NovelToon NovelToon

Cinta Yang Ternoda

Cinta yang ternoda Bab 1 Dijebak

Cinta sedang berdandan di kamarnya, malam ini Tina mengajaknya untuk ikut menyambut pergantian tahun.

Awalnya Cinta menolak, tapi atas desakan kakaknya Hesty akhirnya dia mau ikut juga. Terlebih papanya juga memberi izin.

Christ tunangannya juga mengiyakan saja saat dimintai izin oleh Cinta. Karena orang-orang yang akan bersama Cinta adalah teman-temannya juga. Christ tidak bisa menemani karena sedang tugas di luar kota.

Tanpa curiga akhirnya Cinta menurut juga.

“Cinta, cepetan dong ntar kita terlambat nih," teriakan Hesty terdengar membahana. Cinta yang sedang memoles bedak di wajahnya terkejut karena teriakan itu.

“Iya, bentar lagi kak, sabar,” ucap Cinta pelan seraya memberikan pulasan  terakhir di pipinya. Meski kakaknya tidak akan mendengar ucapannya tapi dia jawab juga.

Sebelum turun, Cinta menyempatkan mematut dirinya di depan cermin. Memantaskan gaun yang melekat di tubuhnya. Gaun warna biru kesukaannya. 

Semua sudah tampak sempurna, penampilan Cinta sederhana tapi elegan. Tidak lupa Cinta tersenyum, memamerkan deretan gigi putihnya bak biji mentimun. 

Bergegas dia menuruni anak tangga dimana Hesty telah menunggu penuh seringai di bawah tangga. 

Matanya memindai penampilan adik tirinya yang sederhana tapi tetap menarik. Pakaian apa saja yang ia kenakan selalu pantas melekat di tubuhnya, padahal pakaian itu  bukan merk mahal. 

Baju yang melekat di tubuhnya jauh lebih mahal dibanding gaun yang dikenakan Cinta. Itulah sebabnya Hesty selalu iri dengan Cinta.

Ibu Cinta telah meninggal saat melahirkannya dua puluh dua tahun yang lalu. Ketika Cinta berusia lima tahun, Pak Rendra menikah lagi dengan Vivi teman sekantornya.

 Dari pernikahan itu lahir  Heru. Sedang Hesty adalah anak bawaan Tante Vivi dengan pernikahannya yang pertama.

Usia Cinta dan Hesty hanya terpaut satu tahun.

“Lama amat sih dandannya.” ucap Hesty kesal.

“Maaf Kak, Cinta cuma pakai bedak saja tadi,” sahut Cinta.

“Ya ampun! Cuma bedakan tapi makan waktu begitu lama. Dasar bekicot!” maki Hesty makin meradang. 

Beda dengan Cinta yang kalem dan lembut, Hesty orangnya jutek. Jika sedang kesal suka melampiaskan emosinya begitu saja.

Sikap kasar Hesty yang telah berakar sejak kecil  terkadang membuat Cinta ketakutan. Karena Hesty tidak segan-segan memukulnya kalau dia rasa sikap Cinta keterlaluan.

“Ada apa ini ribut-ribut?” ucap Vivi menengahi. Keduanya memang sering tidak akrab. 

“Tuh, selalu aja bikin kesal. Udah tau waktu mepet masih santai aja,” ucap Hesty dengan wajah merengut.

“Sudah, gitu aja udah marah-marah.” Lerai Vivi agar Hesty tidak berlarut dalam kemarahan. Cinta sudah menolak ajakan kakaknya untuk ikut mungkin saja dia sengaja supaya tidak jadi ikut.

"Tapi Hesty kesal, Ma. Acaranya 'kan di mulai jam 19:00 ini sudah 18:30," dengus Hesty.

"Ya udah, itu adikmu sudah turun tinggal berangkat toh."

Dalam hati Vivi juga heran kenapa Hesty putrinya begitu ngotot mengajak Cinta ikut serta, padahal selama ini dia lebih suka pergi tanpa Cinta.

“Kami pamit Ma.” Cinta mencium punggung tangan ibunya, diikuti Hesty. Keduanya jalan beriringan menuju ruang tamu dimana Rendra tengah duduk santai.

“Sudah mau berangkat?” ucap Pak Rendra begitu melihat kedua putrinya muncul di ruang tamu.

“Iya, Pa. Kami pamit ya.” salim Hesty lembut dihadapan Pak Rendra. Beda sekali sama Cinta.

“Hati-hati. Jangan telat pulang. Selesai acara langsung pulang ke rumah.” Pesan Rendra pada kedua anak gadisnya. Diangguki Vivi yang melepas keduanya hingga pintu.

Hesty mengemudikan mobil Xenia putihnya hadiah dari papanya. Dibanding dengan Cinta, Rendra memang lebih royal pada Hesty. Hesty sering diberi hadiah kejutan oleh papanya. 

Namun, semua itu tidak membuat Cinta merasa cemburu sepanjang dia masih disayangi dirumah itu. Meskipun, rasa tersisih kadang hadir dalam benaknya.

Dia yang jadi anak kandung papanya sering merasa diabaikan.

Dari kecil Cinta sudah terbiasa mengalah terhadap Hesty. Hesty selalu berusaha memiliki apa yang menjadi miliknya. Satu persatu mainan miliknya beralih pada Hesty dan itu atas seizin ayahnya. Papanya sudah terbiasa memanjakan Hesty.

“Kak, tujuan kita kemana sih?” ucap Cinta karena mereka belum tiba juga padahal sudah lebih tiga puluh menit mereka di jalan. Arah jalan yang mereka tempuh juga terasa asing menurut Cinta.

“Bisa tidak diam saja, aku lagi fokus nyetir,” sahut Hesty ketus. 

Terpaksa Cinta diam saja tidak berani protes lagi hingga mereka tiba di sebuah hotel di pinggir kota.

“Ayo, turun. Kita sudah sampai.” Hesty mematikan mesin mobil. Tapi Cinta justru ragu untuk keluar. “Ayo keluar, mereka sudah nungguin kita sedari tadi.”

Cinta masih ragu, dan agak bingung melihat tempat sekelilingnya yang terasa sepi. Terlambat untuk menyesali keputusan untuk ikut merayakan penyambutan tahun baru.

“Ayo, cepetan Cinta kok malah bengong.”

“Tapi kak?” 

“Tapi apa!” hardik Hesty mulai kehilangan kesabaran.

“ Kok tempatnya sepi banget, jauh pula di pinggiran  kota.”

“Ya ampun, Cinta. Kalau rame namanya pasar malam tau! Ayo, cepat keluar!” Hesty menghempas pintu dengan kasar, membuat Cinta kaget.

Keduanya jalan beriringan menuju hotel. Begitu mereka memasuki koridor Cinta mendengar dentuman suara musik yang memekakkan telinga. Ternyata suasana dalam hotel begitu meriah. Beda dengan apa yang diduga Cinta sebelumnya.

Cinta sempat heran kenapa suara hingar bingar musik tidak terdengar di luar.

“Tuh, sudah liat sendiri ‘kan? Makanya sering- sering keluar rumah, biar gak dibilang kampungan.” sindir Hesty jutek. Cinta hanya menunduk diam dan mulai merasa tak nyaman.

“Kak, aku di dalam mobil saja. Kepalaku pusing mendengar suara hingar itu.” keluh Cinta.

“Gila kamu,”umpat Hesty lalu menyeret lengan Cinta ke sebuah ruangan dimana teman-temannya sudah berkumpul.

“Hai! Akhirnya kalian datang juga!” Seseorang melambaikan tangan dan berteriak kencang begitu Cinta dan Hesty muncul. 

“Kalian sudah lama? Maaf ya, kami telat.” Hesty meraih kursi dan duduk dengan santainya. 

Sementara Cinta makin tidak nyaman saat mencium aroma alkohol dari beberapa botol minuman diatas meja.

“Ayo, duduk. Kok malah bengong sih, jangan malu-maluin gua ya.” bisik Hesty di telinga Cinta. 

Dengan terpaksa Cinta duduk di sisi Hesty. Cinta hampir saja muntah saat melihat Hesty meneguk minuman beralkohol langsung dari botolnya.

Cinta tidak pernah menyangka kakak tirinya itu suka minum alkohol meski pergaulannya sangat bebas.

Cinta menutup  kedua hidungnya menghindari aroma tidak sedap itu. Dia edarkan pandangannya ke sekitar, memindai orang-orang yang lalu lalang di resto hotel itu. Namun, tidak ada yang ia kenali, bahkan lelaki yang duduk didepan kakaknya saja baru kali ini dia lihat.

“Sepertinya ada yang merasa tak nyaman, ngapain kamu  bawa dia kemari, Hesty.” ucap lelaki di hadapan Hesty. 

Lelaki itu sudah setengah mabuk. Matanya tajam melumat Cinta membuatnya makin tidak nyaman.

“Hei, jaga matamu Robert!” hardik Hesty saat dilihatnya pandangan Robert tidak lepas dari wajah Cinta. “Mana yang lain?” 

“Di arena,” sahut Robert datar. Maksudnya di taman hotel, tempat konser berlangsung.

Menunjuk ke arah pertunjukan musik di tengah taman hotel. Dimana salah satu grup musik ibukota yang tengah naik daun sedang tampil.

Cinta mengikuti arah yang ditunjuk Robert. Dimana banyak orang histeris mengikuti pertunjukan musik.

"Kak, teman-teman kakak kok, belum pernah aku liat sebelumnya." keluh Cinta, saat melihat segerombol pemuda yang melambaikan tangan saat melihat kearah mereka. Tapi Hesty pura-pura tidak mendengar keluhan Cinta. Malah membalas lambaian tangan gerombolan pemuda itu.

“Eh, Cinta, kamu sudah datang!” teriak seseorang membuat Cinta menoleh ke arah suara itu. Ternyata dia Tina, orang yang mengundangnya. Dia adalah teman kuliahnya dulu. 

Cinta merasa nyaman saat melihat kehadiran, Tina.

“Kamu mau minum apa Cin, biar aku pesan.”

“Air mineral aja deh.” Tina tertawa mendengar pesanan Cinta.

 “Sesekali minum yang lebih keras kenapa sih, toh Christ tidak akan tau,” kelakar Tina.

“Tau ajalah Tina, Cinta emang polos,” celetuk Hesty yang mulai terpengaruh alkohol.

 Hesty mengedipkan sebelah matanya ke arah Tina, diangguki Tina dengan senyum seringai. Tina lalu memesan sebotol air mineral dan tidak lupa memasukkan sesuatu ke dalamnya.

Cinta tidak menyadari kalau bahaya tengah mengintainya. Tanpa curiga karena tutup botol telah terbuka. Cinta meminum begitu saja air mineral itu hingga setengah.

Robert dan Hesty tersenyum licik karena Cinta telah masuk perangkap mereka. ***

Bab 2. Ternoda

Tidak jauh dari tempat Cinta duduk, seorang lelaki tengah mengawasi Cinta. Lelaki itu curiga kalau Cinta tengah di jebak. 

Dia adalah Zion seorang lelaki yang kesepian karena ditinggal nikah tunangannya. Karena lampu remang-remang dan Cinta duduk membelakanginya, sehingga raut wajah Cinta tidak begitu jelas dikenali Zion.

Malam itu dia menghabiskan malam panjangnya dengan minum sendiri di bar hotel seraya menikmati konser musik. Biasanya dia ditemani Choky asisten sekaligus temannya. Namun, kali ini dia lebih memilih ditemani sejumlah botol bir dan kerasnya suara konser musik.

Sesekali Zion mengikuti lirik lagu yang dilantunkan sang diva.

“Kak, kepalaku tiba-tiba pusing. Pulang yuk!” Keluh Cinta seraya memijat keningnya. Selain rasa pusing dia juga merasakan tubuhnya terasa panas dan aneh. 

“Baru juga kita sampai, gih istirahat di kamar saja dulu.”

“Tapi Kak, aku merasa tidak enak badan juga. Tiba-tiba saja badanku rasanya aneh,” keluh Cinta tidak mengerti. 

“Ayo Cin, aku antar kamu ke kamar. Kebetulan tadi aku sudah pesan satu kamar.” Tina memapah tubuh Cinta.

“Tidak usah, aku ke toilet saja. Cuci muka!” Cinta lantas bergegas menuju toilet.

“Yakin kamu baik-baik saja?” ucap Hesty pura-pura perhatian padahal dalam hati tengah bersorak kegirangan.

“Iya, aku baik-baik saja.” Cinta berbohong karena tidak ingin ada orang yang tau keadaan dirinya. 

Cinta ingin pergi diam-diam sebelum ada yang menyadari perubahan dirinya. Nalurinya berkata sesuatu telah terjadi setelah dia minum air mineral itu. Dan apapun itu, dia tidak sedang baik-baik saja.

Cinta bergegas berjalan ke arah toilet, tanpa dia sadari Robert mengikutinya. Begitu juga Zion diam-diam mengikuti Cinta.

Belum juga sampai di toilet, tubuh Cinta telah diseret Robert. Mulutnya dibekap agar tidak berteriak dan membawanya ke kamar yang telah dipesan. Cinta berontak, tapi apalah dayanya. Kekuatannya tidak sebanding dengan Robert yang lebih kuat dan dipengaruhi minuman.

Dengan mudah tubuh Cinta dibawa masuk ke kamar. Tapi, saat pintu hendak ditutup, sebuah kaki mengganjal.

Lalu seseorang masuk dan menghajar Robert. Robert yang tidak menduga serangan itu jatuh terkapar di lantai lalu  Zion menyeretnya ke luar diletakkan di dekat tangga.

Cinta yang sudah merasakan pengaruh obat perangsang berjalan terhuyung ke tempat tidur. Dia merasakan gejolak hasrat yang begitu hebat menyerangnya. Zion kembali ke kamar untuk melihat kondisi Cinta. 

Cinta yang kepanasan terbakar nafsu mengerang diatas ranjang. Gaunnya tersingkap menampakkan pahanya yang putih mulus membuat Zion menelan air liurnya. 

Zion mendekati tubuh Cinta, dan menarik sprei untuk menutupi tubuh Cinta. Tapi sial, karena pengaruh obat, Cinta malah menarik tubuh Zion hingga terjatuh diatas  tubuhnya.

Zion yang dibawah pengaruh minuman keras berusaha mengelak untuk tidak menyentuh tubuh indah, Cinta. Namun, erangan Cinta yang dibawah pengaruh obat dan dirinya juga yang setengah mabuk akhirnya membalas serangan Cinta. 

Keduanya saling menyerang, tapi disaat Ciñta merasakan sakit di inti tubuhnya, dia mencoba mendorong Zion dari atas tubuhnya

“Jangan, sakit … ah!” erang Cinta. Berusaha mempertahankan kesuciannya. Tapi penolakan Cinta malah membuat gairah Zion memuncak. 

“Tolong … lepaskan aku,” rintih Cinta. 

Terlambat untuk semuanya. Cinta merintih kesakitan saat bagian tubuhnya dibawah sana berhasil diterobos. Rasa sakit berubah menjadi kenikmatan dan keduanya berpacu hingga hasrat tersalurkan. 

Cinta tidak mengenal pria yang telah menodai dirinya. Sebaliknya Zion juga tidak begitu jelas menandai wajah Cinta karena lampu yang temaram dan pengaruh alkohol.

“Maafkan aku, aku akan bertanggung jawab.” ucap Zion lirih seraya mengusap lembut wajah Cinta sesaat dirinya tertidur di sisi perempuan yang telah dia nodai.

Ketika matahari belum terbit, Cinta terkejut mendapati dirinya tertidur di kamar hotel dengan seorang laki-laki asing. Tubuhnya terlihat polos di bawah selimut begitu juga lelaki asing itu. 

Cinta berusaha mengumpulkan ingatannya, apa sebenarnya yang terjadi semalam. Perlahan ingatannya pulih antara sadar dan tidak dia merasakan dirinya tengah bercinta dengan orang asing. 

Betapa berhasratnya dia malam itu. Begitu mendamba dan haus. Entah apa yang terjadi padanya sampai hasratnya begitu memuncak. 

Dia cuma minum air mineral, apakah Tina memberi obat perangsang dalam botol mineral itu? Tapi, untuk apa dia melakukan itu? Apakah mereka sengaja menjebaknya? Untuk apa? 

Seketika Cinta tersentak. Kakaknya pasti mencarinya saat ini. Begitu juga kedua orang tuanya. Mereka pasti panik. 

Perlahan Cinta bangkit dari ranjang, memungut pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Cinta merasakan sakit dan ngilu di area inti tubuhnya. Sebelum lelaki asing itu bangun dia harus pergi. 

Cinta merutuki nasib sial yang menimpanya. Apa yang akan dia katakan pada Christ tunangannya. Tiga bulan lagi dia akan menikah, tapi dirinya telah ternoda di malam tahun baru.

Christ pasti akan salah paham padanya, menduganya telah selingkuh. Dia pasti akan sangat kecewa bila dirinya sudah tidak suci lagi. Sementara selama ini Christ selalu menjaganya, Christ tidak pernah menyentuhnya lebih dari kewajaran. Cinta takut akan kehilangan Christ, dia sangat mencintainya. 

Christ adalah alasan satu-satunya untuk keluar dari rumah mereka setelah bertahun-tahun merasa terasing dengan keluarganya sendiri.

Oh, kenapa mereka tega melakukan itu padanya? Siapa dibalik semuanya ini. Apakah Hesty dalangnya, tapi kenapa? 

Air mata Cinta mengalir sederas air yang mengalir dari shower. Cinta merasa tubuhnya sangat kotor. Sesalnya tidak berguna. Cinta baru berhenti mandi setelah tubuhnya menggigil kedinginan.

Buru-buru dia mengenakan pakaiannya kembali, ketika teringat kalau orang asing yang bersamanya masih ada diranjang terkutuk itu. Tidurnya pulas sekali, Cinta terkejut saat menatap wajah tampan lelaki asing yang telah menodainya.

Dia tidak mungkin menuntut orang asing itu, karena dirinya juga berperan dalam kejadian itu. Cinta ingat, kalau semalam lelaki itu juga dalam keadaan mabuk. Cinta ingat mencium aroma alkohol dari nafas lelaki itu saat menciumi wajahnya penuh nafsu.

Bagaimana bisa akan menuntutnya, dia pasti akan mudah mengelak dengan alasan dipengaruhi minuman keras. Iya kalau dia mau bertanggung jawab. Bagaimana kalau dia sudah beristri bukankah itu akan mempermalukan dirinya dan keluarganya. 

Dipagi buta itu, Cinta menyelinap pulang. Meninggalkan Zion yang masih terlelap.

Cinta masih bingung, semalam ingatan terakhirnya adalah saat ia hendak ke toilet, bagaimana bisa berakhir di kamar hotel dengan lelaki asing?

Zion terjaga saat merasakan matanya silau oleh lidah mentari yang menerobos lewat kisi- kisi jendela. 

Zion kaget saat menyadari kalau dia terbangun bukan dikamarnya. Zion terduduk dan merasakan kepalanya pusing. Perlahan kesadarannya pulih kalau semalam dia tengah mabuk dan bercinta. 

Astaga! Zion berharap dia tengah bermimpi. Zion menatap ke sampingnya tidak ada seseorang pun di sisinya. 

Ah, aku cuma bermimpi. Monolognya. Tapi saat melihat tubuhnya dalam keadaan polos ingatannya kembali kalau malam itu dia memang tengah bercinta dengan seseorang.

Ya, Tuhan. Aku benar-benar telah menodai gadis itu. Zion membelalak, membekap mulutnya saat melihat bercak darah di sprei putih. Ah, gadis itu masih perawan. Aku telah menodai seorang gadis suci. 

Zion menarik kasar rambutnya, berjalan hilir mudik dikamar dengan tubuh masih polos. Lalu dia bergegas mandi, mengenakan kembali pakaiannya. Dia harus mencari tahu siapa perempuan itu.

Zion segera menghubungi Choky. 

“Bos dari mana saja, semalaman aku menelepon.” Tanpa menunggu lama Choky menyahut dari seberang. 

“Cepat jemput aku!” Zion memberi alamat dimana dia berada saat itu. Saat Zion hendak keluar dari kamar, matanya tertumbuk ke sebuah benda yang berkilau di di atas ranjang.

Zion memungut benda itu, ternyata sebuah liontin motif huruf “C”. Zion memasukkan liontin itu ke dalam kantong jas- nya.

Dua puluh menit kemudian Zion sudah berada di dalam mobil.

“Selidiki siapa yang menyewa kamar hotel itu, dan kejadian semalam,” ucap Zion dingin. 

“Apakah Bos, semalaman bersama perempuan di kamar hotel?” selidik Choky senyum-senyum.

“Tutup mulutmu Choky, kalau tidak kamu akan terkapar di rumah sakit.” hardik Zion menekan emosinya. 

Choky langsung bungkam, dia sudah hafal sifat  bos sekaligus sahabatnya itu. Jika tidak mau cerita berarti perkara besar tengah terjadi.***

 

Bab 3 Cinta difitnah

Cinta menyelinap masuk lewat pintu samping. Dia sangat ketakutan kalau papanya akan marah besar karena dia pulang pagi. 

Baru juga dia hendak membuka pintu ketika suara lantang Pak Rendra menghardiknya. Tubuh Cinta mendadak gemetar, dari nada suara papanya saja sudah jelas sebesar apa murkanya. 

Cinta berbalik, kepalanya tertunduk tidak berani menatap wajah sang papa yang pasti sedang menatap tajam ke arahnya.

“Dari mana saja kamu baru pulang pagi ini!”

“Maafkan Cinta, Papa.” Cinta bingung sekaligus takut  apa yang harus dikatakan sebagai alasan keterlambatannya. Cinta telah berjanji tidak akan menceritakan apa yang telah terjadi padanya semalam. Biarlah itu dia simpan dalam hati.

“Apa yang telah kamu lakukan diluar sana, teganya kamu mempermalukan Papa!”  Cinta menatap bingung papanya yang menahan amarah. Apakah papa telah mengetahui apa yang telah terjadi padanya?

Mungkinkah Hesty telah bercerita yang bukan-bukan. Sehingga papanya sampai murka begitu.

Padahal jelas dia pamit  ke toilet, tapi kakaknya tidak berusaha mencarinya, saat dia tidak muncul kembali? Ataukah Hesty mencarinya tapi tidak bertemu karena dirinya telah disekap dalam sebuah kamar.

Namun, kenapa papanya seolah sudah tau apa yang terjadi padanya kalau dia telah berbuat aib pada keluarganya?

“Kenapa diam, kamu dari mana semalaman?” 

Bagaimana kamu bisa berbuat serendah itu? Tidur dengan pria sembarangan. Ingat tidak kalau kamu itu sudah bertunangan! Kenapa kamu malah menjual diri!” teriak Pak Rendra mencecar Cinta dengan kata-kata yang menyakitkan.

Cinta terkejut dengan ucapan papanya. Bagaimana papanya bisa tau kalau dirinya ditiduri orang asing.

“Aku … dipe***sa Papa, bukan menjual diri,” isak Cinta terpukul, “seseorang menyeretku saat mau ke toilet. Kepalaku mendadak pusing setelah diberi air mineral oleh, Tina.” Cinta berusaha menjelaskan apa yang telah terjadi padanya.

“Heh! Kamu jangan memfitnah ya. Kamu sendiri yang tidak mau ditemani ke toilet. Setelah itu kamu menghilang.” Hesty tiba-tiba muncul menyudutkan Cinta.

“Kenapa kepalaku mendadak pusing setelah minum air mineral itu. Semuanya pasti telah kalian rencanakan menjebakku. Kamu pasti dalang dari semua itu!” pekik Cinta marah.

“Eh, malah nyalahin aku sih, kamu yang mela**r malah bilang orang lain yang jebak.”ucap Hesty sengit. 

,

“Kak, tidak usah bohong! Akui saja kalau kamu sengaja menjebakku. Buat apa juga kau maksa aku ikut malam tahun baruan. Tempatnya juga jauh di pinggir kota. Kalian pesta miras di sana, pasti semua ini sudah kakak rencanakan.” tuding Cinta penuh amarah.

Selama ini Cinta sudah rasakan kalau Hesty selalu berusaha menyingkirkannya dari papanya sendiri.

“Buat apa coba aku menjebakmu. Dasar, kamu aja yang nakal!” Hesty tidak mau kalah menyerang Cinta.

“Cukup! Jelas kamu yang ketahuan berbuat aib, malah menyalahkan orang lain!” hardik Pak Rendra. Mematahkan hati Cinta karena papanya sama sekali tidak peduli padanya.

“Ada apa ini, Pa. Pagi-pagi sudah ribut. Eh, kak Cinta kenapa?” ucap Heru heran saat melihat Cinta duduk bersimpuh di bawah kaki Pak Rendra. Heru terjaga dan keluar dari kamarnya karena mendengar suara ribut.

“Dia tidur dengan lelaki asing di hotel.” Hesty membeberkan aib Cinta.

“Tidur gimana, menginap? Trus apa yang salah?” Heru mengernyitkan keningnya, heran.

“Masalahnya dia telah tidur dengan orang asing. Tak disangka sikap alimnya cuma topeng!” cibir Hesty sinis.

“Tunggu dulu. Bukannya  kalian pergi bareng kenapa malah bisa Kak Cinta menginap di hotel dan Kak Hesty pulang duluan?” ucap Heru heran plus curiga.

“Maksud kamu itu apa,Her?”sela Vivi, “jelas kalau Cinta liar, buktinya dia yang tidur di kamar hotel.” Vivi tidak suka kalau Heru malah membela Cinta.

“Maksud Heru, Ma, kalau Kak Cinta tiba-tiba menghilang masa Kak Hesty tidak mencarinya. Apa Kak Cinta akan senekad itu tidur dengan pria asing sementara dia bersama Kak Hesty. Lagian apa ada buktinya?" Heru menatap tajam ke arah Hesty juga papa dan mamanya.

Mendengar ucapan Heru, Hesty mendadak gugup. Tapi bukan Hesty namanya kalau dia tidak dapat berkilah.

"Jelas ada buktinya. Ini ada videonya." Hesty menyerahkan ponselnya pada Heru. Heru melihat adengan sepasang orang dewasa dalam sebuah kamar. Tapi tidak jelas siapa orangnya karena cahaya dalam kamar temaram.

"Dapat dari mana video ini kapan kakak menerimanya?" Heru menatap tajam pada kakaknya Hesty.

Ditatap seperti itu Hesty tidak bisa menyembunyikan kegugupannya. Heru mengirim video itu ke ponselnya.

"Bukannya berusaha menyelamatkan Kak Cinta, kakak malah sibuk mengadu ke Papa. Aku akan selidiki hal ini, jika nantinya kakak terlibat lihat saja!" ancam Heru.

Hesty terkejut melihat reaksi Heru yang membela Cinta. Pak Rendra dan Bu Vivi tidak kalah kagetnya. Karena selama ini Heru juga selalu acuh pada Cinta.

"Ayo, Kak." Heru memapah Cinta yang jelas terguncang. Wajahnya begitu pias. Heru menyesal karena selama ini selalu mengabaikan Cinta. Dia sudah melihat sejauh ini kalau Hesty selalu saja berbuat culas pada Cinta.

"Pa, apa Papa akan diam saja dengan masalah ini. Cinta sudah jelas membuat malu keluarga kita. Bagaimana kalau dia nanti hamil, juga soal pertunangannya dengan Christ." Hesty masih berusaha menghasut papanya.

Dia kecewa karena papanya tidak bertindak apa-apa. Tujuannya mengusir Cinta dari rumah sepertinya gagal total.

Sialnya, justru Heru yang menggagalkan rencananya itu.

"Maksud kamu apa, Hesty? Harusnya kamu melindungi adikmu tadi malam. Bukan malah sibuk memvideokan kejadian itu. Apa benar kamu menjebak adikmu sendiri?" tatap Pak Rendra nyalang ke arah Hesty.

"Lha, Papa kok malah menuduh Hesty yang gak-gak? Udah jelas klo Cinta yang nakal."

"Cukup! Cinta tidak akan berbuat serendah itu kecuali dia di jebak. Cinta sudah bertunangan. Papa tidak percaya dia akan berbuat serendah itu." Pak Rendra duduk terkulai, syok dengan apa yang telah terjadi pada putrinya. Merasa gagal melindungi putrinya selama ini.

"Papa, maafkan Hesty. Karena Hesty-lah yang memaksa Cinta ikut. Tapi Hesty tidak pernah berniat sejahat itu untuk mencelakai, Cinta." Hesty berpura-pura sedih dan menangis dihadapan Pak Rendra.

Dalam hati dia bersorak karena Cinta telah ternoda. Tentunya Christ akan membatalkan pertunangan mereka.

"Akhirnya, aku akan berhasil merebut Christ dari sisimu, Cinta. Christ pasti akan membatalkan pertunangan kalian. Dan Christ akan jadi milikku, hahaha ...." ucap Hesty tertawa bahagia di kamarnya.

Hesty membayangkan dirinya menggantikan Cinta berjalan menuju altar. Saling mengucap janji dihadapan Pendeta. Dan selamanya akan bersama.

Dia memang sudah lama menginginkan Christ, dan selama itu pula dia selalu mencari cara menyingkirkan Cinta. Dan kemarin malam dia berhasil melaksanakan rencana jahatnya itu dibantu Tina dan Robert.

Pastinya Robert sudah puas menikmati tubuh Cinta semalaman. Karena dia dan Tina melihat sendiri saat Robert menyeret tubuh Cinta ke salah satu kamar di hotel itu.

Mereka sendiri yang memvideokan apa yang terjadi di kamar hotel itu.

Hanya saja, Hesty dan Tina tidak mengetahui kalau orang yang bersama Cinta malam itu bukanlah Robert.***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!