjalanan tersebut. Dua orang dewasa—pria dan wanita, dan seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun mengatupkan rapat bibir mereka dengan rahang yang mengeras dan tengkuk yang kaku memaksa kepala mereka memandang lurus ke depan. Sementara seorang anak perempuan berusia tiga tahun menangis kencang dalam gendongan wanita penumpang vosta tersebut.
“Kaisha, Nak, bersabar ya. Tidak lama lagi kita akan aman,” bujuk Olesha, wanita penumpang tersebut. Ia mencium kepala anak bernama Kaisha tersebut berkali-kali, berharap dapat menenangkannya dengan cepat.
Suami Olesha dan ayah dari Kaisha, Sarvar, mengemudikan vosta dengan menyapukan telapak tangannya di atas sebuah panel di depan tempatnya duduk. Di sebelahnya, Husan duduk sambil sesekali melirik ayahnya. Air matanya mulai mengering, namun ia belum mengatakan apa-apa sejak mereka menumpangi vosta tersebut.
Olesha yang duduk di belakang Sarvar dan Husan, menyadari kegundahan putranya. Dengan lembut ia mengusap punggung Husan, membuat putranya menoleh.
“Ayah-mu akan membawa kita ke dunia permukaan tepat waktu. Kita akan selamat,” hibur Olesha. Ia mencium lembut ubun-ubun Husan demi menguatkan kata-katanya bahwa mereka akan baik-baik saja.
Namun Husan rupanya tak terhibur dengan kata-kata ibunya. Air matanya malah mengalir lagi mengikuti isak tangis yang sejak tadi ia tahan.
“Ibu, ini salahku. Kalau saja aku tidak mendekati Gul, kita tidak akan dikejar Paman Turan seperti ini,” kata Husan penuh sesal.
Dengan sebelah tangan, Sarvar menyentuh kepala Husan dan berkata, “Ayah dan Ibu sebagai orangtuamu juga salah. Kami gagal menjagamu dengan baik. Jangan bersedih. Tabahlah.”
Husan masih menangis. Hanya, kali ini dia terlihat lebih tenang. Ia mendongak, mengarahkan pandangan ke langit Cratera. Barangkali berdoa dalam hati, semoga keluarga mereka dapat meloloskan diri dari kejaran pasukan kerajaan.
Langit Cratera sendiri tidak memiliki matahari. Namun, bukan berarti Cratera gelap gulita. Sebab, hamparan di angkasa tersebut memiliki ribuan mayda gul yang menyinari Cratera sepanjang waktu.
Mayda gul merupakan kumpulan titik-titik cahaya yang jika dilihat dari bawah, tampak seperti bunga. Di mana sebuah titik cahaya yang lebih besar—sebagai pusat sebuah mayda gul, dikelilingi oleh delapan titik cahaya yang lebih kecil dengan warna-warni yang berbeda.
Masing-masing mayda gul memiliki pusat dengan warna yang berbeda. Sehingga langit Cratera tak ubahnya pelangi di dunia permukaan, namun dengan bentuk layaknya hamparan permadani.
Sama halnya dengan di langit, cahaya yang sampai di permukaan tanah Cratera pun berwarna-warni. Sebagian cahaya warna-warni itu menyatu dan menghasilkan cahaya putih yang jernih. Namun sebagian lagi tetap menjejak di permukaan sesuai warna cahaya yang dipancarkan oleh sumbernya, mayda gul. Apa yang terhampar di permukaan tanah, sama indahnya dengan hamparan di langit.
Setelah beberapa lama, vosta yang ditumpangi keluarga kecil tersebut tiba di wilayah stepa Cratera. Itu artinya, tak lama lagi mereka akan tiba di perbatasan Cratera dengan jalan menuju dunia permukaan.
Olesha membuka sebuah kompartemen dan mengeluarkan dua pasang sarung tangan dan sepatu berpendar biru. Ia memakaikan sarung tangan dan sepatu khusus tersebut pada anak-anaknya sebagai persiapan untuk melalui jalan menuju dunia permukaan, karena hampir tidak mungkin menggunakan vosta untuk melaluinya. Sarung tangan dan sepatu tersebut dari qaz—material khusus yang mengandung energi dari Gul*\,* yang akan sangat berguna untuk
melalui medan berat di jalan menuju dunia permukaan.
Namun saat hendak mengambil sarung tangan dan sepatu di kompartemen yang berbeda untuk dirinya dan suaminya, Olesha tertegun. Hanya ada sepasang di sana. Padahal sebelumnya Sarvar sudah mengatakan bahwa ada cukup sarung tangan dan sepatu untuk keluarga kecil mereka.
“Aku memberikannya pada Shavkat dan menitipkan kalian padanya. Mulai sekarang, aku percayakan anak-anak
sepenuhnya padamu,” kata Sarvar saat menyadari kebingungan istrinya. Ia menoleh sesaat untuk memberikan senyuman, lalu kembali menatap ke depan.
Olesha tercekat. Sejak awal pelarian mereka, ia berusaha tegar dengan tidak menitikkan air mata setetes pun. Namun kali ini ia tak kuat lagi.
“Sayang, mengapa…? Kita seharusnya selalu bersama,” tanya Olesha. Ia menempelkan wajahnya di punggung
Sarvar sambil terisak lirih.
“Harus ada yang membeli waktu untukmu dan anak-anak. Ada dua orang yang dikejar oleh Turan di sini. Paling tidak, kita bisa menyelamatkan salah satunya,” jawab Sarvar tanpa menoleh.
Tangis Olesha tetap terdengar di balik punggung suaminya. Sedangkan Husan menatap kedua orang tuanya dengan kebingungan, tak memahami mengapa ibunya tiba-tiba menangis. Namun berbeda dengan abangnya, Kaisha sepertinya sedikit memahami kegundahan hati ibunya. Gadis kecil itu berhenti menangis saat melihat ibunya terisak.
Di luar sana, Shavkat melambaikan tangan saat melihat vosta yang dikemudikan oleh Sarvar dari kejauhan. Olesha dapat melihat bahwa adik kandungnya tersebut mengenakan sarung tangan dan sepatu yang serupa dengan yang
ia kenakan. Sarung tangan dan sepatu yang sedianya untuk Sarvar, ayah dari kedua orang anaknya.
Sarvar segera menyuruh keluarganya turun dari vosta. Sudah tak ada waktu lagi. Pasukan Turan bisa tiba kapan saja untuk menangkap mereka sekeluarga.
Setelah Husan turun dan Kaisha diambil alih oleh pamannya, Olesha memanfaatkan waktu yang tersisa untuk memeluk Sarvar dan memberikan kecupan singkat di kening.
“Susul kami setelah selesai menghadapi mereka. Berjanjilah,” kata Olesha.
Sarvar hanya tersenyum tipis. Ia tidak bisa menjanjikan apa-apa. Saat melihat Husan yang menunggunya untuk turun, Sarvar berseru padanya.
“Jaga ibu dan adikmu! Patuhi ibu dan pamanmu!”
Setelah istrinya turun, Sarvar segera mengemudikan vosta berbalik arah. Tujuannya jelas untuk menghadapi para pengejar mereka. Menyadari kepergian Sarvar, Husan mengejar dan berteriak memanggil ayahnya.
“Ayah! Kenapa pergi?! Kembali!”
Namun Sarvar sudah sangat jauh sehingga tak mungkin terkejar hanya dengan berlari. Husan mengedarkan pandangan dan melihat vosta kecil berwarna kuning madu milik Shavkat yang terparkir. Ia segera melompat ke dalamnya.
“Husan!” sergah Olesha. Ia mengejar putranya, hendak menariknya keluar.
“Aku harus membawa Ayah kembali, Ibu!” balas Husan seraya mencoba menghidupkan vosta milik pamannya tersebut. Tentu saja ia gagal karena vosta tersebut bukan miliknya.
Olesha menarik lengan putranya, namun tepukan lembut dari Shavkat mencegahnya.
“Tidak apa-apa, Kak. Kami akan mengawasi dari kejauhan. Kami tak akan lama,” kata Shavkat.
“Tapi…”
Shavkat melompat masuk ke dalam vosta-nya. Di bawah tatapan kakak dan keponakan perempuannya, ia membawa Husan menyusul ayahnya.
“Paman, kenapa Ayah kembali ke sana? Kenapa Ayah tidak mau pergi bersama kita?” tanya Husan sambil mengusap wajahnya untuk mengeringkan sisa-sisa air matanya.
“Paman tidak tahu. Sabarlah. Kita akan mencari ayahmu, lalu kembali pada ibumu. Kita tidak boleh meninggalkan mereka berdua lama-lama,” jawab Shavkat. Pria yang hanya lebih tua lima belas tahun daripada Husan tersebut menghembuskan napas kasar. Seperti berharap agar dalam perjalanan mereka berdua, mereka tidak akan bertemu dengan hal-hal yang dapat menggagalkan pelarian mereka ke dunia permukaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments