Olivia melirik jam tangan dipergelangan tangan kanannya. Memperhatikan waktu yang sebentar lagi menunjukkan pukul 09.00, jadwal belajarnya akan dimulai pukul 09.15, masih ada waktu beberapa menit untuk berjalan.
"Oliv!!!"
Olivia memutar tubuhnya kebelakang, mencari sumber suara yang memanggil namanya barusan. Olivia mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa wanita yang memanggil namanya itu. Walaupun sudah 1 tahun kuliah nya, Olivia masih belum terlalu hapal wajah beberapa teman sekelasnya. Kesendiriannya dan dirinya yang jarang bergaul dengan teman sekelasnya membuatnya merasa kesulitan saat ada tugas kelompok.
"Naya?"
Akhirnya, setelah beberapa detik kemudian, ia mengenal pemilik suara dan wajah itu. Itu adalah Naya, walaupun mereka tidak berteman dekat, tapi Naya banyak memberitahu Olivia tentang beberapa informasi perkuliahan. Sehingga Olivia merasa sangat terbantu.
"Bareng ya perginya, aku bosen pergi sendiri setiap hari. Lagian kita juga sekelas, jadi sekalian saja"
Naya berdiri disamping Olivia, tinggi mereka hampir sama. Dengan senyum manis dan matanya yang cerah.
"Kamu tidak takut pergi denganku?, kamu tau kan, apa yang akan mereka bicarakan kalau kamu berteman sama aku"
Olivia bertanya dengan senyum tipis di sudut bibirnya. Walaupun peristiwa pernyataan cintanya sudah terjadi beberapa hari yang lalu, masih ada beberapa mahasiswa yang memandangnya sinis. Untungnya Olivia hanya menatapnya acuh tak acuh.
"Aku tidak peduli soal itu, lagian kamu kan bukanya pencuri atau pembunuh. Jadi tidak ada alasan aku harus menjauhi mu karena masalah sepele. Mereka saja yang iri dan cemburu sama kamu"
Seandainya semua orang berpikir seperti Naya. Pasti kehidupannya di kampus bisa jauh lebih baik lagi. Sehingga ia tidak perlu repot-repot untuk pindah ke kampus lain. Mengenai kepindahannya ke kampus lain, hanya ibu dan wakil dekan serta laki-laki itu yang mengetahuinya.
"Kamu bisa saja"
Olivia membalas dengan senyum ringan. Cahaya matahari memantul di kelopak matanya, menebarkan rasa hangat dihatinya.
"Yaudah, ayo kita pergi sekarang. Sebentar lagi Bu Ana masuk"
Mereka berjalan bersama, beriringan tanpa mempedulikan tatapan orang lain. Setiap waktu, Olivia selalu ingin merasakan ketenangan hidup didalam kampus. Semuanya hancur saat pernyataan cintanya. Seandainya saja waktu bisa diputar, semuanya tidak akan terjadi.
.....
Olivia dan Naya masuk kedalam kelas, duduk bersebelahan didekat jendela. Duduk didekat jendela merupakan tempat favorit nya, jika merasa bosan, ia bisa menatap lingkungan diluar jendela. Terdapat beberapa pohon besar yang rindang dengan segala aktivitas mahasiswa. Ada yang belajar mandiri sampai kegiatan rapat organisasi.
Setelah duduk beberapa saat, teman-teman lainnya didepan kursinya mulai berbicara. Pembicaraan mereka terbilang cukup keras sampai Olivia bisa mendengar setiap detail ceritanya. Sebenarnya ia tidak berniat untuk menguping, tapi karena menyangkut dosen yang akan menggantikan Bu Ana, ia langsung tertarik.
"Aku dengar Bu Ana sakit, tapi katanya ada asisten dosen yang akan menggantikannya"
"Kamu tau orang nya?"
"Masih belum tau, aku dengar dari ruang dosen kemarin"
"Semoga saja baik ya, seperti Bu Ana"
Olivia mengerutkan pelipisnya. Bu Ana sakit? Ia baru tahu sekarang. Tapi selama beberapa hari di kelas, ia memang terlihat agak pucat. Semoga Bu Ana cepat sembuh. Bu Ana adalah dosen yang paling baik di kelas ini, ia tidak pernah marah walaupun kami melakukan kesalahan.
"Oliv? Kamu sudah dengar akan ada dosen pengganti yang menggantikan Bu Ana hari ini?"
Olivia menatap Naya disebelah kursinya, biasanya ia duduk didepannya. Tapi karena didepan sudah diisi oleh orang lain, Naya akhirnya duduk disebelah Olivia.
"Aku baru tau sekarang"
Olivia hanya menjawab seadanya. Diujung lorong, ia mendengar langkah kaki yang berat. Semua mahasiswa dikelas langsung hening, degup jantung mereka berdebar beriringan dengan langkah yang akan semakin dekat.
Tok..... tok
Siluet laki-laki dingin dan tegas akhirnya muncul dipintu. Matanya tajam dan alisnya tegas, kerutan diwajahnya menandakan bahwa ia tidak mudah untuk diajak bicara. Tatapan matanya menyapu seluruh isi ruangan.
"Selamat siang"
Olivia masih menundukkan kepalanya pada awalnya, berdoa didalam hatinya untuk mendapatkan dosen pengganti sebaik Bu Ana. Namun, suara tegas dan tajam laki-laki menghancurkan harapannya. Ia mengangkat kepalanya, matanya menatap dosen pengganti yang masih berdiri di pintu. Matanya melebar, tubuhnya bergetar.
'Kenapa dia yang menjadi dosen pengganti!'
Olivia menatapnya dengan terkejut, peristiwa beberapa hari yang lalu menghantui pikirannya. Segala pikiran buruk memenuhi kepalanya. Kepalanya seketika berdenyut. Ia masih memfokuskan matanya kepada pria didepannya. Sampai pria itu menatapnya, menatap Olivia yang duduk disebelah jendela. Olivia yang merasa ditatap langsung mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menghilangkan kegugupannya.
Olivia berharap agar tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu, tapi sekarang ia muncul didepannya sebagai dosen pengganti, pasti lebih membuat mereka akan sering bertemu setiap saat. Olivia menghela nafasnya pelan, menetralisirkan detak jantung nya. Menganggap semua yang terjadi seperti biasa. Matanya mencoba untuk menghindari wajah pria itu.
"Saya Alex, mahasiswa semester 7 yang akan menggantikan Bu Ana beberapa hari ke depan. Saya harap kalian semua bisa berkerja sama, saya akan mencatat segala perilaku kalian dan akan memberikannya pada Bu Ana. Sekarang lanjutkan presentasi kelompok"
Alex melangkahkan kakinya, duduk di meja dosen. Menghadap dan menatap mahasiswa didepannya. Matanya tertuju pada seseorang yang duduk disebelah jendela. Alex dan wanita itu awalnya berbalas tatapan, tapi kemudian wanita itu lebih memilih untuk menatap ke luar jendela sampai saat ini.
Wajahnya semakin dingin, aura dikelas perlahan berubah. Semua mahasiswa tiba-tiba merasakan hawa dingin yang mengalir ditubuh mereka mereka. Alex masih menatap wanita disebelah jendela dengan dingin. Memikirkan segala macam kemungkinan dikepalanya. Apakah pemandangan diluar jendela lebih menarik, dari pada wajahnya?
Suara presentasi langsung mengalihkan pandangannya dari wanita itu. Memfokuskan perhatiannya pada jalannya presentasi, matanya masih menatap dingin. Seharusnya ia tidak memperdulikan wanita itu. Tapi tidak tau kenapa, ada yang berbeda dengannya. Membuat Alex tidak merasa nyaman.
"Sekretaris, datang ke ruangan saya setelah jam istirahat"
Presentasi telah selesai menandakan jam istirahat. Mahasiswa yang awalnya merasa tegang saat kelas dimulai langsung rilex. Presentasi hari ini cukup terbilang tegang, tidak ada yang berani bertanya. Sekalipun ada yang berani bertanya, Pria itu langsung menganggap bahwa pertanyaan tidak menunjukkan kualitas sebagai seorang mahasiswa. Sehingga tidak ada yang berani bertanya.
Karena tidak ada yang berani bertanya, semakin membuat suasana kelas runyam. Pria itu akhirnya menunjuk beberapa orang untuk bertanya. Penyaji materi tidak sama tegang nya. Mereka diharuskan untuk menampilkan sebuah materi yang menarik tanpa membaca laporan. Hal itu tentu saja membuat mereka tegang. Biasanya mereka selalu membaca laporan setiap presentasi. Tapi hari ini berbeda, mereka diharuskan untuk memahami setiap detail isi materi tersebut.
Setelah pria itu keluar dari dalam kelas, suasana kelas kembali normal. Banyak mahasiswa yang menjerit dan hampir menangis. Mereka yang awalnya selalu semangat untuk masuk kelas, langsung kehilangan semangat mereka.
Olivia bisa melihatnya dari ekspresi mengeluh diwajah temannya. Ia pun juga merasakan apa yang mereka rasakan. Saat dalam mode serius laki-laki itu lebih terlihat kejam dan dingin, seperti dosen sungguhan. Baru kali ini Olivia melihatnya dalam mode serius. Biasanya laki-laki itu hanya menatap dingin dan acuh tak acuh sekitar nya.
Kalimat terakhir yang diucapkan langsung membuat tubuhnya bergetar. Kenapa ia harus menjadi sekretaris untuk semester ini? Seandainya ia menolak untuk menjadi sekretaris kemarin, pasti ia tidak perlu repot-repot untuk menemui pria itu di ruangan dosen. Ia sangat ingin menjauh dari pria itu, menjauh-sejauh mungkin. Tapi sekarang, menghindar pun terasa sulit.
"Oliv, ayo makan"
Naya bertanya disebelahnya, Olivia hanya mengangguk. Perutnya sudah berbunyi, jam sudah menunjukkan pukul 12.00, menandakan jadwal makan siang sudah dimulai. Ia memasukan semua bukunya ke dalam laci meja. Melangkahkan kakinya ke cafetaria bersama Naya.
....
Dari pada memilih istirahat, ia lebih suka duduk di ruangan dosen. Untuk asisten dosen, disediain tempat seperti dosen lainnya. Alex duduk dimejanya, menatap dan membalikkan lembar demi lembar daftar nama mahasiswa yang berada di kelasnya tadi. Bahkan tidak memperhatikan pintu ruangan yang telah terbuka.
"Alex, bagaimana kelas hari ini? Menyenangkan? Bagaimana reaksi Olivia? Pasti langsung terkejut kan saat melihat mu"
Itu temannya, Allano dan Steven. Mereka terlalu sibuk sampai bisa mengunjunginya disini. Mereka menghampiri Alex, berdiri disebelahnya.
"Pertanyaan mu terlalu banyak bodoh"
Allano menyangkal pertanyaan yang keluar dari mulut Steven. Steven yang dijawab hanya mengerucutkan bibirnya sebal. Kelakuan mereka berdua memang sering membuatnya jengah.
"Tidak ada yang menarik"
Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Walaupun sebenarnya ada yang berbeda, ia tidak akan pernah mengatakannya. Apalagi setelah mengetahui jalan pikir temannya. Lebih baik diam.
....... Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments