Menikahi Bos Dingin
"Argh," Clarissa membuka kacamata yang berwarna cokelat yang bertengger di hidung mancungnya, sesaat setelah ia menapaki negara asalnya. Clarissa menatap langit, dan menghirup udara dalam-dalam yang sangat ia rindukan.
"Akhirnya aku kembali," gumamnya dan kembali memasang kacamatanya. Clarissa yang biasa di sapa Risa kembali melanjutkan langka kaki jenjangnya berjalan menuju lobby bandara sambil menggeret kopernya yang berukuran lumayan besar.
Rissa melirik jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya. Clarissa perempuan cerdas berusia 23 tahun sudah menyelesaikan S2-nya di Oxford University nya dengan beasiswa. Walaupun dia dari keluarga yang mampu, tapi Risa mengambil S2 nya melalui jalur beasiswa.
Dert.. dert....
Ia menghentikan langkah kakinya saat terdengar dering suara ponsel dari dalam tasnya. Ia melepaskan tangannya yang dari tadi memegang kopernya. Ia membuka tas jinjing dan mengambil ponselnya.
Rissa menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya saat melihat nama seseorang yang akan menjemputnya.
"Hei kalian dimana? Cepetan dong, panas ini!" ucap Risa pada seseorang di balik teleponnya, sembari mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah cantiknya.
"Sabar! Kami udah di jalan, kayak Lo nggak tau aja, macet!" jelas Anggun sahabat Rissa yang akan menjemputnya.
Setelah menutup teleponnya, ia melanjutkan langkahnya menuju coffeshop yang ada di lobby bandara.
Rissa menghela nafas berat, ia pun mematikan ponselnya, lalu berjalan dengan anggun menuju cofee shop yang ada di lobby bandara. Ia berinisiatif menunggu sahabatnya di sana, karena masih cukup lama sahabat yang akan menjemputnya tiba.
Matanya berkeliling mencari kursi kosong di dalam coffeshop. Terdengar helaan nafasnya karena tak ada satu pun meja kosong yang tersisa untuknya. Semua meja sudah terisi semua.
Rissa nampak terkesima saat manik mata cokelatnya terhenti pada sosok pria yang menurutnya sangat tampan.
"Ya ampun, itu cowok ganteng banget!" gumam Rissa yang melihat sosok laki-laki yang ia kagumi ketampanannya.
"Sendirian lagi! Gue temenin aja, kali yah!" sambung Rissa tersenyum nakal. Ia juga ingin mengistirahatkan kakinya dan membasahkan tenggorokannya.
Rissa pun berjalan bak model dengan tangan yang menggeret koper. Banyak pasang mata yang melihat ke arahnya mengagumi kecantikan dan keseksian tubuh miliknya.
"Permisi!" Pria itu mendongakkan kepalanya melihat perempuan yang berdiri di depan mejanya.
Rissa tersenyum dan menarik kacamata ke atas kepalanya. Pria itu menautkan kedua alisnya sembari tangannya meletakkan cangkir yang beri kopi ke meja.
"Sorry! Mejanya terisi penuh semua!" ucap Rissa sembari melirik ruangan yang mejanya sudah diisi penuh. Pria itu pun ikut melihat sekeliling coffe shop, dan memang benar seluruh meja sudah terisi semua.
"Boleh, Saya duduk di sini?" sambung Rissa dengan menyunggingkan senyumnya.
Dengan sedikit terpaksa pria tampan itu menganggukkan kepalanya memperbolehkan Rissa untuk duduk. Menurutnya, itu hanya alasan Rissa saja yang ingin mendekatinya. Dari pengalaman yang sudah-sudah.
"Terima kasih!" ucap Rissa tersenyum dan mendudukkan bokong seksinya di sofa dengan kaki yang menyilang menunjukkan paha putih mulusnya. Ia pun memanggil pelayan Kafe dan memesan secangkir machiato.
"Sendirian?" tanya Rissa pada pria di depannya yang sedari tadi fokus memainkan tabletnya, tidak menghiraukan keberadaannya.
Ia menjawab dengan anggukan tanpa menatap Rissa.
Rissa menghela nafas kesal, dirinya hanya mendapat anggukan dari pertanyaannya. Ia merasa dicueki. Sebelumnya, tidak ada satu pria yang tidak terpesona dengan kecantikan wajahnya, dan keseksian tubuhnya.
"Ni, orang nggak bisa ngomong apa? Dari tadi ditanya, cuma ngangguk doang! Nggak liat apa, gue udah sekece ini, dicuekin! Bener-bener rabun ni orang!"
rutu Rissa dalam hatinya karena selama ini tidak ada yang tak melihat dirinya.
Dert ... dert ...
Suara dering ponsel memecah kekesalan hatinya. Ia pun mengambil ponselnya, yang ia taruh di atas meja, dan mengangkat panggilan telepon dari temannya.
"Eum.. Mas, makasih tumpangan mejanya! Saya sudah di jemput!" pamit Rissa pada pria yang ada di depannya setelah menjawab panggilan telepon dari sahabatnya. Dan lagi-lagi, ia mendapat anggukan kepala tanpa melihat dirinya. Ia pun menurunkan kembali kacamata dan melekatkannya di hidung mancungnya.
Rissa mendengus kesal melihat pria yang dari tadi tidak menatapnya. Ia pun segera melanjutkan langkah kakinya keluar dari coffeshop. Untuk pertama kalinya, seseorang tak melihatnya.
**
Tin ... Tin....
Rissa menoleh ke arah sumber suara klakson. Ia membuka kacamatanya, dan menyangkutkannya di kerah bajunya. Ia berjalan sambil menggeret kopernya ke arah mobil yang berhenti di depannya.
Dua perempuan turun dari dalam mobil yang berhenti di depannya. Mereka berjalan mendekat, dan menghampiri Rissa yang terlihat cemberut.
"Sorry, tadi jalanan macet," ucap Anggun sambil mencium kedua pipi Rissa, dan memeluknya, bergantian juga dengan Melly yang mencium dan memeluk Rissa.
"Wow, Lo makin seksi aja!" Melly melihat penampilan Rissa dari atas sampai bawah, yang memakai mini dress tanpa lengan, yang melekat ditubuhnya, dan bibir yang sedikit tebal berwarna merah.
Rissa menjawab dengan senyuman, "Buruan deh, masukin koper gue! Panas, gue," ucap Rissa sambil mengibas-ngibaskan tangannya di wajahnya. Rissa berjalan masuk ke dalam mobil sahabatnya di kursi penumpang belakang.
"Belagu, Lo," ucap Anggun terkekeh. Melly menggeret koper Rissa ke bagasi mobil. Melly mengangkat dan memasukkan kopernya ke dalam bagasi.
Anggun dan Melly berjalan masuk ke dalam mobil, Anggun duduk di kursi kemudi sedangkan Melly duduk di samping kursi kemudi. Anggun pun mengemudikan mobilnya keluar dari bandara.
"Sumpah, gue beneran panas banget! Lo, tau nggak gue tadi ketemu cowok! Parahnya tu cowok cuma ngangguk-ngangguk aja, gue ajakin ngomong!" adu Rissa kesal pada kedua sahabatnya.
Anggun dan Melly tertawa mendengar rutuan kekesalan sahabatnya itu. Mereka sangat tahu, sebelumnya tidak ada pria yang tidak memperhatikan sahabatnya itu.
"Nggak usah ketawa kalian!" teriak Rissa kesal.
"Nggak, gue ngga ngetawain, Lo! Gue cuma geli aja dengernya cuma ngangguk doang! Ris, mungkin itu cowok emang nggak bisa ngomong alias bisu!" ucap Melly dan kembali terbahak.
Rissa terdiam. "Masa sih, bisu! Sayang banget orangnya cakep gitu!" gumam Rissa membayangkan wajah pria yang menurutnya sangat tampan.
Anggun yang melihat raut wajah Rissa dari balik spion tersenyum. "Mungkin, susuk Lo, udah nggak mempan lagi! Makanya di cuekin!" ucap Anggun lalu tertawa.
"Bener, tuh! Lo, harus bertapa lagi, tuh!" timpal Melly.
Rissa memukul sandaran kursi yang di duduki kedua sahabatnya. "Sembarangan, Lo, bilang susuk gue luntur! Kecantikan gue ini berasal dari air wudhu!" ucap Rissa.
"Udah deh, nggak usah bahas tu cowok lagi!" ucap Rissa dan menyandarkan kepalanya di punggung kursi.
" Ris, Lo mau langsung ke rumah atau kemana dulu, nih?" tanya Anggun yang melirik Rissa dari kaca spion dalam mobilnya.
" Males, gue pulang. Gue nginep di apartemen, Lo aja."
Rissa tidak memberitahu orang tuanya, jika hari ini ia pulang ke Indonesia. Rissa terlahir dari keluarga yang broken home. Ayahnya, suka bermain perempuan karena ibunya workaholic. Tetapi, ayahnya hanya memiliki satu istri, yaitu ibunya sendiri. Rissa mempunyai kakak laki-laki bernama Reno.
"Nyokap Lo, ngga tau kalo Lo balik hari ini?" Melly memutar lehernya menghadap Rissa.
Rissa menghela nafas, dan mengangguk, "Mereka mana peduli, gue udah balik apa belom," jawab Rissa menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, lalu memejamkan matanya.
Melly dan Anggun saling melirik. Mereka berdua tahu, kalo orang tua Rissa sibuk dengan dunianya masing-masing. Anggun pun kembali fokus mengemudikan mobilnya.
"Oh.. ya Ris, entar malam Danil ulang tahun, dia ngadain pesta tuh, Lo mau ikut ngga?" ucap Anggun.
Rissa membuka matanya, "Pesta? Banyak cogannya ngga?" tanya Rissa.
"Cowok mulu, Lo. Erik mau di kemanai?" jawab Melly tertawa.
"Ngapain bahas dia sih! Nggak penting!" jawab Rissa. Yah, Erik adalah tunangan Rissa sejak dua setengah tahun yang lalu. Orang tua Rissa menjodohkannya dengan Erik Baskara pengusaha muda yang bergerak di bidang konstruksi, dan perhotelan. Ayahnya sengaja menjodohkannya untuk memperkuat bisnis keluarga Rissa, dan mengembangkan sayap bisnis keluarganya. Rissa sengaja mengambil S2 nya di London, untuk memperlambat pernikahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Afnita
nyimak lg thor...
2021-08-12
0
Bapak Tua
ada karya baru mamika.. vote ah..
2021-07-18
1
Bidadarinya Sajum Esbelfik
bagus nih Thor. smbil nunggu cindy. bc ini dulu deh😍😍
2021-06-22
0