Menghapus Jejak

Menghapus Jejak

00.01 Kisah Awal - AnyaBima

...“Pada akhirnya mimpi tinggi akan jatuh karena satu kesalahan.”...

...***...

Bel pertanda apel pagi telah berbunyi. Beberapa gerombolan siswa datang ke area lapangan lantas beberapa anak Osis mengatur tempat nan tugas. Ada yang riweuh bahkan berteriak mengintruksi agar tidak berisik sebab apel pagi akan segera dimulai.

Anya Dien, kelas 10 yang masih menjadi Osis percobaan sebelum adanya LDK pelantikan Osis satu minggu lagi ikut riweuh dengan sibuk mengatur teman seangkatannya agar berbaris dengan benar. "SIAP GERAK!" Anya bersikap sempurna diikuti oleh teman-temannya.

Setelah Anya melihat semua sudah dalam sikap sempurna, dia lantas berlari ke area Osis untuk ikut berbaris di dalamnya. Anya berdiri tepat di samping sang ketua Osis— Bima Albara Sakti. Anya sempat tersenyum hormat pada seniornya tersebut sebelum akhirnya fokus ke depan.

Dapat Anya lihat dari sudut matanya bahwa Bima telah berjalan ke depan sebagai bintara apel pagi ini. Benak Anya menilai bahwa Bima sosok yang sangat baik, rendah hati, serta pintar. Mungkin akan sulit menaklukkan hatinya. Tapi, segera Anya singkirkan pikiran itu sebab Anya sudah tahu bahwa tidak ada yang diperbolehkan menjalin hubungan lebih dari pertemanan dalam Osis SMA Bangsa.

Lantas semuanya serempak memberi hormat pada sang pembina yang telah memberi pidato singkat pagi ini. Tak lama kemudian apel pagi diakhiri dengan sikap istirahat di tempat dan menunjukkan Bima yang telah tersenyum simpul di depan dan akan menyampaikan sesuatu.

"Selamat pagi teman-teman!" sapanya ramah, serentak semua membalas, "Pagi Kak!"

"Selain yang ikut Osis boleh kembali ke kelas dan Osis dipersilakan masuk ke ruangan Osis sekarang! Terima kasih."

Setelahnya ada suara riuh para siswa yang akan kembali ke kelas mereka. Sedangkan beberapa anak Osis tertawa riang berjalan menuju ruangan, berbeda dengan Anya yang masih diam saat Bima memanggilnya.

"Anya, tolong bawain ini ke ruang Osis, ya!" Anya mengangguk lantas menurut atas perintah Bima yang kini telah pergi bersama yang lainnya.

Saat itu pula seseorang menepuk bahu Anya. "Ingat! Masuk Osis bukan karena ngincer kak Bima tapi cari pengalaman baru." Anya melirik Puji teman yang sudah menjadi seniornya. Anya memutar bola mata malas lantas mendengus sambil membawa buku ikrar. Tentu, Puji terkekeh melihat tingkah temannya.

Setelah sampai semua sudah duduk berjajar rapi dengan Bima serta Andrian di depan barisan. Anya datang dan memberikan buku ikrar itu pada salah satu seniornya lantas duduk bersama para junior. Anya terus memalingkan wajahnya saat senyuman Bima terpancar indah di setiap kata yang laki-laki itu ucapkan. Amat manis dan indah di pandangan Anya.

"Ingat, salah satu peraturan paling penting di Osis! Tidak ada yang boleh berpacaran sebab akan mengganggu fokus kita saat melakukan tugas. Kita di sini teman dan sama." Bima menatap seluruh juniornya.

"Kak Bima mau tanya sama kalian. Alasan kalian masuk Osis apa?" Bima maju satu langkah ke arah kanan tepatnya tempat duduk Anya.

Anya terkesiap sambil menatap dengan mata berkedip pada Bima. Bima mengangguk membuat Anya kebingungan dan kelimpungan. "Maksudnya?" Semua tertawa melihat respon Anya.

"Kamu duluan mengajukan alasan kenapa kamu mau masuk Osis?" Bima kembali berkata dengan lembut.

Anya menggaruk kepalanya. "Awalnya cuma ikutan temen terus jadi niat aja, sih. Tapi-"

"Tapi semua jadi bener-bener niat saat tahu ketosnya ganteng kayak kak Bima, 'kan, Nya?" Semua melirik ke arah Puji yang sudah tertawa kecil. Anya spontan mendelik dan menolak pernyataan Puji.

"Sumpah nggak, kok. Kak Bima jangan percaya!" Bukannya marah Bima justru tertawa malu sebab semuanya tertawa dan entah siapa yang mereka tertawakan yang jelas Bima ikut malu.

"Udah lupain! Sekarang yang benar alasannya apa?" Bima mengakhiri tawa tersebut membuat Anya bernapas lega.

"Em … dulu pas SMP aku gak lulus seleksi Osis dan benar-benar marah entah sama diri sendiri atau sama kakak Osisnya. Terus pas SMA dikasih kesempatan buat ikut walau belum tentu lulus karena belum ada LDK. Tapi, jujur aku beneran berusaha memperbaiki diri supaya bisa lulus minggu depan. Sebab aku pengen tahu banget gimana, sih, kerjanya seorang Osis? Karena aku belum punya pengalamannya, Kak." Anya mengembuskan napas lega yang dibalas senyuman ramah dari Bima.

"Alasannya sangat realistis." Anya menyengir hambar mendengar jawaban Bima yang kini telah bertanya pada orang selanjutnya. Lantas Puji kembali menghampirinya dan tersenyum jahil membuat Anya spontan mendelik.

Tak lama sesi tanya jawab alasan pun selesai dan dilanjutkan dengan acara membuat pernak-pernik untuk kemping LDK minggu depan. "Ingat, ya, teman-teman di sini kalian akan dinilai!" peringat Bima.

Anya kelimpungan sebab tidak mendapatkan anggota kelompok. "Kok, aku gak kebagian tempat Kak?!" protesnya pada Puji.

Puji melirik heran lantas melirik-lirik ke arah juniornya. "Kasihan banget jadi kamu, Nya. Sengsara— terus kena bully lagi."

Anya berjalan ke arah kursi lantas duduk dengan hentakan kuat. Puji tak heran dengan sikap Anya yang mudah emosian, judes, cerewet dan gemesin. Lalu para senior justru terkekeh bukan marah dengan tingkah menggemaskan Anya. Apalagi saat Bima datang menghampiri dan memberikan kertas karton pada Anya.

"Bikin tulisan LDK OSIS 2005-2006 yang bagus nanti ada nilai plus buat kamu." Anya menatap kertas serta Bima secara bergantian lantas mendengus.

"Nilai plus, sih, cuma tetap capek kalo kerjanya sendiri." Anya berjalan sambil mengambil karton tersebut lantas duduk lesehan sendirian.

Bima melirik ke arah Puji yang malah mengangkat bahu acuh lantas melenggang ke dalam kerumunan anak Osis lainnya. Bima seperti kebingungan dengan sikap Anya yang menurut namun sering protes. Apakah Bima harus membantu pekerjaan Anya atau bagaimana? Saat melihat wajah tertekuk Anya serta mulut yang berkumat-kamit mengerutu membuat Bima terkekeh geli.

"Kalo sekiranya capek ngerjain sendirian ayo gabung ke sini!" tawar Bima yang sudah duduk di antara para senior.

Lantas Anya melirik dan menatap bingung. "Emangnya boleh?" tanya Anya yang dibalas tatapan malas oleh Puji.

"Anya Dien binti Fathur Dien Alatas. Kalo gak boleh kenapa kak Bima nawarin? Pake logika kalo ngomong." Lantas Puji kembali pada aktivitasnya.

Anya melemparkan tatapan tajam pada Puji. "Gak usah bawa-bawa nama pabrik kenapa? Ngeselin," gerutu Anya yang berjalan ke arah Bima.

Bima serta yang lain tertawa kecil melihat junior satu ini. Tingkah konyol nan bibir cerewetnya telah menjadi penghangat ruangan yang selalu dilanda keseriusan. Ruangan yang selalu diberi ketegangan oleh tugas-tugas serta program kerja, sidang dan kegiatan lainnya. Bima yang dikenal sebagai laki-laki random, kadang serius, pemarah, pemalas, pendiam, bijak, konyol, nan tingkah lainnya. Lalu sekarang ditambah satu orang yang mungkin memiliki tingkah yang sama pula.

"Jadi kamu anaknya om Fathur?" selidik Bima sambil melanjutkan kegiatannya.

Anya mendelik. "Kok, tahu? Kepoin aku, ya?" cerca Anya.

Bima memutar bola mata malas. "Cuma meyakinkan aja. Tadi, 'kan, Puji bilang kamu anaknya om Fathur … binti Fathur," koreksi Bima.

Anya mengangguk. "Oh." Jawaban singkatnya telah membuat Bima serta yang lain melotot kicep.

Akhirnya hening mereka kian sibuk pada pekerjaan masing-masing. Ruangan ini telah kembali dilanda keseriusan serta dengusan lelah juga suara lalat hinggap di jendela. Terkadang Bima mengabadikan momen tersebut oleh camera miliknya, kadang pula tanpa sepengetahuan sang empu. Tetapi, kala memotret sosok Anya si cerewet yang kini diam dan serius seketika itu pula hati Bima mendadak kalut. Hati Bima mendadak gelisah seakan-akan telah diterjang masalah yang bertubi-tubi. Bima lantas berhenti memotret dan memandang ke arah lain sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.

"Kenapa sama perasaan gue?"

...***...

Bersambung…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!