Cinta Yang Ternoda

Cinta Yang Ternoda

Cinta yang ternoda Bab 1 Dijebak

Cinta sedang berdandan di kamarnya, malam ini Tina mengajaknya untuk ikut menyambut pergantian tahun.

Awalnya Cinta menolak, tapi atas desakan kakaknya Hesty akhirnya dia mau ikut juga. Terlebih papanya juga memberi izin.

Christ tunangannya juga mengiyakan saja saat dimintai izin oleh Cinta. Karena orang-orang yang akan bersama Cinta adalah teman-temannya juga. Christ tidak bisa menemani karena sedang tugas di luar kota.

Tanpa curiga akhirnya Cinta menurut juga.

“Cinta, cepetan dong ntar kita terlambat nih," teriakan Hesty terdengar membahana. Cinta yang sedang memoles bedak di wajahnya terkejut karena teriakan itu.

“Iya, bentar lagi kak, sabar,” ucap Cinta pelan seraya memberikan pulasan  terakhir di pipinya. Meski kakaknya tidak akan mendengar ucapannya tapi dia jawab juga.

Sebelum turun, Cinta menyempatkan mematut dirinya di depan cermin. Memantaskan gaun yang melekat di tubuhnya. Gaun warna biru kesukaannya. 

Semua sudah tampak sempurna, penampilan Cinta sederhana tapi elegan. Tidak lupa Cinta tersenyum, memamerkan deretan gigi putihnya bak biji mentimun. 

Bergegas dia menuruni anak tangga dimana Hesty telah menunggu penuh seringai di bawah tangga. 

Matanya memindai penampilan adik tirinya yang sederhana tapi tetap menarik. Pakaian apa saja yang ia kenakan selalu pantas melekat di tubuhnya, padahal pakaian itu  bukan merk mahal. 

Baju yang melekat di tubuhnya jauh lebih mahal dibanding gaun yang dikenakan Cinta. Itulah sebabnya Hesty selalu iri dengan Cinta.

Ibu Cinta telah meninggal saat melahirkannya dua puluh dua tahun yang lalu. Ketika Cinta berusia lima tahun, Pak Rendra menikah lagi dengan Vivi teman sekantornya.

 Dari pernikahan itu lahir  Heru. Sedang Hesty adalah anak bawaan Tante Vivi dengan pernikahannya yang pertama.

Usia Cinta dan Hesty hanya terpaut satu tahun.

“Lama amat sih dandannya.” ucap Hesty kesal.

“Maaf Kak, Cinta cuma pakai bedak saja tadi,” sahut Cinta.

“Ya ampun! Cuma bedakan tapi makan waktu begitu lama. Dasar bekicot!” maki Hesty makin meradang. 

Beda dengan Cinta yang kalem dan lembut, Hesty orangnya jutek. Jika sedang kesal suka melampiaskan emosinya begitu saja.

Sikap kasar Hesty yang telah berakar sejak kecil  terkadang membuat Cinta ketakutan. Karena Hesty tidak segan-segan memukulnya kalau dia rasa sikap Cinta keterlaluan.

“Ada apa ini ribut-ribut?” ucap Vivi menengahi. Keduanya memang sering tidak akrab. 

“Tuh, selalu aja bikin kesal. Udah tau waktu mepet masih santai aja,” ucap Hesty dengan wajah merengut.

“Sudah, gitu aja udah marah-marah.” Lerai Vivi agar Hesty tidak berlarut dalam kemarahan. Cinta sudah menolak ajakan kakaknya untuk ikut mungkin saja dia sengaja supaya tidak jadi ikut.

"Tapi Hesty kesal, Ma. Acaranya 'kan di mulai jam 19:00 ini sudah 18:30," dengus Hesty.

"Ya udah, itu adikmu sudah turun tinggal berangkat toh."

Dalam hati Vivi juga heran kenapa Hesty putrinya begitu ngotot mengajak Cinta ikut serta, padahal selama ini dia lebih suka pergi tanpa Cinta.

“Kami pamit Ma.” Cinta mencium punggung tangan ibunya, diikuti Hesty. Keduanya jalan beriringan menuju ruang tamu dimana Rendra tengah duduk santai.

“Sudah mau berangkat?” ucap Pak Rendra begitu melihat kedua putrinya muncul di ruang tamu.

“Iya, Pa. Kami pamit ya.” salim Hesty lembut dihadapan Pak Rendra. Beda sekali sama Cinta.

“Hati-hati. Jangan telat pulang. Selesai acara langsung pulang ke rumah.” Pesan Rendra pada kedua anak gadisnya. Diangguki Vivi yang melepas keduanya hingga pintu.

Hesty mengemudikan mobil Xenia putihnya hadiah dari papanya. Dibanding dengan Cinta, Rendra memang lebih royal pada Hesty. Hesty sering diberi hadiah kejutan oleh papanya. 

Namun, semua itu tidak membuat Cinta merasa cemburu sepanjang dia masih disayangi dirumah itu. Meskipun, rasa tersisih kadang hadir dalam benaknya.

Dia yang jadi anak kandung papanya sering merasa diabaikan.

Dari kecil Cinta sudah terbiasa mengalah terhadap Hesty. Hesty selalu berusaha memiliki apa yang menjadi miliknya. Satu persatu mainan miliknya beralih pada Hesty dan itu atas seizin ayahnya. Papanya sudah terbiasa memanjakan Hesty.

“Kak, tujuan kita kemana sih?” ucap Cinta karena mereka belum tiba juga padahal sudah lebih tiga puluh menit mereka di jalan. Arah jalan yang mereka tempuh juga terasa asing menurut Cinta.

