Elvan 2

Elvan 2

Elvan 2- 001

001

Rindu

Rindu itu seperti air laut, ada saatnya pasang dan ada saatnya untuk surut.

......

London adalah kota yang terletak di benua Eropa, lebih tepatnya di negara Inggris. London bisa menjadi kota impian bagi siapa saja, terlebih kecanggihan teknologi dan juga bagunan-bagunan megah yang begitu indah dapat membuat kita betah. Siapa coba yang tidak ingin ke sana? Meski hanya berlibur dapat dipastikan tidak ada yang bisa menolak London.

Namun berbeda dengan Elvan, pemuda yang berhasil mendapatkan keberuntungan karena dapat tinggal disana. Dia justru memandang kosong kota yang selama tiga tahun ini dia tempati. Dari balkon kamarnya, hiruk-priuk kota London terlihat jelas, padat dan tidak pernah sepi. Tiga tahun sudah dia ada di sini bersama dengan sang mama juga papanya. Selama tiga tahun ini pula dia mendampingi papanya bolak-balik keluar rumah sakit. Istri papanya benar-benar pergi entah ke mana, dan semenjak satu tahun lalu papa dan mamanya rujuk.

"Masuk, Van," tegur Dara dari dalam kamar pemuda itu. Wanita paruh baya itu memandang Elvan tak tega. Ini bukanlah sekali dua kali putranya melamun di saat senja tiba. Dia tahu putranya tersiksa di sini, mungkin raga Elvan memang di depannya bersama dia dan Antonio. Namun, hati Elvan jelas tertinggal jauh di sana, di tempat di mana Elvan di besarkan.

Elvan menoleh dan tersenyum lembut. Pemuda itu mendekati sang mama dengan pelan.

"Ada apa, Ma?" tanya Elvan.

"Sudah hampir malam, gak baik di luar terus."

Elvan kembali menoleh ke belakang, memperhatikan kembali senja di ujung sana, kemudian kembali menatap sang mama. "Elvan rindu," katanya pelan.

Dara mengangguk mengerti, tangannya yang mulai ringkih menarik putranya pelan agar masuk ke dalam. Keduanya keluar kamar dan menuruni tangga menuju ruang keluarga. Di sana telah duduk seorang pria paruh baya bersama sesosok gadis cantik berambut pirang. Mereka tertawa seolah yang mereka bahas adalah hal menyenangkan.

Dara dan Elvan sampai di depan keduanya. Mereka ikut duduk bergabung pada sofa yang sama, Dara di dekat sang suami dan Elvan di dekat gadis itu.

"Pa," sapa Dara lembut.

Antonio menoleh menatap istrinya dengan penuh sayang. "Ada apa?"

Dara menatap putranya sebentar sebelum berbicara. "Elvan ingin kembali ke Indonesia," ucapnya membuat semua terkejut termasuk Elvan.

Pemuda itu tidak merasa berbicara begitu kepada mamanya. Dia memang ingin, tapi tidak berani mengatakan secara gamblang. Terlebih dia tak tega dengan kondisi Antonio, meski sudah membaik dan hampir sembuh, tetap saja sebagai anak dia khawatir jikalau sang papa kembali drop.

Antonio menatap putranya heran. "Gak betah di sini?" tanya dengan nada terdengar sedih.

Elvan menggeleng. "Bukan begitu, Pa. Elvan rindu teman-teman dan ... seseorang."

Dara mengelus pundak Antonio pelan, pria paruh baya itu tampak ingin meledakan emosinya. Antonio adalah pria emosional, di mana jiwa itu sedikit menurun kepada sang putra.

"Bukankah di sini juga punya teman? Lalu seseorang siapa maksud kamu Elvan? Clarisa bagaimana? Kamu tidak memikirkan dia?" tanya Antonio dingin dan tangannya menunjuk gadis di sebelahnya saat berkata tentang Clarisa.

"Pa, Elvan dari kecil di Indonesia. Wajar kalau Elvan rindu temannya, wajar juga Elvan masih meninggalkan hatinya di sana," bela Dara. Dia tidak mungkin membiarkan putranya tersiksa secara batin. Mungkin Elvan diam dan terlihat baik secara fisik, namun sebagai ibu dia tetap bisa merasakan bahwa sang putra tersiksa berada jauh dari gadis yang dia cinta.

"Lagian, Pa, masih syukur dia mau ikut Mama ke sini."

Antonio mengembuskan napasnya kasar. Iya Dara benar, masih untung putranya mau membantu dirinya untuk sembuh. Coba kalau Elvan tidak sabar menemaninya? Pasti dia tidak seperti sekarang. Bisa saja nyawanya telah melayang sedari tiga tahun lalu.

"Kapan kamu mau ke Indonesia?"

Elvan menatap Antonio terkejut, begitupun dengan Dara dan Clarisa.

"Boleh, Pa?" tanya Elvan memastikan. Dalam hati pun dia berharap Antonio memberikan restunya.

Antonio mengangguk dengan senyum, kemudian dia menatap Clarisa lembut. "Are you okay, Clarisa?"

Clarisa tampak mengangguk menyetujui. " Boleh, tapi kembalilah jika sudah selesai," kata Antonio tenang.

"Pasti!" jawab Elvan mantap, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini!

.....

"AKSA!!"

Jeritan dari gadis berambut sebahu itu berhasil membuat beberapa orang menatapnya. Gadis berbaju flanel merah dengan kaos putih di dalamnya dan juga celana jeans biru tua itu berlari dengan kencang.

