"Argh," Clarissa membuka kacamata yang berwarna cokelat yang bertengger di hidung mancungnya, sesaat setelah ia menapaki negara asalnya. Clarissa menatap langit, dan menghirup udara dalam-dalam yang sangat ia rindukan.
"Akhirnya aku kembali," gumamnya dan kembali memasang kacamatanya. Clarissa yang biasa di sapa Risa kembali melanjutkan langka kaki jenjangnya berjalan menuju lobby bandara sambil menggeret kopernya yang berukuran lumayan besar.
Rissa melirik jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya. Clarissa perempuan cerdas berusia 23 tahun sudah menyelesaikan S2-nya di Oxford University nya dengan beasiswa. Walaupun dia dari keluarga yang mampu, tapi Risa mengambil S2 nya melalui jalur beasiswa.
Dert.. dert....
Ia menghentikan langkah kakinya saat terdengar dering suara ponsel dari dalam tasnya. Ia melepaskan tangannya yang dari tadi memegang kopernya. Ia membuka tas jinjing dan mengambil ponselnya.
Rissa menggeser tombol hijau yang ada di layar ponselnya saat melihat nama seseorang yang akan menjemputnya.
"Hei kalian dimana? Cepetan dong, panas ini!" ucap Risa pada seseorang di balik teleponnya, sembari mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah cantiknya.
"Sabar! Kami udah di jalan, kayak Lo nggak tau aja, macet!" jelas Anggun sahabat Rissa yang akan menjemputnya.
Setelah menutup teleponnya, ia melanjutkan langkahnya menuju coffeshop yang ada di lobby bandara.
Rissa menghela nafas berat, ia pun mematikan ponselnya, lalu berjalan dengan anggun menuju cofee shop yang ada di lobby bandara. Ia berinisiatif menunggu sahabatnya di sana, karena masih cukup lama sahabat yang akan menjemputnya tiba.
Matanya berkeliling mencari kursi kosong di dalam coffeshop. Terdengar helaan nafasnya karena tak ada satu pun meja kosong yang tersisa untuknya. Semua meja sudah terisi semua.
Rissa nampak terkesima saat manik mata cokelatnya terhenti pada sosok pria yang menurutnya sangat tampan.
"Ya ampun, itu cowok ganteng banget!" gumam Rissa yang melihat sosok laki-laki yang ia kagumi ketampanannya.
"Sendirian lagi! Gue temenin aja, kali yah!" sambung Rissa tersenyum nakal. Ia juga ingin mengistirahatkan kakinya dan membasahkan tenggorokannya.
Rissa pun berjalan bak model dengan tangan yang menggeret koper. Banyak pasang mata yang melihat ke arahnya mengagumi kecantikan dan keseksian tubuh miliknya.
"Permisi!" Pria itu mendongakkan kepalanya melihat perempuan yang berdiri di depan mejanya.
Rissa tersenyum dan menarik kacamata ke atas kepalanya. Pria itu menautkan kedua alisnya sembari tangannya meletakkan cangkir yang beri kopi ke meja.
"Sorry! Mejanya terisi penuh semua!" ucap Rissa sembari melirik ruangan yang mejanya sudah diisi penuh. Pria itu pun ikut melihat sekeliling coffe shop, dan memang benar seluruh meja sudah terisi semua.
"Boleh, Saya duduk di sini?" sambung Rissa dengan menyunggingkan senyumnya.
Dengan sedikit terpaksa pria tampan itu menganggukkan kepalanya memperbolehkan Rissa untuk duduk. Menurutnya, itu hanya alasan Rissa saja yang ingin mendekatinya. Dari pengalaman yang sudah-sudah.
"Terima kasih!" ucap Rissa tersenyum dan mendudukkan bokong seksinya di sofa dengan kaki yang menyilang menunjukkan paha putih mulusnya. Ia pun memanggil pelayan Kafe dan memesan secangkir machiato.
"Sendirian?" tanya Rissa pada pria di depannya yang sedari tadi fokus memainkan tabletnya, tidak menghiraukan keberadaannya.
Ia menjawab dengan anggukan tanpa menatap Rissa.
Rissa menghela nafas kesal, dirinya hanya mendapat anggukan dari pertanyaannya. Ia merasa dicueki. Sebelumnya, tidak ada satu pria yang tidak terpesona dengan kecantikan wajahnya, dan keseksian tubuhnya.
"Ni, orang nggak bisa ngomong apa? Dari tadi ditanya, cuma ngangguk doang! Nggak liat apa, gue udah sekece ini, dicuekin! Bener-bener rabun ni orang!"
rutu Rissa dalam hatinya karena selama ini tidak ada yang tak melihat dirinya.
Dert ... dert ...
Suara dering ponsel memecah kekesalan hatinya. Ia pun mengambil ponselnya, yang ia taruh di atas meja, dan mengangkat panggilan telepon dari temannya.
"Eum.. Mas, makasih tumpangan mejanya! Saya sudah di jemput!" pamit Rissa pada pria yang ada di depannya setelah menjawab panggilan telepon dari sahabatnya. Dan lagi-lagi, ia mendapat anggukan kepala tanpa melihat dirinya. Ia pun menurunkan kembali kacamata dan melekatkannya di hidung mancungnya.
Rissa mendengus kesal melihat pria yang dari tadi tidak menatapnya. Ia pun segera melanjutkan langkah kakinya keluar dari coffeshop. Untuk pertama kalinya, seseorang tak melihatnya.
**
Tin ... Tin....
Rissa menoleh ke arah sumber suara klakson. Ia membuka kacamatanya, dan menyangkutkannya di kerah bajunya. Ia berjalan sambil menggeret kopernya ke arah mobil yang berhenti di depannya.
Dua perempuan turun dari dalam mobil yang berhenti di depannya. Mereka berjalan mendekat, dan menghampiri Rissa yang terlihat cemberut.
"Sorry, tadi jalanan macet," ucap Anggun sambil mencium kedua pipi Rissa, dan memeluknya, bergantian juga dengan Melly yang mencium dan memeluk Rissa.
"Wow, Lo makin seksi aja!" Melly melihat penampilan Rissa dari atas sampai bawah, yang memakai mini dress tanpa lengan, yang melekat ditubuhnya, dan bibir yang sedikit tebal berwarna merah.
Rissa menjawab dengan senyuman, "Buruan deh, masukin koper gue! Panas, gue," ucap Rissa sambil mengibas-ngibaskan tangannya di wajahnya. Rissa berjalan masuk ke dalam mobil sahabatnya di kursi penumpang belakang.
"Belagu, Lo," ucap Anggun terkekeh. Melly menggeret koper Rissa ke bagasi mobil. Melly mengangkat dan memasukkan kopernya ke dalam bagasi.
Anggun dan Melly berjalan masuk ke dalam mobil, Anggun duduk di kursi kemudi sedangkan Melly duduk di samping kursi kemudi. Anggun pun mengemudikan mobilnya keluar dari bandara.
"Sumpah, gue beneran panas banget! Lo, tau nggak gue tadi ketemu cowok! Parahnya tu cowok cuma ngangguk-ngangguk aja, gue ajakin ngomong!" adu Rissa kesal pada kedua sahabatnya.
Anggun dan Melly tertawa mendengar rutuan kekesalan sahabatnya itu. Mereka sangat tahu, sebelumnya tidak ada pria yang tidak memperhatikan sahabatnya itu.
"Nggak usah ketawa kalian!" teriak Rissa kesal.
"Nggak, gue ngga ngetawain, Lo! Gue cuma geli aja dengernya cuma ngangguk doang! Ris, mungkin itu cowok emang nggak bisa ngomong alias bisu!" ucap Melly dan kembali terbahak.
Rissa terdiam. "Masa sih, bisu! Sayang banget orangnya cakep gitu!" gumam Rissa membayangkan wajah pria yang menurutnya sangat tampan.
Anggun yang melihat raut wajah Rissa dari balik spion tersenyum. "Mungkin, susuk Lo, udah nggak mempan lagi! Makanya di cuekin!" ucap Anggun lalu tertawa.
"Bener, tuh! Lo, harus bertapa lagi, tuh!" timpal Melly.
Rissa memukul sandaran kursi yang di duduki kedua sahabatnya. "Sembarangan, Lo, bilang susuk gue luntur! Kecantikan gue ini berasal dari air wudhu!" ucap Rissa.
"Udah deh, nggak usah bahas tu cowok lagi!" ucap Rissa dan menyandarkan kepalanya di punggung kursi.
" Ris, Lo mau langsung ke rumah atau kemana dulu, nih?" tanya Anggun yang melirik Rissa dari kaca spion dalam mobilnya.
" Males, gue pulang. Gue nginep di apartemen, Lo aja."
Rissa tidak memberitahu orang tuanya, jika hari ini ia pulang ke Indonesia. Rissa terlahir dari keluarga yang broken home. Ayahnya, suka bermain perempuan karena ibunya workaholic. Tetapi, ayahnya hanya memiliki satu istri, yaitu ibunya sendiri. Rissa mempunyai kakak laki-laki bernama Reno.
"Nyokap Lo, ngga tau kalo Lo balik hari ini?" Melly memutar lehernya menghadap Rissa.
Rissa menghela nafas, dan mengangguk, "Mereka mana peduli, gue udah balik apa belom," jawab Rissa menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, lalu memejamkan matanya.
Melly dan Anggun saling melirik. Mereka berdua tahu, kalo orang tua Rissa sibuk dengan dunianya masing-masing. Anggun pun kembali fokus mengemudikan mobilnya.
"Oh.. ya Ris, entar malam Danil ulang tahun, dia ngadain pesta tuh, Lo mau ikut ngga?" ucap Anggun.
Rissa membuka matanya, "Pesta? Banyak cogannya ngga?" tanya Rissa.
"Cowok mulu, Lo. Erik mau di kemanai?" jawab Melly tertawa.
"Ngapain bahas dia sih! Nggak penting!" jawab Rissa. Yah, Erik adalah tunangan Rissa sejak dua setengah tahun yang lalu. Orang tua Rissa menjodohkannya dengan Erik Baskara pengusaha muda yang bergerak di bidang konstruksi, dan perhotelan. Ayahnya sengaja menjodohkannya untuk memperkuat bisnis keluarga Rissa, dan mengembangkan sayap bisnis keluarganya. Rissa sengaja mengambil S2 nya di London, untuk memperlambat pernikahannya.
Malam harinya,
Mereka bertiga bersiap-siap buat pergi ke pesta ulang tahun Danil, yang diadakan di salah satu klub malam. Danil adalah kakak tingkat mereka bertiga waktu kuliah S1 nya.
Malam ini Rissa terlihat sangat cantik walaupun ia hanya memoles bibirnya saja dengan lipstik. Seksi? itu pasti, karena ia biasa berpenampilan seksi.
Begitu pun dengan kedua sahabatnya, mereka berdua juga tak kalah cantik dan seksi seperti Rissa.
"Awas yah, kalo di sana ngga ada cogannya!" ucap Rissa. Ia sebenarnya malas pergi ke pesta ulang tahun Danil yang diadakan di klub malam, terlebih lagi ia baru pulang dari London, kepalanya masih terasa sedikit pusing. Namun, ia juga tidak enak dengan Danil. Danil juga telah mengundangnya sebelumnya.
"Tenang aja, banyak kok cogannya. Secara, dia juga udah jadi esmud. Pasti banyak tu teman-teman esmudnya," jelas Melly.
Rissa beranjak dari duduknya, mendengar jawaban dari Melly. "Ayo!" ajak Rissa pada kedua sahabatnya.
Anggun dan Melly menoleh ke arah Rissa melihat Rissa yang tadinya lesu dan tidak bersemangat, sekarang berubah menjadi sangat bersemangat.
"Semangat dia, dibilang banyak cogannya," ucap Anggun pada Melly lalu tertawa.
Mereka bertiga keluar, dari apartemen menuju parkiran mobil Anggun. Mereka bertiga masuk dengan posisi Anggun yang mengemudikan mobilnya, Melly duduk di samping Anggun, Rissa duduk di kursi penumpang belakang. Anggun langsung mengemudikan mobilnya klub malam, dimana tempat ulang tahun Danil berlangsung.
Tak berselang lama, mobil yang membawa mereka sampai di parkiran klub malam yang terkenal untuk kalangan jetset.
Sebelum turun mereka bertiga merapikan rambutnya, dan mengecek dandanan di wajah mereka. Mereka bertiga keluar dari dalam mobil, dengan masing-masing membawa kotak hadiah. Tadi siang, mereka sudah menyiapkan kado untuk Danil. Mereka bertiga berjalan, bak model papan atas. Banyak pasang mata yang melihat, dan mengagumi kecantikan, dan keseksian trio ini. Apalagi melihat Rissa yang cukup lama tidak pernah mereka lihat.
Mereka bertiga di sambut dengan suara Alunan musik DJ yang berdentam dentum memekakkan telinga mereka.
"Ampun gue! Kepala gue pusing, di tambah ini lagi!" rutu Rissa sambil menutup salah satu telinga dengan tangannya.
"Sabar, bentar lagi pusing di kepala Lo pasti hilang, liat yang bening-bening," ucap Anggun tertawa.
Danil sudah membooking semua tempat di sana. Jadi, yang hadir di sana adalah tamu undangan Danil.
"Dimana Danil?" tanya Rissa. Ia sudah tidak tahan. Ia ingin kembali dan mengistirahatkan tubuhnya. Kedua mata sahabatnya berkeliling mencari keberadaan yang punya pesta.
"Itu, disana!" tunjuk Melly saat matanya melihat Danil yang sedang menyapa teman-temannya. Mereka bertiga pun kembali melanjutkan langkahnya ke arah Danil.
Danil yang melihat kedatangan mereka melambaikan tangannya. Ia pun berjalan menghampiri ketiga gadis cantik, yang berjalan ke arahnya.
"Hai, Dan. Selamat ya," ucap Anggun, dan Melly sembari memberikan kado darinya untuk Danil.
"Terima kasih yah, kalian sudah hadir," ucap Danil. Danil melirik ke arah Rissa, ia sedikit terkejut melihat Rissa juga hadir di ulang tahunnya. Yah, Danil memang mengundang Rissa pada pesta ulang tahunnya. Tapi, ia juga tahu Rissa masih berada di London.
"Hai Ris, kapan Elo balik?" tanya Danil.
"Pagi tadi, gue sengaja balik kesini buat ngehadiri ulang tahun Elo. Ini!" ucap Rissa sambil memberikan kado untuk Danil. Danil pun meraihnya.
"Thank's Ris, gue senang Lo bisa hadir di ulang tahun gue. Lo nggak mau kasih gue ucapan selamat, gitu," ucap Danil tersenyum, dan merentangkan kedua tangannya.
Rissa tersenyum, dan mencubit perut Danil, "Selamat ya!" ucapnya, "Dan, kami cari table ya," ucap Rissa, dengan matanya mencari-cari meja yang kosong.
Mereka bertiga pun mencari meja kosong, untuk mereka tempati. Mereka, akhirnya mendapatkan kursi untuk mereka tempati.
"Lo berdua, mau minum apa?" tanya Melly pada kedua sahabatnya.
"Minuman gue seperti biasa," jawab Rissa.
"Gue juga sama," jawab Anggun.
Melly melambaikan tangannya memanggil pelayan untuk memesan pesanan mereka.
"Mas, orange juice 3," ucap Melly pada pelayan yang berdiri di samping meja mereka. Yah, walaupun pergaulan mereka sedikit bebas, tetapi mereka bertiga tidak pernah menyentuh minum-minuman yang dilarang bang Haji.
"Gue, ke toilet sebentar," ucap Rissa berdiri dari duduknya. Rissa berjalan menuju toilet.
*
"Itukan, cowok yang di bandara tadi!" gumam Rissa terkejut saat matanya kembali menangkap sosok pria yang membuat moodnya pagi tadi menjadi buruk sedang duduk tak jauh dari meja tempat mereka.
Rissa pun bergegas menghampiri kedua sahabatnya. Ia begitu penasaran, dan ingin menanyai kedua sahabatnya. Apa mereka kenal dengan pria yang tadi tidak melihatnya.
Rissa menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya di sana. "Hei.. Hei.. Kalian kenal nggak sama tu cowok!" ucap Rissa sambil mengetuk-ngetuk meja agar kedua sahabatnya itu memperhatikannya.
" Siapa, yang Lo maksud?" tanya Anggun pada Rissa.
"Itu," Rissa menunjuk ke arah pria itu dengan bibirnya. Anggun dan Melly mengikuti kemana arah bibir Rissa.
"Itu, Anggara Wijaya, dia CEO Wijaya Group," jelas Anggun. Rissa membulatkan matanya, ia terkejut mendengar nama perusahaan yang di sebutkan oleh Anggun. Wijaya Grup adalah perusahaan yang sedang berkembang pesat, yang menduduki perusahaan termaju di Asia bahkan sudah berkembang di Eropa.
"Dia CEO Wijaya group!" ulang Rissa yang terkejut mendengar nama perusahaan itu.
"Gue pikir CEO nya udah tua, ternyata ....," Rissa menggelengkan kepalanya.
"Iya, dulu CEO nya emang tua. Bapaknya," ucap Melly tertawa.
"Kok, gue nggak tau yah!" ucap Rissa.
"Iya, Dia baru di Indonesia, selama ini dia berada di Jerman," jawab Anggun.
"Udah nikah?" tanya Rissa penasaran.
Anggun dan Melly sama-sama menggelengkan kepalanya.
"Single dong!" ucap Rissa tersenyum senang melihat gelengan kepala kedua sahabatnya
"Mau se-sexy apa Lo? Mau dengan cara apa Lo ngegodainya? Dia nggak bakalan suka sama Lo!" celetuk Melly tertawa. Rissa menautkan alisnya. Ia mencerna kata-kata yang diucapkan Melly.
"Maksud Lo, dia gay?" Rissa terkejut dan membungkam mulutnya.
Anggun dan Melly kompak mengangguk.
"Oh my God. Pantes aja dia tadi nggak memperhatikan, Gue!" gumam Rissa yang kaget mendengar penuturan sahabatnya.
"Oh, jadi cowok yang nyuekin Lo, di bandara tadi, dia?" ucap Anggun sambil menunjuk ke arah Angga. Rissa pun menganggukkan kepalanya.
Anggun dan Melly tertawa. "Wajar, kalau dia begitu! Dia nggak tertarik sama, Lo!" ucap Anggun.
Rissa kembali tercengang. "Tapi, Gue nggak percaya! Dia keliatan macho kok, masa gay?" Rissa menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Ris, Lo kira gay itu melambai semua," ucap Anggun.
"Kalian tau dari mana, kalo dia gay? Hoax kali, kalian jangan sembarangan nyebarin berita," ucap Rissa yang masih tak percaya, dan yakin kalau Angga bukan seorang penyuka sesama jenis.
"Semua perempuan disini pada tau, kalo dia gay. Perempuan-perempuan disini, sudah pada ngedeketin dia dengan berbagai cara, tapi dianya gak nafsu," jelas Anggun, karena termasuk dirinya, dan Melly juga pernah berusaha mendekati Angga.
"Mungkin, dia belum ketemu sama gue," ucap Rissa tertawa.
"Apa Lo, lupa? Tadi, Lo, udah ketemu dia di bandara, dan Lo, bilang dia nyuekin, Lo!" ucap Melly mengingatkan sahabatnya itu.
"Iya, juga yah!" Rissa membenarkan perkataan Melly. Angga sama sekali tidak meliriknya tadi pagi.
"Tapi, gue kok yakin kalau dia itu bukan gay!" ujar Rissa masih tidak percaya dengan perkataan sahabatnya itu. Mata Rissa pun kembali melirik ke arah Angga. Melihat dari wajah, dan postur tubuhnya, Angga terlihat macho, dan gagah.
" Ya udah, Lo buktiin aja kalo Lo nggak percaya!" ucap Melly.
"Kalian mau kasih gue apa, kalo gue bisa pacari tu cowok?" ucap Rissa semangat dan penuh percaya diri.
