Lyra segera menghampiri putrinya yang sedang memeluk Bi Mirah, setelah mendengar Liam berteriak dan Bi Mirah berlari keluar, Lyra juga menyusul.
“Ada apa sayang?” Tanya Lyra pada Sofia setelah perempuan itu mengambil alih putrinya itu dari pelukan Bi Mirah.
“Mama, Sofia takut,” cicit Sofia. Gadis kecil itu mencoba mengintip di balik tubuh Ibunya pada Liam yang sedang melipat tangan di depan dada, laki-laki itu masih menatapnya tak suka.
Lyra segera berdiri, menyembunyikan Sofia di belakang tubuhnya lalu menghadap dengan posisi menunduk ke arah Liam.
Melihat Lyra, Liam kemudian beranjak dari sana, membuat Lyra segera menggendong Sofia dan membawanya kembali ke paviliun, Bi Mirah masuk ke dalam mansion menyusul Liam.
“Sofia kenapa keluar?” Tanya Lyra pada putrinya saat mereka sudah sampai di paviliun.
“Sofia takut, tadi ada kucing besar mau masuk ke rumah," ujar Sofia mengeratkan pelukannya pada leher Ibunya.
Lyra menghela nafas mendengar itu. Sofia memang memiliki ketakutan pada hewan berbulu itu. Saat berusia dua tahun putrinya itu pernah dicakar oleh kucing tetangga mereka, dan sejak saat itu Sofia sangat takut pada kucing.
"Yasudah, Sofia tidak perlu takut, kucingnya tidak akan bisa masuk ke rumah. Sekarang Sofia makan ya, biar Mama ambilkan."
"Sofia mau disuap," rengek Sofia saat Lyra hendak beranjak.
Lyra mengangguk, "Ayo," ajaknya sembari menggandeng tangan putrinya.
Lyra kemudin membawa putrinya ke ruang makan dan mengambilkan makanan. Dengan telaten dia menyuapi putrinya itu. Sebelumnya Sofia selalu makan sendiri, Lyra hanya akan mengambilkan saja dan membiarkan putrinya itu makan sendiri.
Setelah lima belas menit akhirnya nasi di piring Sofia habis. Lyra memastikan keadaan putrinya baik-baik saja sebelum meninggalkan gadis kecilnya itu sendirian. Dia harus kembali ke mansion. Tidak tau apa yang akan terjadi, tapi Lyra harus menghadapinya, meski ekspresi Liam saat melihatnya tadi menunjukkan kemarahan yang besar, namun dia harus bisa menghadapi majikannya itu, dia harus mengakui kelalaiannya dan meminta maaf.
***
Liam duduk di kursi ruang kerjanya dengan laptop terbuka di depannya. Laptop itu hanya dibiarkan begitu saja, dia sedang menunggu seseorang saat ini.
Liam bahkan sampai menunda makan malamnya.
Jari tangannya mengetuk-ngetuk permukaan meja. Sebelumnya dia sudah meminta Bi Mirah untuk menyuruh Lyra, pembantu baru di mansionnya untuk menemuinya di ruang kerjanya, namun sudah lima belas menit perempuan itu masih belum memperlihatkan batang hidungnya.
Apakah perempuan itu tidak ingin bekerja lagi di mansion ini? Dia sudah sangat bermurah hati dengan mengizinkan perempuan itu bekerja di sini sambil membawa anaknya. Dan sekarang sepertinya perempuan itu sedang menguji kesabarannya.
Tidak lama kemudian pintu ruang kerjanya diketuk dari luar.
"Permisi Tuan." Lyra masuk setelah Liam mempersilakan.
Lyra menunduk mendapatkan tatapan mengintimidasi dari Liam. Tidak bisa dipungkiri saat ini dia benar-benar takut.
“Saya sudah memperingatkan kemarin, saya tidak suka ada anak kecil berkeliaran di sekitar mansion.”
Lyra semakin menunduk dalam mendengar perkataan Liam. Dia tidak menyangka di hari pertama dia bekerja hal ini terjadi.
Tangan Lyra saling meremas, dia tidak kuasa menatap wajah Liam yang saat ini sedang menyorot tajam ke arahnya.
“Maaf Tuan, saya pastikan kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi,” ucap Lyra memberanikan diri. Setakut apapun dia, dia harus berani meminta maaf, dia tidak ingin dipecat di hari pertama dia bekerja.
"Tatap saya kalau kau sedang berbicara!" ucap Liam dengan suara tegas.
Lyra tanpa sadar menggigit bibirnya sangking gugup. Perlahan dia mengangkat wajahnya. Pandangan mata Liam masih lurus ke arahnya.
"Saya memohon maaf Tuan," lirih Lyra. Dia sudah memasang ekspresi sememelas mungkin.
"Saya heran kenapa manusia seperti kalian berani-beraninya memiliki anak padahal jelas-jelas tidak bisa bertanggung jawab dan tidak bisa menjaga anak kalian dengan baik. Jika belum bisa menjadi orang tua seharusnya jangan memaksakan diri. Manusia-manusia tamak yang ingin memiliki segalanya tapi tidak memiliki kemampuan apa-apa. Malang sekali nasib anak-anak yang terlahir dari manusia-manusia seperti kalian."
Tenggorokan Lyra terasa kering mendengarkan perkataan menohok dari Liam, sebagai seorang Ibu, tentu perkataan panjang Liam sangat menyakiti egonya.
"Sekali lagi saya mohon maaf Tuan," ucap Lyra sembari menahan air matanya yang hendak jatuh.
Ingin sekali dia membantah perkataan Liam namun dia sangat membutuhkan pekerjaannya. Semua ini untuk putrinya, dia akan bertahan dan menelan kata-kata pahit Liam begitu saja.
“Ini peringatan pertama dari saya, dan saya harap kamu benar-benar memegang kata-katamu.” Liam menutup laptop di hadapannya.
"Baik Tuan, terima kasih masih bermurah hati kepada saya."
Lyra dengan air mata yang sudah mengalir turun membungkuk setelah mengatakan itu. Setidaknya dia tidak dipecat. Lyra mengusap air matanya dengan cepat. Dia tidak boleh terlihat lemah.
Setelahnya Liam melambaikan tangannya, memberikan isyarat agar Lyra segera keluar dari rungannya.
Lyra pun menurut, dia kemudian menunduk lagi lalu pamit sebelum berbalik badan meninggalkan ruang kerja Liam.
Di depan pintu Bi Mirah menunggu dengan cemas. "Apa kata Tuan?" Bi Mirah bertanya penasaran.
"Tuan Liam hanya memperingatkan aku Bi," jawab Lyra. Mereka berdua kemudian beranjak dari sana menuju ruang makan untuk menyajikan makan malam Liam yang tertunda.
"Jika Tuan Liam mengatakan hal yang menyakitkan, jangan dimasukkan ke dalam hati, beliau tidak bermaksud begitu."
Bi Mirah mengelus bahu Lyra yang lemas, dia yakin Liam pasti mengatakan sesuatu yang membuat Lyra sampai memasang ekspresi sedih seperti itu.
"Aku tidak apa-apa Bi, lagi pula sebagai seorang pembantu aku tidak diberikan hak untuk merasa tersinggung dengan perkataan apa pun. Aku hanya perlu berusaha melupakannya."
Tidak baik membiarkan perkataan Liam menguasai fikirannya, Lyra berusaha terlihat baik-baik saja. Yang perlu dia lakukan adalah memastikan bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi lagi.
Sikap Liam yang dingin seperti itu membuat Lyra harus berhati-hati, sepertinya Liam bukan orang yang akan mau repot-repot berbelas kasih kepada orang lain, apa lagi seorang pembantu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hearty 💕
Semangat Lyra
2024-03-17
3