"KEJAR GUE KALAU BISA!" tantang Aksa, pemuda dengan kulit sawo matangnya itu.

"Ta, gak capek ngejar Aksa?" tanya Marco, laki-laki yang menjadi anggota baru The Charmer 3 tahun lalu.

Aleta masih terenggah-enggah dengan kedua telapak tangannya diletakan di lutut. Gadis itu menggeleng dan tersenyum manis kepada Marco.

"Masih kuat, anak itu harus dikasih pelajaran!"

Marco terkekeh geli, dia pun berjongkok di depan Aleta sambil menepuk-nepuk punggungnya. "Naik. Gue kasih tumpangan buat kejar Aksa."

Aleta tersenyum lebar langsung menerima tawaran Marco. Mengabaikan sorak serta jeritan iri dari beberapa orang yang menatap mereka, Aleta meloncat begitu saja ke atas punggung lebar Marco.

Marco berusaha berdiri, cowok imut itu tersenyum lebar menatap beberapa mahasiswa di sana. Seolah dia berkata bahwa sang primadona BEM Antariksa ada di punggungnya sekarang.

"Siap?"

"Udah cepet, keburu Aksa jauh!"

"Iya. Pegangan yang kuat!" perintah Marco sebelum dia berlari. Namun, Aleta justru mencekik leher Marco.

"Astaga, gak dicekik juga dong, Ta!" gerutu Marco membuat Aleta tertawa renyah.

"Gue cuma nurut aja ko," elaknya masih dengan tawa. Tangannya pun melonggar agar tidak mencekik leher Marco.

"Dasar!" kata Marco pelan lalu berlari menyusuri lorong kampus itu dengan mudah. Seperti tanpa beban walaupun di punggungnya ada Aleta yang tertawa girang bukan main.

.....

Di ruang keluarga itu kini hanya tersisa Elvan dan juga Antonio. Clarisa serta Dara sedang di dapur memasak makanan untuk makan malam.

Ruang keluarga milik Antonio ini didesain cukup apik dan nyaman. Sofa panjang bermuatan 5 orang di letakkan berhadapan dengan tv besar yang menempel di tembok. Karpet bulu berwarna abu juga tergelar indah di bawah kaki mereka. Benar-benar memberi kesan nyaman saat sedang berkumpul bersama keluarga.

"Kamu yakin dengan keputusan ini?" tanya Antonio lagi kepada Elvan. Pria paruh baya itu masih enggan kembali jauh dengan sang putra. Ada rasa rindu meskipun mereka sudah bersama sejak tiga tahun lalu. Dan juga sedikit rasa takut kalau-kalau Elvan tak ingin kembali kemari untuk menemaninya.

"Elvan rindu dia, Pa."

"Lalu bagaimana dengan Clarisa? Kamu tidak mungkin meninggalkan dia 'kan?" tanya Antonio dengan penuh harap.

Elvan menggeleng. Dia tidak tahu akan meninggalkan gadis blasteran itu atau tidak. Tapi bagi Antonio itu adalah jawaban bahwa Elvan tidak akan meninggalkan gadis itu.

"Kapan akan ke Indonesia?"

"Seminggu lagi, setelah kepindahan Elvan sudah resmi."

"Kuliah di mana? Jangan sembarangan pilih tempat, kamu penerus Papa besok."

"Antariksa." Sekolah yang sama dengan Aleta.

"Bagus. Beri kabar rutin kepada kami."

"Iya, Pa, pasti."

Setelah itu hening. Keduanya memperhatikan Clarisa yang menurunkan 4 gelas sirup dingin di meja kecil sebelah kiri sofa. Gadis pirang dengan mata coklat muda itu begitu cantik dengan kulit seputih porselen. Badannya kurus tinggi hampir menyamai Elvan. Rambutnya pirang bergelombang indah dengan sedikit warna hitam. Dia juga menawan, hidungnya kecil runcing dengan bibir mungil semerah apel.

"Clarisa cantik, mirip Mamanya," gumam Antonio pelan, namun masih dapat Elvan dengar. Pemuda itu semakin terdiam membisu memperhatikan Clarisa lekat.

"Ada yang lebih cantik dari Clarisa," kata Elvan saat gadis itu kembali ke dapur.

Antonio terkejut menatap sang putra. Ia pikir gumamannya cukup pelan, ternyata tidak.

"Ngomong apa kamu, Van?" tanyanya pura-pura heran dan tertawa.

"Aku kenal cewek cantik, Pa. Melebihi Clarisa. Dia cantik dengan semua yang dia punya."

"Ngaco kamu ngomongnya! Anak orang jangan sembarangan dibayangin," kata Antonio tertawa renyah.

Elvan mendengus menatap Antonio kesal. "Clarisa juga anak orang, Pa."

.....

Terpopuler

Comments

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

crazy up thor....

ijin promo ya 🙏🙏🙏


jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍔🍔🍔

kisah cinta beda agama 🥰

jgn lupa tinggalkan jejak ya 🙏☺️

2020-10-20

1

The books.

The books.

Hai kak aku mampir nih bawa boom like dan coment
Jangan lupa mampir
SUAMI ANTI ROMANTIS
SANG TUNANGAN MR.COOL

2020-09-28

0

V_Z

V_Z

Semangat Thor
salam dari "SANG PENGACARA"

2020-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!