Redeem Selfishness
Seorang wanita tampak berjalan dengan lunglai melintas keramaian orang-orang yang sepertinya pulang ke kampung halaman sebagaimana wanita itu. Pandangan di depannya sungguh membuat jiwanya ingin menyerah menjalani hidup.
Bagaimana tidak, kalau saat ini yang ada di hadapannya adalah kekasihnya dan wanita lain. Entahlah dirinya juga masih belum mengetahui secara pasti siapa wanita itu. Namun dilihat dari kedekatan mereka, tampaknya kekasihnya dengan wanita itu sudah kenal lama.
Viola menghembuskan nafas dengan kasar demi menetralkan perasaan nya yang sejak tadi bergemuruh. Ingin sekali berlari kemudian menyeret wanita itu untuk melepaskan tangannya yang sejak tadi merangkul lengan Nathan dengan erat.
"Huh" desahnya. Viola sadar kini tak lagi berhak, karena Nathan dengan tegas sudah mengusir dirinya dari kehidupan pria itu.
Miris, begitu yang dirasakannya. Namun dirinya tak akan menyerah untuk mendapatkan hati Nathan kembali. Sekalipun pria itu sudah sebegitu kecewa terhadap dirinya. Viola tak peduli.
"Kak Nathan beneran biarin Kak Viola pergi?" tanya Reya tak yakin.
Melihat bagaimana Nathan yang mengizinkan Viola untuk pulang ke tanah air bersama mereka. Reya merasa Nathan sesungguhnya masih begitu mencintai wanita cantik itu.
Saat ini mereka sedang berada di bandara internasional. Setelah dinyatakan sembuh, Nathan memutuskan untuk pulang ke tanah air. Tentu saja membawa Reya serta, untuk alasan tertentu.
Awalnya mereka hanya akan pulang berdua. Namun Viola yang mengetahui rencana kepulangan mereka, pada akhirnya juga ingin ikut pulang. Nathan menolak untuk satu penerbangan bersama Viola. Namun melihat bagaimana Viola mengiba akhirnya Nathan mengizinkan meskipun dengan wajah terpaksa dan ketusnya.
"Itu keinginannya" tutur Nathan menjawab dengan acuh. Dirinya tak ingin lagi dipusingkan dengan permasalahan asmaranya bersama Viola. Sikap wanita itu terlalu memuakkan untuknya.
"Apa Kak Viola akan ikut pulang ke rumah Kak Nathan?" tanya Reya lagi.
"Tentu saja tidak." Tegas Nathan. Tak ada alasan bagi wanita itu untuk datang ke rumahnya.
"Tapi biasanya Kak Viola akan mampir terlebih dahulu." Ujar Reya.
Kenyataannya memang begitu. Selama ini Viola akan mampir ke rumah Nathan terlebih dahulu sepulang dari luar negeri. Biasanya sekedar memberikan oleh-oleh atau melepas rindu dengan calon mertuanya.
Namun setelah kandasnya hubungan mereka. Entahlah apakah akan masih tetap sama?
"Kakak tak akan mengizinkannya." Ujar Nathan dengan yakin.
Setelah berjalan perlahan, Nathan dan Reya serta Viola yang berada di belakang mereka telah sampai di mana lokasi kendaraan yang menjemput mereka. Lebih tepatnya, menjemput Nathan dan Reya.
Nathan dan Reya segera masuk ke dalam kendaraan yang menjemput mereka. Sementara Viola masih diam mematung, bingung bagaimana mengatakannya. Karena jujur dirinya merasa canggung.
"Nath, boleh aku ikut kalian?" tanya Viola pada akhirnya.
Viola cukup sadar diri untuk tak lagi memanggil Nathan dengan panggilan kesayangan mereka. Karena pria itu dengan tegas ingin dirinya pergi dari kehidupan pria itu. Viola hargai keputusan nya. Namun bukan berarti dirinya akan menyerah memperjuangkan Nathan. Tentu saja tidak.
Meski mendapati wajah Nathan yang berubah pias mendengar keinginannya. Namun Viola tak perduli. Viola juga ingin pulang ke rumah orang tua Nathan terlebih dahulu seperti biasanya.
"Lo lupa apa yang gue bilang kemarin?" tanya Nathan dengan sarkas.
Membuat Viola menelan ludahnya dengan susah payah. Nathan tampak begitu menakutkan jika sedang mode dingin begini. Apalagi selama mengenal Nathan, dirinya tak pernah mendapatkan tatapan sedingin ini dari kekasihnya itu.
Nathan selaku hangat terhadap nya. Berbeda dengan saat ini. Viola menjadi sedikit canggung. Meskipun Nathan menganggap dirinya mantan kekasih, baginya Nathan tetaplah kekasih nya.
"Please, aku gak mau orang tua kamu tahu tentang permasalahan kita." Ujar Viola.
Sontak jawaban Viola membuat Nathan tersenyum sinis. "Itu lebih bagus, gue yang akan jelasin ke mereka kalau kita udah gak berhubungan." Jawab Nathan menatap tajam Viola.
Viola dibuat terdiam dengan kata-kata Nathan. Ternyata Nathan tak main-main ingin berpisah dengan nya. "Tapi Nath .."
"Jalan pak." Titah Nathan kepada pengemudi, membuat Viola tak jadi melanjutkan perkataannya.
"Huh" Viola menghembuskan nafasnya, dirinya harus berusaha sabar mulai detik ini.
Akhirnya Viola memutuskan untuk menggunakan kendaraan lain. Namun tujuannya tatap sama, menuju kediaman orang tua Nathan. Jika anaknya sedang marah padanya, bukankah melalui orangtuanya bisa membantu.
***
Setelah menempuh perjalanan beberapa saat, akhirnya Viola sampai di kediaman orang tua Nathan.
Viola bergegas untuk masuk ke rumah megah itu. Namun Viola dibuat mematung dengan apa yang saat ini dilihatnya.
Tampak wanita yang dibawa Nathan begitu akrab dengan orang tua Nathan. Bahkan dengan kakak ipar Nathan juga, Kak Nesya.
Hak itu semakin membuat Viola bertanya-tanya sebenarnya siapa wanita itu. Mengapa mereka tampak akrab dan begitu dekat dengan wanita itu. Jika tidak salah namanya Reya.
Baiklah, daripada banyak berpikir sendiri seperti ini. Lebih baik dirinya segera masuk dan menanyakan kebenarannya pada meraka. Dirinya juga akan menyiapkan hati dan jiwanya untuk menghadapi kenyataan yang terjadi nantinya.
"Mami" sapa Viola mendekati Mami dan Nesya yang tengah asik bersenda gurau dengan Reya. Sedangkan Nathan, entah pria itu kemana. Mungkin sudah masuk ke kamarnya untuk mandi atau membersihkan diri.
Sontak ketiga wanita beda generasi itu menoleh ke sumber suara. Mami dan Nesya tersenyum melihat kedatangan Viola. Kemudian memeluk wanita cantik itu.
"Mami kira kamu gak ikut pulang. Tumben gak satu mobil sama Nathan." Ujar Mami sembari memeluk Viola.
"Iya Vi, kakak kira kamu gak ikut pulang." Tutur Nesya menimpali.
Mereka memang belum mengetahui sama sekali. Karena Nathan langsung masuk ke kamar begitu saja setelah memeluk mereka. Hingga mereka tak memiliki kesempatan untuk menanyakan terkait Viola yang tak ikut pulang serta.
Viola melepaskan pelukan mereka. Memejamkan mata sejenak dan menghembuskan nafasnya dengan pelan. Ini resiko yang harus dihadapinya. Dirinya yang salah jadi harus bertanggung jawab.
"Iya Mi, Viola lagi berantem dikit sama Nathan" Ujar Viola dengan jujur. Tak ada niat sedikitpun untuk mengadu, dirinya hanya berusaha untuk tidak menutupi apapun.
"Hem kalian ini, langsung menikah aja daripada berantem terus gini." Ujar Mami ikut pusing mendengar hubungan anak bungsunya yang sering ada masalah.
"Iya Mi, lebih cepat lebih baik." Nesya ikut menimpali.
Viola hanya tersenyum canggung dengan perkataan dua wanita cantik beda generasi itu. Dirinya mau saja jika seperti itu. Namun Nathan belum tentu, atau bahkan tidak mau sama sekali.
"Kamu gimana Rey, setuju kan kalau Kak Nathan kamu itu cepet-cepet nikah aja. Biar gak ngambekan terus." Ujar Mami pada Reya.
Reya hanya tersenyum saja, bingung juga mau menanggapi seperti apa. Karena dirinya tahu bagaimana Nathan terluka sedemikian rupa oleh Viola.
Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments