Setelah membelikan ponsel baru dan mengantar Lashira sampai rumah gadis itu, Nobert bergegas untuk kembali ke kampus setelah mendapat pesan singkat dari Chika.
"Jadi, ada apa?" tanya Nobert setibanya ia di ruangan khusus samping ruang BEM. Chika melempar sebuah majalah bisnis ke meja.
Nobert menatap keduanya secara bergantian. "Apaan nih?"
Leon menunjuk majalah itu dengan dagunya, mengisyaratkan Nobert untuk segera membacanya.
Nobert menghela napas dan mengambil majalah itu, lalu membacanya dengan lantang, "Thomas Francoiz mengalami kecelakaan tunggal pada 2 dini hari-" Nobert berhenti membaca dengan kedua matanya yang membola.
"Kok bisa? Murni kecelakaan atau ada yang sengaja bikin? Ini nggak ada hubungannya sama dia, 'kan?" tanya Nobert yang tidak mendapat jawaban dari kedua sahabatnya.
Chika menghembuskan napas kasar. "Anak itu nggak ngasih tahu kita sama sekali," gumamnya kesal.
"Hei, gue tanya! Ini nggak ada kaitannya sama dia, 'kan?" Chika berdecak kesal mendengar pertanyaan Nobert yang berulang, sudah seperti kaset rusak.
"Mana gue tahu!" teriak Chika kesal.
"Tapi kalau ini ada kaitannya sama dia, berarti posisi Theo sedang terancam." Keduanya terdiam mendengar pernyataan Leon yang ada benarnya.
Namun Chika menyadari sesuatu. "Kalau itu dia, apa tujuannya? Dia nggak tertarik sama kekayaan keluarga Francoiz, bahkan dia keluar dari rumah supaya bisa lepas dari posisi ahli waris. Terus apa tujuannya?"
"Lo benar," timpal Nobert.
Chika mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang. "Cari tahu di mana Theo sekarang!"
"Lo nyuruh orang kepercayaan keluarga lo buat nyelidikin?" tanya Nobert yang diangguki oleh Chika.
"Nggak cuma itu, gue juga nyuruh mereka buat pastiin keadaan Theo sekarang," balas Chika yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Oh!" Kedua pria itu menoleh saat mendengar pekikan Chika. Leon mendekat dan ikut melihat apa yang sedang gadis itu lihat di ponselnya.
"Cuma Ira yang nge-follow akun UGnya," jelas Leon pada Nobert. Leon langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi UG. Dengan cepat pria itu mencari akun Lashira lalu mengikutinya, tak lupa pula dia menyukai gambar pertama yang gadis itu post.
"Kau bergerak dengan sangat cepat buddy!" ucap Nobert saat mendapatkan beberapa notifikasi di ponselnya. Leon menatap Nobert dengan terkejut.
Bagaimana dia bisa tahu? batin Leon.
Nobert menunjukkan layar ponselnya. "Akun gadis itu masih nyangkut di HP gue," jelas Nobert dengan senyum kemenangan di wajahnya.
"Kalau kalian tanya kenapa bisa gitu ... gue baru beliin dia HP baru sebelum ke sini, gue juga yang buatin semua akun sosial medianya, bahkan gue udah masukin tuh bocah ke grup chatting kita," lanjut Nobert. Dan benar saja, notifikasi langsung masuk ke ponsel keduanya.
*
*
*
Keesokannya.
“Liburan?” beo Lashira saat mendengar ajakan Leon padanya.
“Ya, liburan. Tuan puteri Chika bermurah hati mengundang kita ke salah satu villanya di puncak.” Leon tersenyum bangga sambil merangkul Chika yang masih sibuk memberi instruksi kepada penjaga villanya melalui telepon.
“Lo diem dulu kek! Gue lagi ngomong sama penjaga villa di sana.” Chika yang kesal karena terus diganggu pun langsung mendorong tubuh Leon menjauh darinya. Lashira yang melihat hal itu terkekeh, apalagi saat melihat ekspresi wajah terkejut Leon saat didorong tadi.
Lashira langsung terdiam saat baru sadar dengan ketidakhadiran Theo di sini. “Apa kak Theo juga akan ikut?” Semua terdiam, bahkan Chika langsung menutup teleponnya setelah mendengar pertanyaan Lashira.
Mereka juga tidak tahu bagaimana keadaan Theo sekarang. Semua akses untuk menjangkau Theo tertutup sejak saat itu, bahkan orang terbaik yang Chika punya juga tidak bisa mendapatkan satu pun informasi hingga membuat gadis itu sempat menggila ketika mendengarnya. Untung saat itu ada sang kakak yang bisa membantu menahan dirinya di rumah.
Mereka bertiga saling melihat satu sama lain, bertelepati untuk membuat jawaban yang sekiranya bisa dimengerti oleh Lashira. Biasanya di saat seperti ini ada Theo yang bisa menjelaskan, namun sekarang?
“Kak?” Chika menoleh dengan kedua mata yang melebar. Sudut mata Chika melihat gestur Nobert yang menunjuk mulutnya.
“Kita nggak bisa ajak Theo untuk sementara waktu ... dia lagi ada masalah akhir-akhir ini,” jelas Chika yang mengikuti gerakan mulut Nobert. Lashira mengangguk mengerti.
Lashira menganggukkan kepalanya, meski sebenarnya ia ingin sekali bertanya 'kenapa kita tidak membantunya dan malah pergi berlibur?' Namun ia memilih untuk diam dan tidak mengutarakannya kali ini.
Lashira tidak bisa mengutarakannya karena khawatir suasana akan menjadi canggung seperti tadi saat ia menanyakan keikutsertaan Theo dalam acara liburan ini. “Jadi, kita mau berangkat kapan?” tanyanya berusaha mengalihkan topik.
“Minggu ini. Kemungkinan kita di sana 4 hari. Gapapa, 'kan?” tanya Chika tersenyum lembut.
“Aku akan bertanya pada orang tuaku dulu nanti. Semoga saja diperbolehkan.” Lashira tersenyum senang mengingat ini merupakan liburan pertamanya bersama dengan teman.
Nobert melihat jam tangannya, lalu mengingatkan Lashira. “Ra, kelas kamu udah mau mulai loh.” Mendengar hal itu sontak saja Lashira langsung melihat jam tangannya.
Dengan terburu-buru Lashira melampirkan tasnya ke pundak dan membawa buku-bukunya. “Kakak-kakak duluan, ya!”
“Jadi, kita bakal diem aja nih nggak dapet kabar kaya gini?” tanya Nobert setelah kepergian Lashira.
Leon menggeleng dengan tegas. “Kalian tenang aja. Gue minta abang gue buat nyari tau.” Mendengar hal itu sontak saja Chika langsung tertawa meremehkan.
“Orang kepercayaan bokap gue aja nggak bisa dapet, masa iya abang lo bisa?” ujar Chika skeptis.
Leon berdehem pelan sebelum membalas perkataan Chika yang terang-terangan meremehkan abangnya. “Heh! Lo kok sewot banget sih sama abang gue? Gue sumpahin jadi jodoh abang gue baru tau rasa lo!”
“Idih, najong! Amit-amit jabang bayi! Denger ya playboy pervert! Gue.paling.benci.sama.cowo.pervert kaya lo dan abang lo itu!” balas Chika tak kalah heboh.
Leon menyisir rambutnya ke belakang. Emosinya berhasil terpancing setelah mendengar perkataan Chika. “Gue, cowo pervert?” Chika langsung mengangguk, mengiyakan.
Rahang Leon mengeras. “Gue setuju kalau lo bilang abang gue pervert, tapi omongan lo yang bilang gue pervert itu ... gue dengan tegas menolaknya.”
Sadar situasi di sini semakin panas, Nobert bersiap pergi. “Saya pamit,” pamit Nobert yang tidak didengar keduanya.
“Tau dari mana lo kalau gue pervert? Ada buktinya nggak?” lanjut Leon. Mereka berdua terlalu asik bertengkar sampai tidak menyadari Nobert sudah keluar dari sana.
“Gue pernah ngeliat secara live! Ada saksi juga kok selain gue.”
“Siapa?” tantang Leon dengan dagu terangkat.
“No-” Chika mengernyit bingung saat menoleh dan tidak mendapati Nobert di tempatnya tadi.
Leon tersenyum mengejek, dia langsung duduk di sofa dengan wajah sombongnya. Chika yang melihat itu melempar wajah Leon dengan bantal dan pergi dengan kekesalan yang meningkat.
Karena terlalu kesal, Chika tidak berhati-hati saat berjalan sampai bahunya bertabrakan dengan seorang pria. “Maaf,” ucapnya yang tidak mendapat jawaban apa pun, pria itu hanya diam dan melanjutkan jalannya.
“Sombong amat,” gerutu Chika menatap lamat punggung pria yang tadi menabraknya semakin menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments