Namanya, Nando

Selain Nenek dan Kak Frans, ada satu lagi anggota keluarga yang belum aku beritahukan pada kalian. Dia adalah Fernando, burung beo tidak bisa terbang yang sangat cerewet. Apalagi kalau dia sedang lapar, seperti sekarang ini.

“Jangung, jagung, jagung …,” Fernando berteriak keras sambil berputar – putar mengelilingi kamarku. Karena tidak bisa terbang, Fernando bebas jalan – jalan di rumah. Nenek tidak mau menaruhnya di dalam kurungan. “Coba kalau kamu dikurung, bagaimana persaanmu?” begitu Nenek bilang kepada siapa saja yang bertanya kenapa Fernando tidak masuk dalam kurungan.

“Fernando, tidak sopan cowok seperti kamu masuk kamarku tanpa permisi!” aku angkat Fernando dengan kedua tanganku, menghadapkan mukanya ke mukaku. Aku pura – pura marah, lalu mencium paruhnya dengan gemas.  

“Jagung, jagung” Fernando berteriak lagi sambil mengibas – ngibaskan sayapnya.

“Ambil saja sendiri,” aku letakkan Fernando di lantai. Dia berjalan – jelan berputar sekeliling kamar.

“Fernando, aku mau ganti pakaian nih. Gak boleh ngintip.” 

Terdengar suara Fernando “O … o …,” kemudian dia menutupkan dua sayap di kepalanya. Aku ganti seragam sekolahku cepat – cepat dengan celana pendek dan kaos. “Sudah boleh dibuka sekarang.”

Sekilas sempat kulihat Fernando menggembungkan dadanya lega.

“Jagung, jagung, Sophie,” burung nakal itu berteriak – teriak lagi tidak sabar.

“Iya, aku ambilkan. Sabar sebentar yah.” aku lari ke dapur dan mendengar samar – samar suara gitar Kak Frans dari arah Toebroek. Setelah aku dengarkan baik - baik, ternyata bukan suara satu gitar yang ku dengar, melainkan dua. Ada orang selain Kak Frans yang sedang bermain gitar. Cepat – cepat aku lari ke Toebroek sambil beberapa butir jagung dalam genggamanku jatuh membentuk jejak dari dapur ke Toebroek. Seperti Hanzel dan Gretel gitu lah.

Di Toebroek aku lihat Kak Frans memainkan gitarnya, duet dengan seorang cowok yang baru kali ini aku lihat. Cowok itu tinggi sedikit gemuk dengan sepasang tangan kuat yang sedang menari – nari di atas senar gitar. Dia bermain gitar sambil menunduk, membuat rambutnya yang agak gondrong menutupi wajahnya. Badannya kadang bergoyang sesuai dengan irama yang dia mainkan. Kadang sangat pelan, kadang tiba – tiba berubah menjadi kuat.

Dan aku merasa kalau cupid telah tepat melemparkan panahnya tepat di jantungku. Tubuhku rasanya hangat dan jantungku berdetak lebih cepat sampai – sampai aku tidak bisa bergerak. Waktu telah berhenti dan semestaku tiba – tiba saja bernyanyi, seperti matahari dan bintang, planet – planet di dalam galaxy menyampaikan melodi indah yang mungkin tidak akan pernah terulang lagi. Aku berdiri tegak seperti orang yang sedang ikut upacara lengkap dengan segenggam jagung di tangan kanan.

“Sophie, kamu kenapa berdiri di situ?” Kak Frans berteriak sambil tangannya masih bermain gitar. Cowok itu mendongak, matanya terlihat tidak senang karena teriakan Kak Frans memecah konsentrasinya. Dia berhenti dan ikut – ikuttan memandangku. Saat itulah aku tahu kalau cupid menancapkan panahnya ke hatiku untuk kedua kalinya sehingga urat tubuhku mengendur dan …….. byarrrr ……., jagung di genggaman tanganku jatuh memenuhi lantai. Sama sekali bukan pertemuan pertama yang patut diingat dan diceritakan ke anak cucuku kelak.

“Eh, sorry, Fernando minta jagung,” aku menunjukkan tangan kananku sebelum menyadari kalau ternyata tangan kananku sudah kosong.

“Eh …. maksudku aku tadi mengambil jagung di dapur buat Fernando,” aku membuat alasan sekenanya sambil menyesali mengapa aku tidak bisa membuat alasan yang lebih pintar.

“Fernando ada di bawahmu Sophie,” Kak Frans memajukan kepalanya menunjuk Fernando yang sedang mematuk – matuk jagung di bawah kakiku. Pasti dia tadi mengikuti jejak Hanzel dan Gretel yang aku buat. Setidaknya ada satu hal pintar yang ku lakukan.

“Oh,iya. Maaf, aku tadi tidak lihat,”

Hah .. maaf ? Kenapa aku harus minta maaf ? Memangnya aku salah apa ?

“Nando, ini Sophie, keponakanku yang aku ceritakan barusan” Cowok cupid itu bernama Nando. Nama yang indah, seindah orangnya. Aku tersenyum dan dia mengangguk.

“Frans !!!” Suara Nenek nyaring terdengar dari dalam rumah.

“Iya Mami. Sophie, kamu temani Nando dulu yah. Permisi Fernando,” Kak Frans berjalan melewati aku dan Fernando.

Siang itu, Toebroek sedang sepi. Jadi otomatis hanya ada kami bertiga disana. Aku, Nando dan Fernando.

“Fernando itu burungmu ?”

“Iya, namanya seperti namamu.”

Nando seperti kebingungan, lalu tertawa.

“Kamu tahu apa yang lucu Sophie?”

“Apa?”

“Nama depanku Fernando.”

Dan kamiu berdua sama – sama tertawa. Fernando, burung beo nakal itu itu adalah anggota keluarga. Apakah ini adalah suatu pertanda kalau dia juga akan menjadi angoota keluarga? Mataku berbinar – binar.

“Sophie, nyanyi, Sophie, nyanyi”

“Kamu suka menyanyi?” tanya Nando.

“Suka sih. Tapi hanya di kamar mandi.”

“Gak mungkin. Kak Frans bilang suaramu bagus,”

“Kak Frans bilang begitu ke kamu?”

“Iya. Dia bilang juga, meskipun tidak begitu jago, tapi permainan gitarmu lumayan” katanya sambil mengangguk membuat rambutnya bergoyang. Aku harus berterima kasih pada Kak Frans karena sudah memujiku di depan Nando. Dekatkan dia padaku Kak!

“Kamu bisa nyanyi apa ?” katanya kemudian seakan – akan ingin mengiringi nyanyianku dengan gitarnya.

“Apa saja,”

“Ehm,  Kamu seperi hantu bisa?” wajah seriusnya kelihatan lucu.

“Lagu apa itu ?” aku tidak bertindak bodoh lagi karena aku sangat yakin sepanjang hidupku baru kali ini aku mendengar ada lagu dengan judul seperti itu.

“Bukan lagu apa – apa. Asal saja aku sebutkan. Just kidding. Aku bingung kamu bilang ‘apa saja’. Lagu apa ?”

“Leaving on the Jetplane?”

Dia mengangguk kemudian memasang jari – jarinya di kunci C.

“Main gitar sama – sama dong. Biar lebih asyik,” kata dia. Walaupun aku sring berlatih gitar, tapi aku tidak pernah serius sehingga sampai sekarang aku anggap permainan gitarku sama sekali belum pantas dibanggakan.

“Jangan deh. Gitarku lagi di kamar. Malas ambil nih,”

“OK deh. Lain kali kita main sama – sama yah?”

Aku angukkan kepalaku mantap. Setelah Nando memainkan intro yang aku anggap sangat sempurna, aku mulai menyanyi,

 

All my bags are packed

I'm ready to go

I'm standin' here outside your door

I hate to wake you up to say goodbye

But the dawn is breakin'

It's early morn

The taxi's waitin'

He's blowin' his horn

Already I'm so lonesome

I could die

So kiss me and smile for me

Tell me that you'll wait for me

Hold me like you'll never let me go

'Cause I'm leavin' on a jet plane

Don't know when I'll be back again

Oh babe, I hate to go

 

Ketika baris terakhir aku ucapkan dan Nando selesai dengan gitarnya, terdengar suara Kak Frans bersemangat. Seperti baru saja menemukan satu lembar seratus ribu rupiah di tengah jalan.

“Nando, kamu mau mengiringi Sophie menyanyi di sini minggu depan ?”

Setelah memandangku sejenak dia bertanya, “Hari apa ?”

“Jum’at malam.”

“OK. Kak Frans, tapi aku harus pergi sekarang,” Nando berkata sambil memasukkan gitar di sarungnya kemudian pergi sambil memberiku hadiah sebuah senyuman. “Ketemu Jum’at depan yah!” dia melambai sambil berlalu pergi.  

“Kak Frans kok gak tanya Sophie dulu sih ?”

“Kamu suka khan Soph ?”

Aku diam saja tidak menjawab, pura – pura marah.

“Sudah, tidak usah pura – pura Soph. Kuberi tahu kamu satu hal. Nando suka cewek yang bisa nyanyi dan main gitar.” Kak Frans merapikan gitar dan partitur lagu – lagunya. Aku bisa bermain gitar, tapi hanya sedikit. Sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Nando. Apalagi Kak Frans. Akhirnya, sambil menahan gengsi aku berkata,

“Kak, tolong ajari Sophie main gitar yah,” aku pikir mungkin ini adalah saat yang tepat buatku untuk mulai menggunakan gitar peninggalan Mama lebih serius lagi.

Fernando bersandar di salah satu papan Toebroek sambil memandang beberapa pohon apel yang daunnya mulai tumbuh. 

Find me on IG @eveningtea81 for daily quite and short stories!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!