Pergi Atau Bertahan
Belakangan ini Olivia sangat sering mengikuti sosok senior yang membuatnya kagum. Senior itu memiliki wajah dingin dan tegas, yang justru menambah ketampanannya. Sudah setahun Olivia menyukainya. Sekarang ia memiliki keberanian untuk menyatakan cintanya.
Hari ini ia memang tidak ada jadwal belajar di kampus, jadi Olivia memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya. Olivia berdiri di parkiran tempa mobil biasanya parkir, setelah melihat mobil sudah diparkir oleh pemiliknya, Olivia langsung menghampirinya.
Untuk menyatakan perasaannya, Olivia sudah berdandan dengan cantik hari ini. Untuk lebih menarik perhatian seniornya. Wajahnya berseri-seri, penuh dengan senyuman, mndekat ke arah seniornya.
"Kak Alex, Ada hal yang mau aku bilang?"
Olivia meletakkan tangannya dibelakang untuk menghilangkan kegugupan. Waktu itu masih pagi, tapi sudah terbilang cukup banyak mahasiswa yang datang ke parkiran.
"....."
Karena seniornya tidak menjawab, ia langsung mengungkapkan niatnya.
"Aku cinta sama kakak. Kakak mau tidak, menerima cinta aku"
Olivia mengatakan satu kalimat dengan lancar, keringat mengalir di pelipis wajahnya. Saat mengatakannya ia hanya menunduk, tidak berani menatap waja seniornya.
Tidak ada sedikitpun suara yang berasa dari mulut pria itu, Olivia memberanikan diri melihat mata pria dihadapannya. Hanya ada tatapan dingin dari pria itu. Telinga nya tiba-tiba menangkap suara samar-samar di parkiran.
'Lihat Olivia, dia menyatakan perasaannya sama senior'
'Berani banget dia'
'Dasar perempuan tidak tau diri, dia tidak punya kaca ya dirumah. Pantesan saja berani'
'Orang yang lebih dari dia saja ditolak'
'Kelihatan sekali murahannya'
Olivia menatap orang-orang yang membicarakannya. Orang-orang itu hanya menatapnya dengan wajah kebencian dan menjijikkan. Olivia mengerutkan alisnya bingung. Kenapa mereka berkata buruk tentang aku?
"Minggir, jangan pernah temui saya lagi"
Hanya dengan satu kalimat dari bibir pria itu mampu untuk membuat dirinya lemah. Olivia menyingkir dari hadapan pria itu, membiarkan melewatinya seperti angin. Ia hanya menatap sendu pada punggung kasar pria itu.
......
"Heii, kamu Olivia kan?"
Olivia yang sedang menikmati makanannya hampir tersedak saat mendengar suara kerasa menghampirinya. Ia terengah-engah, mengambil minum dan melegakan tenggorokannya. Ia menatap sosok wanita didepannya, melihat lencana di dipakainya menandakan kalau wanita ini adalah seniornya.
"Iya, Kak. Memangnya kenapa?"
Olivia menatapnya dengan pandangan bingung. Ia tidak kenal dengan wanita ini, tapi kenapa wanita ini mendatanginya.
"Beranin banget kami menyatakan cinta sama Alex. Alex itu calon pacar aku"
Wanita itu berteriak di depan wajahnya, matanya bahkan hampir keluar sangking marahnya.
"Tapi, aku dengar kak Alex belum punya pacar"
Olivia akhirnya mengerti mengapa seniornya ini mendatanginya. Pasti gara-gara kejadian tadi pagi, berita pernyataan cintanya dengan Alex menjadi perbincangan hangat dikampus. Berita itu disebar secara anonim di forum kampus, bahkan dosen pun bisa melihatnya.
"Berani jawab lagi, dengarin ya! Kamu itu tidak pantas dengannya! Kalau kamu masih berani deketin Alex lagi, aku tidak akan segan-segan untuk mengusir kamu dari kampus ini atau kalau perlu, aku bisa pakai cara kekerasan"
Wanita semakin emosi, di cafetaria sedang ramai saat itu. Otomatis mereka mendengar semuanya yang terjadi. Tak banyak dari mereka yang mencibirnya dengan kata-kata buruk.
"....."
Karena tidak mendapat tanggapan darinya, wanita langsung pergi dengan marah. Menggertakan giginya, orang-orang yang mengenalnya bahkan tidak berani menyapanya.
Olivi yang ditinggal hanya bisa diam, menundukkan wajahnya. Makannya masih tersisa banyak, tapi selera makannya langsung hilang. Ia bangkit dari kursi dan pergi, tanpa mempedulikan tatapan sinis dari semua orang.
.....
Hari sudah senja, karena tidak ada kegiatan lagi, ia memutuskan untuk pulang. Mengistirahatkan dirinya, kejadian hari banyak menguras tenaganya. Ia harus melawan dan menghadapi orang-orang yang membencinya karena pernyataan cintanya. Saat fokus dengan lamunan nya di jalan, ia mendengar ponselnya berdering. Itu nomor asing yang tidak dia kenal.
"Halo, apakah ini dengan saudara Olivia"
Untuk menghilangkan rasa penasarannya, ia langsung mengangkat ponselnya. Suara diujung ponsel langsung mencapai indera pendengarannya, seorang pria, suaranya tegas dan sopan.
"Iya, saya sendiri"
Olivia membalasnya dengan sopan.
"Ibu anda dipukuli oleh sekelompok preman tadi. Saat ini kondisinya sedang kritis. Mohon segera datang ke rumah sakit segera"
Pria itu memberitahukan kabar ibunya yang masuk rumah sakit. Tubuhnya bergetar, ponsel yang dipegangnya hampir terjatuh. Hanya dengan satu kalimat ia langsung pergi tergesa-gesa ke rumah sakit.
"Baik, dok. Saya akan segera datang"
Kepergiannya yang tergesa-gesa langsung menarik perhatian mahasiswa dikampus, semenjak berita nya terkenal, semua mahasiswa siswa kampus hampir mengenalnya. Kepergiannya yang tergesa-gesa justru menjadi bahan pertanyaan bagi semua orang. Tak terkecuali sosok pria yang membuatnya terjerat dalam berita itu.
....
Di cafetaria, Alex sedang menikmati makan siangnya yang hampir terbilang sore bersama dengan 2 Sabahat dekatnya di kampus. Mereka Allano dan Steven. 2 orang laki-laki yang saling bertolak belakang, tapi mampu untuk menjadi sahabat.
Alex menikmati makanannya tanpa melihat tatapan kagum dari mahasiswa di cafetaria. Sebenarnya ia paling membenci keramaian, karena perutnya sudah lapar, ia terpaksa makan disana.
"Lex, aku dengar Olivia bilang cinta sama kau. Beneran?"
Allano membuka keheningan diantara mereka. Mengucapkan satu kalimat yang membuat mood makannya turun. Ia sangat jengkel jika menginginkan kejadian tadi pagi.
"Hmm"
"Terus diterima?"
Steven bertanya dengan semangat.
"Sepertinya kita sudah tau apa jawabannya"
Allano menatap Alex dengan seringai licik, Alex yang ditatap hanya acuh tak acuh. Tidak untuk baginya untuk menjawab pertanyaan yang tidak penting.
"Apa?"
"Yasudah pasti ditolak"
Allano berkata dengan semangat, sambil membayangkan bagaimana cara Alex menolak wanita itu.
"Wajar saja sih ditolak, yang lebih dari Olivia saja ditolak"
Steven menambahkan, Allano mengangguk setuju. Saat orientasi mahasiswa baru, banyak senior yang menyatakan cinta pada Alex. Tapi ia menolak semuanya tanpa terkecuali.
"Itu orang nya bukan"
Allano dan Alex sontak menatap sosok yang ditunjuk Steven, menatap gadis yang melewati mereka dengan tergesa-gesa. Meja makan mereka tepat di sebelah meja. Sehingga mereka bisa melihat Olivia yang berlari ke arah cafe untuk menunggu taxi.
Alex bahkan tanpa sadar melihat kegelisahan dari mata wanita itu, wajahnya terlihat pucat dari terakhir kali ia lihat tadi pagi. Tapi, ia langsung mengalihkan perhatiannya ke ponsel. Bermain game tanpa mempedulikan temannya yang berisik.
.....
Setelah turun dari taxi, Olivia langsung tergesa-gesa masuk ke rumah sakit. Membuka pintu ruangan dimana ibunya berada. Di bangsal putih, ibunya dirawat. Ia melihat tubuh ibunya berbaring di bangsal, dengan beberapa luka di wajah dan selang infus di tangan kanannya.
"Ibu"
Olivia memanggil ibunya dengan nada senduh, ia memeluk pelan tubuh ibunya, takut akan menyakitinya. Ibunya yang awalnya menutup mata langsung membuka matanya saat mendengar suara putrinya.
"Oliv"
Suaranya hangat dan lembut, sangat menenangkan di hati. Ibunya adalah wanita sangat lembut didunia. Matanya selalu memancarkan kasih sayang untuk Olivia, putri satu-satunya.
"Ibu tidak apa-apa kan? Bagaimana kabar ibu? Olivia takut saat mendengar dokter mengatakan kalau ibu kritis"
Olivia berkata dengan panik, meneliti tubuh ibunya satu-persatu. Memperhatikan luka-luka yang terdapat dibeberapa anggota tubuh ibunya. Ia menatap ibunya, air matanya mengalir diujung matanya. Sejak diperjalan tadi, ia menahan air matanya agar tidak menanggung orang-orang yang melihatnya. Sekarang Olivia bisa mengeluarkan air matanya dengan lega.
Menghilangkan semua rasa takut dan kekhawatiran di hatinya. Ibu satu-satunya tiba-tiba dibawa ke rumah sakit, merupakan pukulan yang berat untuknya. Rasa takut kehilang mengalir ditubuhnya. Ia tidak ingin merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya lagi.
"Sekarang ibu sudah lebih baik sayang"
Wanita dibangsal menjawab dengan senyum, tangan satunya yang tidak diinfus mengelus pelan kepala putrinya. Memancarkan kasih sayang yang besar didalamnya. Mencoba untuk menenangkan putrinya.
..... Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
uwu.__.uwu
Ending yang menghangatkan hati, seperti pelukan. 🤗💕
2024-01-08
0