"Pacarin dia?" Melly menautkan alisnya melirik Anggun. Anggun menggelengkan kepalanya.
"Kami akan kasih Lo tas kremes keluaran terbaru, kalo Lo bisa tidur dengan dia," ucap Melly tertawa.
"Anjir Lo, Lo pikir gue cewek apaan?" ucap Rissa.
"Yah, buat apa kami ngasih Lo sesuatu, karena Lo bisa pacarin dia," celetuk Anggun.
"Betul tuh, bisa aja dia nanti mau pacaran sama Lo, buat nutupin jati dirinya," ucap Melly. Anggun menganggukkan kepalanya.
"Oke, gue akan buat dia mau nikahin gue," ucap Rissa sambil menggebrak mejanya.
Anggun dan Melly tertawa, mendengar ucapan Rissa menurutnya jelas tak akan pernah terjadi.
"Erik mau Lo kemanai?" ucap Anggun.
"Itu gampang, kayak Lo pada nggak tau bokap gue aja, bokap gue bakal setuju kalo gue bisa nikah sama dia, secara jelas-jelas, di lebih kaya dari Erik," ucap Rissa tertawa.
"Gil* Lo," Melly menggelengkan kepalanya.
"Lo, kenalan aja dulu sama dia, baru Lo ngehalu jadi bininya," ucap Anggun.
"Lo kenalin lah dia sama gue! Masa gue yang mulai duluan kenalan sama tu cowok. Mau di tarok di mana muka gue. Mana tadi dia udah cuekin gue! Masa Clarissa Atmaja dicueki dua kali dengan orang yang sama!" Rissa menggelengkan kepalanya.
"Lebay Lo!" umpat keduanya.
Rissa pun tertawa melihat kedua sahabatnya yang mencibirnya.
"Boro-boro kita kenal sama dia, menoleh melihat kita pun enggak!" ucap Anggun tertawa.
"Iya, dianya ngga tertarik. Lo liat tu...." ucap Melly sambil mengarahkan bibirnya pada Angga, Rissa pun mengikuti arah bibir Melly "Mana ada tuh dia ngobrol sama perempuan. Lo liat dia di kelilingi para cowok," sambung Melly.
Yah, Angga memang menutup dirinya untuk perempuan, bahkan perempuan yang ingin mengajaknya berkenalan pun dia enggan. Ia hanya menanggapi dengan dingin setiap perempuan yang ingin mengajaknya berkenalan.
Rissa yang melihatnya pun terkesiap, memang benar yang dikatakan sahabatnya, tidak ada perempuan yang berada di sana. Seketika, nyalinya juga mulai menciut untuk mendekati Angga.
"Tapi kan, yang ngobrol sama dia kan Yogi, sama Benny" ucap Rissa, yang mengetahui, dan mengenal lawan bicara Angga, yang jelas-jelas pria sangat normal, dan juga terkenal playboy.
"Udah deh Ris, Lo nggak usah banyak omong. Coba Lo ajak dia kenalan! Kita mau liat!" ucap Anggun.
Rissa menghela nafas panjang. Dia memikirkan cara agar bisa berkenalan dengan pria yang menjadi incarannya dan jangan sampai dirinya kembali dicuekin.
"Kalian tunggu di sini!" ucap Rissa, ia pun beranjak berdiri dari duduknya. Rissa menarik nafasnya perlahan, dan membuangnya perlahan.
Anggun dan Melly saling melirik, dan menahan tawanya melihat sahabatnya itu yang begitu bersemangat. Mereka berdua tau Rissa, ia tidak akan pernah mengajak pria berkenalan terlebih dahulu. Tapi, tidak kali ini, Rissa yang akan mengajaknya berkenalan terlebih dahulu.
Rissa berjalan seperti biasanya, dengan gayanya yang anggun melewati meja yang di tempati Angga dan teman-temannya.
"Satu, dua, tiga!" ucap Rissa menghitung di dalam hatinya.
"Rissa...." panggil Yogi, yang melihat Rissa berjalan yang hendak melewati meja Angga dan kawan-kawan.
Rissa tersenyum mengembang sebelum menoleh ke arah pria yang memanggilnya, dengan sedikit menyipitkan matanya.
"Yogi," ucap Rissa.
"Hai Ris.. Apa kabar?" ucap Yogi menghampiri Rissa. Yogi mengulurkan tangannya.
"Baik, Lo apa kabar?" jawab Rissa tersenyum.
" Ya begitulah, seperti yang Lo liat, gue sekarang baik-baik saja. Aku denger kamu lanjut di London!" jawab Yogi.
Rissa menganggukkan kepalanya.
"Lo, sama siapa? Mana yang lainnya?" tanya Yogi, ia tahu Rissa selalu bersama dengan kedua sahabatnya Anggun dan Melly.
"Mereka ada di sana," jawab Rissa sambil menunjuk meja di mana ada kedua sahabatnya.
"Kalian gabung aja di sini!" ajak Yogi.
"Bergabung? Boleh juga," gumam Rissa.
"Apa nggak masalah?" tanya Rissa sambil melirik ke arah meja yang Yogi, dan teman-temannya tempati.
"Oh.. ya. Gue lupa Ris," ucap Yogi melirik ke mejanya.
"Ayo, gue kenalin sama temen gue!" ajak Yogi.
Rissa pun dengan senang hati, mengikuti Yogi ke arah mejanya yang berjarak kurang lebih satu meter.
"Rissa.." sapa Benny saat melihat Rissa di depannya. Benny tersenyum. Sedangkan Angga hanya melirik sekilas Rissa yang berdiri di depannya.
"Hai.. Ben. Apa kabar?" ucap Rissa berbasa-basi.
"Baik ... Lo, gimana kabarnya?" tanya Benny.
"Gue juga sama," jawab Rissa. Rissa melirik ke arah Angga, yang sedari tadi hanya diam dan fokus dengan layar tablet di tangannya.
Masa iya sih, homreng!
Rissa menatap Angga.
"Oh.. ya Ngga, kenalin ini Rissa," ucap Benny pada Angga. Angga mendongakkan kepalanya, dan menautkan alisnya melihat ke arah Rissa.
"Ris kenalin, ini Angga!" ucap Benny pada Rissa. Rissa terkesiap melihat Angga yang tidak ada pergerakan untuk mengulurkan tangan kepadanya.
Gemes gue sama ni cowok, gue ***** juga di sini!.
Rutu Rissa dalam hati.
"Ehem.. Rissa," Rissa mengulurkan tangannya pada Angga. Angga melirik Rissa, dan untuk menghargai kedua temannya, ia menjabat tangan Rissa.
"Angga."
"Rissa."
Mereka berdua saling memperkenalkan namanya.
Ni orang bisa ngomong juga!
"Duduk Ris!" ucap Yogi menyuruh Rissa duduk.
"Makasih, tapi kayaknya lain kali aja deh gue gabung sama kalian. Gue nggak enak ngganggu kalian," ucap Rissa menolak.
"Gi.. Ben.. Hem.. Ngga, gue kesana yah!" pamit Rissa menunjuk ke arah toilet. Rissa pun meninggalkan mereka bertiga.
*****
Mereka bertiga merebahkan tubuhnya di kasur berukuran besar, mereka merehatkan tubuh mereka yang lelah setelah menikmati pesta ulang tahun Danil.
"Haha.. jadi Lo tadi di cuekin Ris.. sama Angga?" tanya Melly tertawa.
Rissa mengangguk lemah.
"Lo juga, dibilangin ngga percaya," lanjut Melly yang masih menertawakan Rissa.
"Nggak papa, jadi dia juga ikut ngerasain jadi kita semua yang jadi korban dicuekin sama Angga," jawab Anggun tertawa.
"Tapi mending gue, gue bisa berjabat tangan tu sama dia, walaupun gue duluan yang mengulurkan tangan," jawab Rissa tertawa yang tak mau kalah. Rissa menarik nafasnya, dan membuangnya perlahan.
"Kok, gue masih ngga percaya kalau dia gay. Soalnya dia cakep banget," sambung Rissa.
"Ris.. Ris ... zaman sekarang banyak cowok, tubuh macho, wajah tampan, tapi jiwa Hello Kitty. Jadi, kita cewek harus hati-hati, jangan sampe ketipu," sahut Anggun.
Dert.. Dert....
Ponsel Rissa berbunyi, ia meraih ponselnya, dan melihat layar ponselnya. Di layar tertera nama Erik.
Rissa menghela nafas, dan menaruh kembali ponselnya di atas nakas.
"Siapa? Erik?" tanya Melly. Rissa mengangguk.
"Kenapa nggak Lo jawab?" sambung Melly.
"Gue malas," jawab Rissa lesu.
"Parah Lo Ris, uangnya mau tapi orangnya, Lo kagak mau," ucap Anggun.
"Gue kan ngambil uangnya, buat kalian juga," jawab Rissa tertawa.
"Udah ah.. gue mau tidur," ucap Rissa. Rissa pun membalikkan badannya memunggungi kedua sahabatnya.
Ia sangat malas membahas tentang tunangannya. Walaupun ia sudah bertunangan selama dua setengah tahun, tetapi Rissa masih belum bisa menerima, atau mencintai Erik. Semua ia jalani hanya menuruti keinginan orang tuanya semata.
*****
Seminggu sudah berlalu.
Rissa pun masih tinggal di apartemen sahabatnya, ia enggan kembali ke rumah orang tuanya, karena ia tahu betul, jika ia kembali, maka orang tuanya pasti akan menikahkan dirinya secepatnya dengan tunangannya.
Selama seminggu itu pula, Rissa hanya berdiam diri di apartemen sendirian. Anggun, dan Melly setiap hari, pagi-pagi sudah berangkat bekerja, dan pulangnya sore hari terkadang malam hari. Mereka berdua berkerja dalam perusahaan yang sama.
"Bosen! Apa gue cari kerja? Tapi, gue harus nyari dimana?
Mencari kerja terlintas di pikiran Rissa. Yah, ia harus mencari pekerjaan, sebelum orang tuanya menikahkan dirinya, dan kelak dia pasti akan menjadi ibu rumah tangga sejati setelah menikah dengan Erik. Erik tidak akan mengizinkan dirinya bekerja setelah menikah.
Ceklek
Rissa yang asyik menonton TV, menoleh ke arah pintu. Yah, kedua sahabatnya telah kembali.
"Ris.. Lo masak apa?" tanya Melly, sembari mendudukkan tubuhnya di samping Rissa. Selama beberapa hari di sana, Rissa selalu memasak makanan buat mereka santap. Yah, Rissa cukup pandai memasak, apalagi semenjak ia bersekolah di London. Ia selalu memasak makanannya sendiri saat ia kangen dengan masakan Indonesia.
"Lo, liat aja di sana!" jawab Rissa.
"Mel.. di perusahaan kalian ada lowongan nggak?" tanya Rissa.
"Siapa yang mau kerja? Elo?" tanya Melly.
"Siapa lagi, masa Anggun?" jawab Rissa.
"Lo, ngapain mau kerja? Mending Lo nikah aja sama Erik, jadi Lo nggak perlu kerja lagi. Lagian juga, kenapa Lo nggak kerja di perusahaan bokap atau tunangan, Lo?" ucap Melly.
"Gue bosen kek gini. Gue pengen kerja, tapi gue nggak mau kerja di perusahaan bokap gue apalagi Erik," ucap Rissa.
Rissa memang tidak mau bekerja di perusahaan orang tuanya apalagi tunangannya. Itu sama saja ia melemparkan dirinya masuk ke dalam perangkap. Yah, Rissa ingin mencari pekerjaan, yang di sana memakai syarat dilarang menikah selama satu tahun atau dua tahun. Dan itu yang akan menjadi alasannya pada orang tuanya, dan tunangannya untuk menuda pernikahannya lagi, walaupun ia yakin orang tuanya akan membayarkan pinalti, tapi ia masih bisa berkeras pada orang tuanya. Menurutnya itu waktu yang cukup untuk dia menikah, atau bahkan ia bisa menemukan tambatan hatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!