"Nathan!" Teriak Viola menghampiri Nathan dan Reya.
Viola segera menjauhkan Nathan dari Reya, tak ikhlas melihat lengan mantan kekasihnya di gandeng gandeng oleh wanita lain.
Sontak Nathan dan Reya terkejut dengan apa yang Viola lakukan. Bahkan Bianca yang berada di belakang Viola pun ikut terkejut menyaksikan perbuatan Viola yang tak seperti biasanya.
"Vi, inget ini tempat umum. Jangan bikin malu." Ujar Bianca memberi peringatan kembali.
Namun Viola seolah tuli dan fokus menatap tajam ke arah Reya. Dengan langkah pelan, Viola menghampiri Reya yang masih menatapnya dirinya dengan tatapan terkejut.
"Gue gak peduli Lo sepupu Nathan atau pun siapanya. Yang harus lo tau, Nathan mulik gue dan akan terus seperti itu. Jadi lo jangan coba-coba berani buat nempel nempel sama dia." Ujar Viola dengan tegas.
Kemudian Ia berlalu dengan menggandeng tangan Nathan yang masih diam membeku. Nathan bukan terkejut atau apa dengan tindakan Viola. Hanya saja saat ini dirinya sedang berusaha menahan emosinya. Hanya dapat mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya dengan erat.
Dirinya tak mungkin ceroboh seperti Viola, karena sepenuhnya dirinya sadar sekarang sedang di tempat umum. Hingga akhirnya Viola sampai di tempat sepi masih dengan menggandeng tangan Nathan.
Nathan menghempaskan tangan Viola dengan kasar. Ini bukan lagi tempat umum, jadi saatnya mengungkapkan segala emosi nya yang sejak tadi tertahan.
"Nath, kamu..." ucapan Viola terpotong oleh Nathan.
"Apa maksud Lo?" tanya Nathan dingin dan menusuk. Tatapannya tajam seolah menghunus Viola.
Mendapati pertanyaan Nathan disertai tatapan tajam itu, membuat Viola menjadi ciut. Aura Nathan begitu dingin dan membuatnya tertunduk tak berani menatap mantan kekasihnya itu.
"A ...ku aku cuma mau ngejauhin kamu dari cewek licik itu. Aku gak rela kalau kamu asik mesra-mesraan sama dia. Aku ..." Jawab Viola dengan lirih dan pelan.
"Mau dia cewek gue, tunangan gue, istri gue. Kalau gue mau mesra-mesraan sama cewek mana pun. Lo gak ada gak ngelarang gue. Lo lupa kita udah putus. Lo gak ada gak apapun buat larang." Ujar Nathan dengan sarkas.
Mendengar jawaban Nathan, Viola tak sadar menjatuhkan air matanya. Tampaknya Nathan memang benar-benar menganggap hubungan mereka benar-benar kandas. Tapi dirinya tak rela sungguh.
"Aku tau aku salah Nath, tapi please tolong maafin aku. Aku mau memperbaiki semuanya. Jadi kamu jangan deket-deket sama cewek lain aku gak suka." Ujar Viola memohon.
Nathan mengusap wajahnya dengan kasar, merasa frustasi dengan sikap Viola yang tak juga paham dengan keinginan dirinya.
"Gue ingetin sekali lagi sama lo, kalo kita udah putus. Hubungan kita udah berakhir, jadi jangan ganggu gue lagi. Mau gue berhubungan sama cewek mana pun, itu bukan urusan lo." Tegas Nathan dengan sarkas.
Viola terisak mendengar perkataan Nathan. Nathan benar-benar tak ingin lagi dirinya ganggu. Tapi Ia tak bisa jauh dari Nathan, bahkan melupakan pria itu.
Nathan hanya terdiam dan tak bereaksi apapun kala mendengar Viola yang menangis dan terisak. Padahal Viola begitu menunggu respon Nathan yang akan seperti dulu. Memeluknya dengan erat kala dirinya tengah menangis dan sedih seperti saat ini.
Namun setelah ditunggu-tunggu tetap saja pria itu tak menunjukkan pergerakan apapun. Hingga Viola yang melangkah perlahan untuk mendekati pria itu. Mengulurkan tangan dan berniat memeluk pria itu.
"Jangan minta aku untuk pergi dari hidup kamu, Nath. Aku gak sanggup kehilangan kamu." Ujar Viola sembari memeluk Nathan dengan terisak.
Sementara Nathan hanya diam terpaku, tak berniat sama sekali untuk membalas pelukan wanita yang tengah menangis tersedu-sedu itu.
"Nath?" panggil Viola karena tak mendapati respon Nathan sama sekali.
"Itu bukan urusan gue." Ujar Nathan dengan dingin. Menghempaskan pelukan Viola pada tubuhnya dan berlalu pergi.
Viola tercengang dengan respon yang Nathan berikan. Airmata nya semakin deras mengalir membasahi pipinya. Tubuhnya merosot ke bawah dengan pilu. "Hiks hiks hiks Nathan.." Viola hanya mampu menatap punggung Nathan yang semakin menjauh dengan nanar.
"Vi, lo kenapa?" ujar Bianca terkejut melihat keadaan Viola.
Bianca segera memeluk sahabatnya itu, tak tega melihat Viola yang begitu kacau. Diusapnya punggung ringkih wanita itu dengan lembut. Demi menguatkan hati sahabatnya yang tampak rapuh.
"Dia bener bener udah gak peduli sama gue. Gue gak mau kehilangan dia, Bi. Gue gak sanggup." Ujar Viola dengan terisak.
"Udah Vi, entar kita pikirin lagi ya gimana baiknya. Sekarang kita pulang dulu, lo tenangin diri. Gue yakin Nathan gak akan ninggalin lo." Jelas Bianca memberi harapan pada Viola.
Viola akhirnya bersedia untuk pulang bersama Bianca. Mama Viola yang melihat putrinya begitu kacau menjadi panik dan khawatir. Kemudian Bianca menjelaskan semuanya. Hingga Mama Viola menjadi paham.
Viola memang sudah menceritakan semuanya pada Mamanya. Mengakui bahwa dirinya memang salah, dan Nathan tidak salah dalam permasalahan mereka ini. Mama turut bersedih dengan keadaan putrinya itu.
"Kamu nginep di sini dulu ya, Bi. Viola masih dalam keadaan kacau pasti butuh kamu sebagai sahabatnya. Meskipun Viola juga sering cerita ke Tante, tapi Tante yakin Viola juga butuh sudut pandang dari sisi sahabat nya seperti kamu." Pinta Mama Viola yang khawatir dengan keadaan putrinya itu.
"Iya Tan, Bianca nginep di sini aja. Bianca juga khawatir sama keadaan Viola." Ujar Bianca bersedia dengan permintaan Mama Viola.
Mama tersenyum mendengar jawaban Bianca. "Makasih ya Bi, Tante seneng lihat persahabatan kalian." Ujar Mama merasa terharu.
Setelah makan malam, Mama menyarankan Viola untuk istirahat di kamarnya. Sementara Mama mengajak Bianca untuk berdiskusi di kamar Mama.
"Bi, Tante gak tega melihat putri Tante kacau dan sedih seperti itu. Rencananya Tante mau mengajak Papa Viola untuk menemui keluarga Nathan, dan menikahkan mereka." Ujar Mama meminta pendapat.
"Emm kayaknya itu ide bagus sih Tan. Tapi Om emangnya setuju? Bianca juga yakin kalau Nathan sebenarnya masih cinta sama Viola. Cuma ketutup sama rasa kecewa aja Tan." Jelas Bianca.
Sedikit banyaknya Bianca sudah tahu bagaimana ceritanya. Karena Viola sudah menceritakan semuanya padanya tadi. Tadinya sahabatnya itu tak mau menceritakan secara detail. Namun setelah dipaksa akhirnya Viola mau menceritakan semuanya.
"Tante gak tega liat Viola seperti ini. Viola belum pernah seperti ini sebelumnya, Bi. Tante juga akan minta Nathan untuk bersedia menikah sama Viola. Tante bersedia melakukan apapun demi kebahagiaan Viola, Bi." Ujar Mama Viola dengan mata berkaca-kaca.
"Iya Tan, Bianca juga akan bantuin sebisa Bianca. Tante tenang aja, pasti ada jalan untuk mempersatukan mereka kembali. Buat Viola bahagia." Ujar Bianca.
Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments