Bagian 3

Clarissa tersenyum miring. "Kayanya sih bukan kak Chika deh yang jemput. Nggak mungkin 'kan namanya Chika tapi jantan begitu?"

Dengan cepat Lashira ikut melihat ke luar jendela, bola matanya hampir keluar saat melihat Theo di sana. Pipinya langsung memanas saat matanya bersitatap dengan pria itu.

Ketika Theo melambaikan tangan padanya, Lashira langsung menutup kembali gorden jendelanya. Clarissa senyum-senyum sendiri melihat tingkah laku sang kakak, dia merasa sedang menonton drama romance-comedy saat ini.

Tanpa memerdulikan penampilannya, Clarissa dengan santainya membukakan pintu untuk Theo disertai senyum lebarnya. Theo hanya bisa tersenyum canggung saat gadis itu mempersilahkan dirinya masuk. Lashira meringis saat menyadari penampilan sang adik yang saat ini bisa dibilang sangat buruk untuk menerima seorang tamu.

Kami yang melihatnya saja sudah malu, apa anak itu tidak merasa malu sedikit pun? pikir Lashira.

"Sebenernya hari ini bonyok pulang. Tapi karena lo perginya sama orang ganteng, pulang pagi juga gapapa kok," ujar Clarissa yang membuat Lashira meringis malu. Sedangkan Theo, pria itu hanya bisa mengusap tengkuk nya karena salah tingkah. Baru kali ini dia bertemu gadis yang begitu blak-blakan melebihi sang sahabat, Chika.

"Kalau gitu, kita berangkat sekarang?" tawar Theo. Lashira menggigit bibir bawahnya seraya mengangguk pelan.

"Take care, guys!" teriak Clarissa saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil.

Mobil yang mereka naiki pun membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan sedang. "Maaf," cicit Lashira membuat Theo menoleh sebentar ke arahnya.

"It's ok." balas Theo seraya tersenyum tipis. Setelah itu suasana mobil menjadi hening seketika, tak ada satu pun dari keduanya yang berusaha memecahkan keheningan ini. Baik Theo maupun Lashira sama-sama menikmatinya.

Di café

“Theo!” Keduanya menoleh saat mendengar panggilan Chika. Lashira seketika merasa cemas karena menyadari di sana tidak ada anak-anak yang satu tingkat dengannya. Gadis itu mundur perlahan, berniat pergi selagi belum ada orang yang menyadari kehadirannya kecuali Theo.

“Ayo!” Lashira tersenyum kaku saat Theo berbalik menoleh ke arahnya. Wajahnya langsung memanas tat kala tangan Theo memegang tangannya dengan lembut, lalu membimbingnya untuk mengikuti langkah pria itu. Lashira merutuki wajahnya yang semakin terasa panas di dalam hati.

“Hai, Lashira. Kupikir tadi bukan kamu.” Tubuh Lashira menegang saat Chika memeluk dan mencium kedua pipinya bergantian.

Theo terkekeh melihat wajah Lashira yang semakin memerah. Theo masih merasa wajar jika gadis itu merona saat berkontak fisik dengannya karena dia adalah laki-laki. Akan tetapi, ternyata gadis itu juga merona ketika berkontak fisik dengan Chika yang juga perempuan sama sepertinya, entah kenapa dirinya merasa itu sangat lucu.

“Ada apa dengan Beruang ini? Akhir-akhir ini dia selalu tertawa dan itu membuatku sedikit takut,” ledek Nobert seraya menahan senyum gelinya ketika melihat ekspresi wajah Theo berubah datar setelah mendengar perkataannya. Ketika melihat gadis itu, Nobert jadi tahu alasan Theo yang menjadi begitu ekspresif akhir-akhir ini.

“Em, sebenarnya kenapa ya aku disuruh ikut ke sini hari ini?” tanya Lashira setelah berusaha untuk memberanikan diri berkali-kali. Semuanya terdiam dan melihat ke arahnya, membuat keberanian yang ia kumpulkan sejak tadi menguap entah kemana.

“Kamu ngomong apa? Maaf karena kita asik ngobrol sendiri, suaramu jadi nggak terlalu jelas.” Lashira menggigit bibir bawahnya cemas saat mendengar perkataan Chika.

“SebenernyaAkuDiSiniDisuruhNgapainYa?” Saking gugupnya, Lashira berbicara terlalu cepat tanpa jeda sedikit pun. Dia langsung menutup wajahnya yang memerah karena mereka berempat menertawakannya.

Masih dengan tawanya, Chika memberikan segelas air untuk Lashira. “Hahaha.. minum dulu biar nggak tegang.”

Bahkan pria yang sedari diam saja pun ikut terkekeh karenanya. Dengan wajah yang masih merah padam, Lashira meminum segelas air yang tadi Chika sodorkan padanya.

“Kamu nggak usah malu sama kita,” ujar pria itu seraya tersenyum tipis.

“Nama kakak siapa ya?” tanya Lashira. Pria itu menatap Lashira dengan terkejut.

“Jangankan lo, dia aja nggak tahu kalau gue satu fakultas sama dia," terang Theo yang membuat Lashira meringis tidak enak. Bila mengingat hal itu dia merasa sangat bersalah sekali.

“Maaf, Kak ... aku cuma tahu tentang kak Chika sama kak Nobert sebelumnya. Kalau kalian berdua aku nggak tahu sama sekali,” jelas Lashira dengan nada tidak enak.

“Entah kenapa aku merasa ini nggak adil banget. Kamu bisa tahu tentang dua orang ini, tapi tidak dengan kita? Ingat baik-baik ya, namaku adalah Leon.” Lashira menundukkan wajahnya saat pria itu berbicara dengan cepat dan suara yang kencang.

Chika langsung melempari pria itu dengan tasnya. “Kebiasaan lo di BEM bikin anak orang sawan.”

“Aku tahu kak Nobert pas satu kelompok sama dia. Kalau kak Chika ...." Lashira berhenti dan menatap Chika dengan tidak enak, Chika mengerti hal itu.

“Dia pasti denger yang engga-engga tentang gue karena dikelilingin cogan tanpa otak cem kalian,” tebak Chika yang tepat sasaran.

“Ya udahlah ya, kan ada Lashira yang juga cewe sekarang,” timpal Nobert yang diangguki oleh Chika. Mendengar itu Lashira mengangkat kepalanya dan menatap keempatnya dengan bingung.

"Maksudnya apa ya, Kak?" tanya Lashira dengan wajah bingungnya.

"Oh, aku belum bilang, ya?" Chika merutuki kebodohannya sebelum kembali berbicara, "jadi gini, kamu mau nggak kumpul bareng sama kami berempat?" Melihat ekspresi wajah Lashira yang semakin bingung, Chika berusaha untuk mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya. "Jadi misalnya, kalau kamu nggak ada kelas atau kerjaan, kamu em.."

Theo menahan tawanya, puas melihat Chika yang sedikit kesulitan untuk mengajak Lashira. "Main sama kita gitu loh, si Chika itu tertarik sama kamu. Katanya dia pengen punya temen sekaligus adek cewe," jelasnya berusaha membantu Chika.

Theo mengerti betul kenapa Chika sedikit kesusahan saat meminta Lashira bergabung dengan mereka. Selama ini tuan puteri itu tidak pernah meminta karena apa yang diinginkannya sudah langsung diberikan oleh para abang dan sahabatnya. Namun kali ini, tuan puteri itu sendiri yang langsung turun tangan untuk mengambil apa yang dia mau.

"Oh, jadi temennya kak Chika! Aku sih mau. Tapi ...."

"Tapi?"

"Tapi kak Chika nggak masalah sama aku? Aku itu orangnya-"

"Gak masalah! Yang masalah itu, kamu mau atau engga?" sela Leon yang langsung membuat Lashira terdiam.

***

"Kau menikmatinya?" tegur sang tangan kanan.

Pria itu hanya menatap dingin sang tangan kanan. Tatapannya kembali tertuju ke ponselnya untuk membalas pesan dari gadis yang memang sudah ia cari selama ini.

"Diam, lebih baik kau melakukan sesuatu yang lebih berguna untukku," balas pria itu tanpa menatap sang tangan kanan.

"Aku sudah melakukan semua tugasku yang menambah rekening kita hari ini, apa yang harus kulakukan lagi?" keluh sang tangan kanan.

Pria itu menatap tajam sang tangan kanan. "Kau sudah terlalu kurang ajar sebagai anak buahku, Norbert." Pria yang dipanggil Norbert itu pun tersenyum lebar hingga menampilkan deretan gigi putihnya.

"Baiklah-baiklah, apa yang bisa kulakukan untuk tuan Masson yang terhormat?"

Greyson menunjukkan foto seorang gadis kecil dari ponselnya. "Kau tahu dia, 'kan? Cari dia lagi, nama lengkapnya Lashira Ardiansyah." Greyson menunjukkan foto Lashira pada Norbert. "Ini dia yang sekarang. Cari tahu tentangnya. Semua informasinya harus sudah ada di meja kerjaku malam ini."

Norbert tersenyum jahil. "Sudah bertahun-tahun kau mencarinya. Kau yakin gadis ini yang kau cari? Kau bermain sosmed seharian. Banyak wanita cantik di sana. Kenapa tidak salah satu dari mereka saja?"

“Sepertinya aku harus mengasah kembali belati kesayanganku, bagaimana jika aku mencobanya di dirimu untuk mengetes ketajamannya?”

Norbert menelan ludahnya susah payah dan meringis saat Greyson mengeluarkan belati kesayangannya yang terlihat tajam dan mengkilap. Pria itu mengangkat tangannya tanda menyerah, dia tidak siap untuk dikuliti hidup-hidup oleh tuannya itu. Dia masih ingin berkencan dan menikmati hidup terlebih dahulu sebelum mati.

“Tunggu apa lagi? PERGI!” teriak Greyson yang membuat Norbert langsung keluar dari ruangannya dengan terburu-buru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!