Lyra menatap sekelilingnya dengan tatapan kagum. Mansion ini benar-benar luar biasa indah dan megah. Kemarin dia tidak benar-benar memperhatikan lantaran terlalu gugup ketika bertemu pertama kalinya dengan majikannya, Tuan Liam.
Mansion yang Luas dan besar ini memiliki aura yang sama seperti pemiliknya, dingin. Mungkin karna hanya ditinggali oleh satu orang saja.
Saat ini Lyra sedang menyiram tanaman di halaman mansion. Sekitaran mansion ini ditumbuhi banyak tanaman. Sepertinya Liam adalah orang yang menyukai tanaman. Terbukti sekeliling mansion tidak ada spot yang tidak ditumbuhi tanaman, mulai dari berbagai jenis bunga juga pohon-pohon yang tidak dibiarkan meninggi.
“Selamat pagi Tuan.”
Lyra menyapa kala melihat Liam keluar dari mansion menuju mobilnya yang terparkir di pekarangan. Seorang sopir bernama Mamat yang sedari tadi berdiri di depan pintu mengambil tas yang dibawa oleh majikannya itu untuk dimasukkan ke dalam mobil, Mamat kemudian membukakan pintu mobil untuk Liam.
Liam tidak membalas sapaan Lyra sama sekali, laki-laki itu hanya melirik sekilas melalui sudut matanya. Lyra kembali menarik sudut bibirnya yang menampilkan senyum terlalu lebar untuk menyapa majikannya. Apa yang diharapkan Lyra, tentu saja orang seperti Liam tidak akan sudi membalas sapaan seorang pembantu sepertinya.
Lyra menunduk saat mobil yang membawa Liam melewatinya. Sebagai seorang pembantu dia harus menunjukkan rasa hormatnya kepada majikannya.
Mobil hitam mengkilap itu pun menghilang di balik pagar yang tertutup otomatis.
Lyra pun melanjutkan pekerjaannya. Karena halaman mansion yang cukup luas, mungkin akan memakan banyak waktu untuk menyirami seluruh tanaman itu. Halaman belakang juga samping kiri dan kanan masih harus disiram.
Satu setengah jam setelahnya Lyra akhirnya selesai menyiram seluruh tanaman di sekitar mansion. Pekerjaan selanjutnya adalah membersihkan area kolam renang, lalu setelahnya dia akan membersihkan jendela-jendela besar di area gym.
Karena Bi Mirah sudah cukup berumur jadi dia hanya mengerjakan pekerjaan dapur. Tiga hari sebelum Lyra datang, orang yang biasanya mengerjakan pekerjaan bersih-bersih seperti itu sudah pulang kampung.
“Bagaimana bekerja di sini?”
Bi Mirah yang datang dari arah dapur membawakan segelas air putih untuk Lyra.
“Terima kasih Bibi,” ucap Lyra menerima gelas berisi air putih dari Bi Mirah.
“Area yang dibersihkan luas sekali, cukup menguras banyak tenaga. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Bibi yang mengerjakan semua ini,” balas Lyra setelah meneguk air putih di tangannya.
Bi Mirah tersenyum, dia ikut duduk di kursi panjang yang di duduki Lyra. “Dua tahun yang lalu Bibi masih mengerjakan semua ini sendiri.” Bi Mirah memandang jauh ke depan. Teras belakang ini memang area yang enak untuk bersantai.
“Oh ya?” Lyra terkejut tidak percaya. Dia saja yang masih sangat muda mengaku kelelahan membersihkan sebagian tempat di mansion ini, apa lagi Bi Mirah yang sudah berumur.
“Bibi sudah terbiasa sejak dulu bekerja di sini sendirian, Tuan Liam itu tidak suka orang baru, kalau bukan karna Bibi yang jatuh sakit dan meminta berhenti dua tahun yang lalu, tentu Tuan Liam tidak akan mau menerima Imah, gadis yang bekerja sebelum kamu. Jadi, agar Bibi tetap bekerja di sini dia bersedia menerima pekerja baru asalkan itu orang yang Bibi kenal, seperti kamu dan Imah," jelas Bi Mirah panjang.
Lyra mengangguk-anggukkan kepalanya, ternyata itu penyebabnya Liam bersikap jutek padanya. Bukan karna ada yang salah dengan dirinya tapi karna memang Liam tidak menyukai orang baru.
“Kenapa Bibi tidak berhenti saja? Usia Bibi sudah cukup tua, seharusnya sekarang Bibi menikmati kehidupan Bibi, pulang ke kampung dan berkumpul dengan anak-cucu," kata Lyra simpati.
Bi Mirah menggeleng, matanya memandang jauh ke atas langit.
“Kalau Bibi berhenti, Tuan Liam akan sendirian di sini. Sejak kecil dia sudah terbiasa dengan kehadiran Bibi, dia tidak memiliki siapa-siapa.”
“Memangnya orang tua Tuan Liam kemana?” Tanya Lyra penasaran.
“Sudah meninggal saat Tuan Liam berumur lima tahun.”
Bi Mirah tersenyum getir, ingatannya melayang jauh ke masa lalu. Masa yang begitu sulit untuk diingat. Saat itu dia baru beberapa bulan bekerja di mansion. Dan kejadian naas itu pun terjadi.
“Lebih tua satu tahun dari Sofia,” seru Lyra. Dia tidak bisa membayangkan anak seusia itu harus kehilangan orang tuanya.
“Sudahlah, sekarang sudah siang. Ayo kita makan siang. Sofia pasti sudah menunggumu di paviliun.”
***
Liam pulang tepat pukul setengah tujuh, Laki-laki berperawakan tinggi itu memasuki mansion dengan menenteng jas dan tas kerjanya. Dia langsung naik ke lantai dua dan memasuki kamarnya.
Tidak lama kemudian laki-laki itu turun ke lantai bawah lalu duduk di ruang tengah menunggu makan malam. Liam menyalakan televisi, memilih-milih tontonan yang kiranya bisa menarik baginya. Berita tentang kecelakaan pesawat yang disiarkan di salah satu saluran televisi swasta menarik perhatiannya.
Liam mengetuk-ngetukkan jarinya di sandaran sofa, mendengarkan dengan fokus laporan dari reporter, hingga tiba-tiba fokusnya teralihkan. Samar-samar dia mendengar suara seseorang. Liam mengerutkan alisnya, dia menajamkan pendengarannya. Selain dirinya, yang ada di rumah ini sekarang hanya Bi Mirah dan seorang pembantu baru, kedua orang itu sekarang sedang sibuk menyiapkan makan malam di dapur, tidak mungkin suara itu berasal dari satpam yang berjaga di depan.
Merasa penasaran dengan suara tersebut Liam beranjak dari duduknya. Kakinya membawanya melangkah ke pintu samping mansion. Di luar sedikit remang.
“Mama!”
Seorang anak kecil, anak perempuan. Liam menajamkan pengelihatannya, anak kecil itu sedang menangis sambil membawa sebuah boneka beruang berukuran sedang.
“Mama! Sofia takut."
Liam membuang hafasnya kasar. Dia lalu menghampiri gadis kecil yang kelihatan ketakutan itu. Dia tidak suka anak kecil, mereka berisik.
“Siapa kau?” Tanya Liam dingin.
Gadis kecil bernama Sofia itu terlonjat kaget mendengar suara berat Liam. Melihat Liam, Sofia mendekat.
“Apa Om melihat Mamaku?” tanya Sofia dengan masih sesenggukan. Tangan mungilnya bergerak mengusap air matanya sendiri.
Liam tidak menjawab, dia menatap Sofia dengan tatapan meneliti. “Siapa kau?” Liam kembali mengulang pertanyaannya. Matanya menyorot tajam Sofia yang kini menatapnya takut-takut.
Sofia menunduk. “Namaku Sofia. Mamaku bekerja di sini,” cicitnya.
Liam memutar bola matanya jengah, dia sudah menduga, perempuan yang membawa anak itu akan sangat mengganggu.
“Bi Mirah!”
Liam berteriak, membuat Sofia semakin ketakutan, gadis kecil itu menutup telinganya dengan sebelah tangannya. Suara Liam membuat Sofia kembali sesenggukan.
Tidak berapa lama kemudian, Bi Mirah keluar dengan berlari kecil. Dia menatap bingung Liam yang memunggunginya.
“Ada apa Tuan?” Tanya Bi Mirah. Tidak biasanya Liam berteriak seperti itu.
Liam kemudian menggeser tubuhnya. Bi Mirah terkejut mendapati Sofia yang berdiri di depan Liam.
“Nenek!” Sofia menghambur memeluk Bi Mirah.
“Ada apa nak?” Bi Mirah menunduk memeluk tubuh Sofia yang terasa dingin. Dia mengusap wajah gadis kecil itu, merapikan rambutnya yang tidak terikat.
“Om itu galak,” bisik Sofia namun masih dapat didengar oleh Liam.
Mendengar itu Bi Mirah melirik takut-takut ke arah Liam yang masih berdiri di depannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hearty 💕
Om jangan galak² dong kan Sofia nggak masuk ke rumah juga, kasian anak kecil di tinggal kerja
2024-03-17
3