“Bisa tidak diam saja, aku lagi fokus nyetir,” sahut Hesty ketus. 

Terpaksa Cinta diam saja tidak berani protes lagi hingga mereka tiba di sebuah hotel di pinggir kota.

“Ayo, turun. Kita sudah sampai.” Hesty mematikan mesin mobil. Tapi Cinta justru ragu untuk keluar. “Ayo keluar, mereka sudah nungguin kita sedari tadi.”

Cinta masih ragu, dan agak bingung melihat tempat sekelilingnya yang terasa sepi. Terlambat untuk menyesali keputusan untuk ikut merayakan penyambutan tahun baru.

“Ayo, cepetan Cinta kok malah bengong.”

“Tapi kak?” 

“Tapi apa!” hardik Hesty mulai kehilangan kesabaran.

“ Kok tempatnya sepi banget, jauh pula di pinggiran  kota.”

“Ya ampun, Cinta. Kalau rame namanya pasar malam tau! Ayo, cepat keluar!” Hesty menghempas pintu dengan kasar, membuat Cinta kaget.

Keduanya jalan beriringan menuju hotel. Begitu mereka memasuki koridor Cinta mendengar dentuman suara musik yang memekakkan telinga. Ternyata suasana dalam hotel begitu meriah. Beda dengan apa yang diduga Cinta sebelumnya.

Cinta sempat heran kenapa suara hingar bingar musik tidak terdengar di luar.

“Tuh, sudah liat sendiri ‘kan? Makanya sering- sering keluar rumah, biar gak dibilang kampungan.” sindir Hesty jutek. Cinta hanya menunduk diam dan mulai merasa tak nyaman.

“Kak, aku di dalam mobil saja. Kepalaku pusing mendengar suara hingar itu.” keluh Cinta.

“Gila kamu,”umpat Hesty lalu menyeret lengan Cinta ke sebuah ruangan dimana teman-temannya sudah berkumpul.

“Hai! Akhirnya kalian datang juga!” Seseorang melambaikan tangan dan berteriak kencang begitu Cinta dan Hesty muncul. 

“Kalian sudah lama? Maaf ya, kami telat.” Hesty meraih kursi dan duduk dengan santainya. 

Sementara Cinta makin tidak nyaman saat mencium aroma alkohol dari beberapa botol minuman diatas meja.

“Ayo, duduk. Kok malah bengong sih, jangan malu-maluin gua ya.” bisik Hesty di telinga Cinta. 

Dengan terpaksa Cinta duduk di sisi Hesty. Cinta hampir saja muntah saat melihat Hesty meneguk minuman beralkohol langsung dari botolnya.

Cinta tidak pernah menyangka kakak tirinya itu suka minum alkohol meski pergaulannya sangat bebas.

Cinta menutup  kedua hidungnya menghindari aroma tidak sedap itu. Dia edarkan pandangannya ke sekitar, memindai orang-orang yang lalu lalang di resto hotel itu. Namun, tidak ada yang ia kenali, bahkan lelaki yang duduk didepan kakaknya saja baru kali ini dia lihat.

“Sepertinya ada yang merasa tak nyaman, ngapain kamu  bawa dia kemari, Hesty.” ucap lelaki di hadapan Hesty. 

Lelaki itu sudah setengah mabuk. Matanya tajam melumat Cinta membuatnya makin tidak nyaman.

“Hei, jaga matamu Robert!” hardik Hesty saat dilihatnya pandangan Robert tidak lepas dari wajah Cinta. “Mana yang lain?” 

“Di arena,” sahut Robert datar. Maksudnya di taman hotel, tempat konser berlangsung.

Menunjuk ke arah pertunjukan musik di tengah taman hotel. Dimana salah satu grup musik ibukota yang tengah naik daun sedang tampil.

Cinta mengikuti arah yang ditunjuk Robert. Dimana banyak orang histeris mengikuti pertunjukan musik.

"Kak, teman-teman kakak kok, belum pernah aku liat sebelumnya." keluh Cinta, saat melihat segerombol pemuda yang melambaikan tangan saat melihat kearah mereka. Tapi Hesty pura-pura tidak mendengar keluhan Cinta. Malah membalas lambaian tangan gerombolan pemuda itu.

“Eh, Cinta, kamu sudah datang!” teriak seseorang membuat Cinta menoleh ke arah suara itu. Ternyata dia Tina, orang yang mengundangnya. Dia adalah teman kuliahnya dulu. 

Cinta merasa nyaman saat melihat kehadiran, Tina.

“Kamu mau minum apa Cin, biar aku pesan.”

“Air mineral aja deh.” Tina tertawa mendengar pesanan Cinta.

 “Sesekali minum yang lebih keras kenapa sih, toh Christ tidak akan tau,” kelakar Tina.

“Tau ajalah Tina, Cinta emang polos,” celetuk Hesty yang mulai terpengaruh alkohol.

 Hesty mengedipkan sebelah matanya ke arah Tina, diangguki Tina dengan senyum seringai. Tina lalu memesan sebotol air mineral dan tidak lupa memasukkan sesuatu ke dalamnya.

Cinta tidak menyadari kalau bahaya tengah mengintainya. Tanpa curiga karena tutup botol telah terbuka. Cinta meminum begitu saja air mineral itu hingga setengah.

Robert dan Hesty tersenyum licik karena Cinta telah masuk perangkap mereka. ***

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

jahat sekali Hesty....apa maksud nya menjebak Cinta....

2024-04-02

1

Dewi Anggya

Dewi Anggya

mmpiiir... penasaran dari awal....❤️❤️

2024-01-28

0

Irma

Irma

kek nya seru nih next Thor semangat

2024-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!