Tidurkan Aku

Tidurkan Aku

Part 1

“Bagaimana Bibi?”

Lyra menatap Bi Mirah dengan tatapan penuh harap, jika dia gagal lagi mendapatkan pekerjaan kali ini maka dia dan putrinya tidak tau akan bagaimana kedepannya. Hanya Bi Mirah yang menjadi harapannya kali ini.

Bi Mirah tersenyum lembut lalu menyentuh tangan Lyra. “Kau bisa pindah sore ini,” ucapnya dengan senyum terukir di wajahnya.

Mendengar itu Lyra melompat kegirangan, dia mencium tangan perempuan tua di depannya sembari mengucapkan terima kasih berkali-kali.

“Apa Bibi sudah memberitahu tentang kondisiku yang memiliki seorang anak?” tanya Lyra dengan nada was-was, dia baru teringat dengan hal itu, selama ini kebanyakan tempat kerja menolaknya karena alasan itu.

“Tuan Liam tidak keberatan dengan hal itu, lagi pula kita tidak akan tinggal di mansion utama, kita akan tinggal di paviliun yang terletak di belakang mansion, Tuan Liam tidak akan mempermasalahkan selama kau bekerja dengan baik.”

Lyra membuang nafas lega mendengarnya, sekarang semua masalahnya perlahan-lahan bisa diatasi, beruntung dia bisa bertemu dengan Bi Mirah. Dengan bekerja di sini, dia tidak hanya mendapat pekerjaan tapi juga tempat tinggal dan makanan. Setidaknya untuk sekarang dia bisa merasa tenang.

Lyra melayangkan pandangannya menatap di balik gerbang besar di belakang tubuh Bi Mirah, mansion yang sangat besar.

“Terima kasih banyak Bibi,” ucapnya penuh rasa syukur.

“Tuan Liam Biasanya pulang sebelum jam makan malam, sebaiknya kau sudah datang sebelum beliau pulang agar kau bisa langsung memperkenalkan diri,” ucap Bi Mirah.

Lyra mengangguk cepat, “Baik Bibi, kalau begitu aku pulang sekarang, sekali lagi terima kasih,” pamit Lyra. Dia lalu balik kanan meninggalkan Bi Mirah yang juga balik badan memasuki gerbang.

Lyra dan putrinya yang berusia empat tahun tinggal menumpang dengan Camila, sahabat Lyra di sebuah kontrakan yang terletak tidak terlalu jauh dari mansion tempat dia akan bekerja.

Sesampainya di kontrakan Lyra disambut oleh Camila dan Sofia putrinya yang sedang bermain di ruang tamu.

“Mama...” Sofia berlari menghampiri Lyra yang baru saja membuka pintu.

“Anak Mama... ”

Lyra berjongkok di depan putrinya untuk mensejajarkan tinggi badan mereka. Dia lalu tersenyum mengusap kening putrinya yang sedikit berkeringat.

“Bagaimana? Apa kau diterima?”

Camila mendekat sembari membereskan beberapa mainan yang berserakan di lantai.

Lyra akhirnya duduk berselonjor di lantai sembari memangku Sofia yang sepertinya sudah mengantuk. Ini memang sudah lewat jam tidur siang Sofia, putri Lyra itu memang selalu kesulitan tidur jika tidak ada Ibunya.

“Aku diterima! kami akan pindah sore ini,” ucap Lyra dengan suara tertahan sambil tersenyum sumringah. Tangannya bergerak menepuk-nepuk pelan paha putrinya yang sebentar lagi akan tertidur.

"Benarkah?!" Seru Camila ikut merasa senang.

Lyra mengangguk cepat sembari tersenyum senang.

Camila menghela nafasnya dengan lega, setelah mendengar jika sahabatnya itu sudah mendapat pekerjaan. Sebenarnya dia tidak keberatan jika Lyra dan Sofia terus tinggal di kontrakkannya namun sekarang Lyra tidak bisa terus tinggal bersamanya setelah orang-orang yang sedang mencari Lyra menemukan tempatnya.

“Syukurlah, aku kira kali ini gagal lagi seperti terakhir kali."

“Majikan Bi Mirah sepertinya orang baik, dia tidak mempermasalahkan sama sekali tentang aku yang akan membawa Sofia.” Lyra menunduk memandang putrinya yang sudah tertidur bersandar di dadanya.

“Aku berharap bisa mengumpulkan uang secepat mungkin,” lirih Lyra, raut wajahnya berubah sedih.

“Kau pasti bisa! Sekarang kau sudah mendapat pekerjaan, lagi pula gaji yang ditawarkan di tempat kerjamu cukup tinggi.” Camila menepuk bahu sahabatnya itu memberi kekuatan. Seandainya dia punya banyak uang sudah pasti dia akan membantu Lyra.

Lyra mencoba mengukir senyum di wajahnya. Dia percaya semuanya akan mulai membaik kali ini.

Lyra kemudian berdiri, berjalan masuk ke dalam kamar untuk menidurkan putrinya di atas kasur lalu dia kembali ke ruang tamu, duduk bersama Camila di atas sofa.

“Apa mereka datang lagi?” Lyra bertanya khawatir.

Mengerti maksud pertanyaan Lyra, Camila memiringkan tubuhnya menghadap Lyra. Perempuan itu memainkan boneka barbie yang ditemukannya tersembunyi di balik bantal sofa.

“Tidak, sepertinya karna kemarin aku berteriak memanggil tetangga saat mereka datang, jadi mereka takut untuk datang lagi.”

“Syukurlah,” ucap Lyra lega. Dia takut orang-orang yang mencarinya datang dan mencoba menyakiti Camila.

“Apa kau masih belum bisa menghubungi bajingan itu?” Camila bertanya dengan nada jengkel.

Lyra menggeleng lemah, “Aku sudah tidak ingin menghubunginya lagi, aku sudah lelah. Lebih baik aku fokus pada Sofia, aku tidak ingin peduli lagi tentang dia.”

“Baguslah kalau kau sudah memutuskan begitu. Tapi bagaimana dengan hutang-hutang itu? orang-orang itu akan terus mencarimu selama hutang itu belum dilunasi.”

“Aku tidak pedui, selagi aku bisa bersembunyi dari mereka aku tidak akan khawatir. Lagi pula itu bukan hutangku, aku tidak pernah meminjam uang pada rentenir-rentenir itu. Mereka tidak punya hak untuk menuntutku membayarnya.”

“Betul, laki-laki berengsek itu benar-benar kelewatan, dia meninggalkanmu dan kabur bersama perempuan lain, lalu menyuruhmu membayar hutang-hutangnya. Padahal dia tau anaknya sedang sakit keras.”

Camila mendadak kesal mengingat tentang laki-laki yang menghancurkan hidup sahabatnya itu.

“Sudahlah aku tidak ingin lagi membahas tentang dia, lebih baik aku mulai berkemas sekarang. Bisakah kau membantuku untuk mengumpulkan mainan sofia ke dalam box?” Tanya Lyra, dia hendak beranjak memasuki kamar.

“Tentu,” Balas Camila.

***

“Selamat malam Tuan, nama saya Lyra Maharani, usia saya dua puluh lima tahun."

Dengan gugup Lyra memperkenalkan dirinya di depan majikannya yang ternyata masih terlihat cukup muda. Pria dengan rahang tegas, alis tebal dan hidung mancung di depannya tidak mengalihkan pandangannya dari ponsel di tangannya.

Apa ini bukan waktu yang tepat untuk memperkenalkan diri? Lirih Lyra di dalam hati.

Lyra hanya bisa menunduk memadangi tangannya yang sedang bertaut. Dia semakin gugup karna pria di depannya tidak mengatakan apa-apa bahkan tidak melihatnya sama sekali.

“Tuan Liam?”

Bi Mirah yang menemani Lyra menemui majikannya akhirnya bersuara melihat majikannya itu tidak bergeming.

Pria yang dipanggil Liam itu pun mengangkat wajahnya lalu menatap Lyra dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan menilai.

“Single mother?” Tanyanya.

“Iya Tuan,” jawab Lyra dengan gugup bercampur khawatir.

Liam mengangguk-angguk sebelum melepas kaca mata yang dipakainya. “Begini, saya tidak suka dengan anak kecil, saya menerimamu bekerja di sini karna kau kerabat Bi Mirah, jadi pastikan anakmu tidak berkeliaran di mansionku. Untuk pekerjaan dan yang lainnya kau bisa bertanya pada Bi Mirah. Itu saja, kalian bisa pergi.”

“Baik Tuan, terima kasih,” ucap Lyra lalu segera pergi bersama Bi Mirah meninggalkan Liam yang kembali sibuk dengan ponsel di tangannya.

Terpopuler

Comments

Hearty 💕

Hearty 💕

Saya hadir kembali

2024-03-16

2

Ersa

Ersa

🌹🌹🌹🌹 utk othor

2024-02-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!