00.02 Waktunya Pergi

...“Katanya perasaan seorang Ibu itu selalu benar terjadi.”...

...***...

Anya membisu di dalam mobil bersama Vanya— kakak serta Vanila— Bundanya. Kakak serta bundanya heran dengan sikap Anya yang terus diam tak seperti biasa yang selalu ceria.

"Apa kamu belum siap pergi kemah?" Vanya bertanya seraya bersandar di bahu Anya.

Anya sempat melirik sebelum akhirnya bersandar pada jendela. "Siap cuma—"

"Cuma kenapa?" tanya Vanya yang diangguki Vanila.

"Takut ada setan di sana!" Anya meringis sambil memeluk kakaknya yang malah kicep-kicep sebab tidak sangka dengan jawaban Anya.

"Beloon! Jadi cuma itu yang buat kamu diam?" Anya mengangguk dalam pelukkan Vanya. "Dasar anak dajjal!" sungut Vanya yang di tegur Vanila.

"Kakak!" Vanila mengelus kepala Anya walau terhalang tubuh Vanya. Ada perasaan tidak rela membiarkan putri bungsunya pergi berkemah selama beberapa hari. Sebenarnya bukan kali pertama Anya pergi kemah, tapi ini untuk pertama kalinya Vanila dilanda khawatir yang bertubi.

Vanya melihat Vanila heran sebab raut wajah bundanya itu nampak khawatir. "Bunda! Anya itu gak akan kenapa-kenapa, kok," ujar Anya bukan Vanya.

Vanila tetap diam dengan senyuman simpul yang membuat kedua putrinya memeluk, membuat sang supir tersenyum hangat kala melihat bagaimana harmonisnya keluarga ini. Hingga pelukkan itu berakhir sebab mobil telah berhenti tepat di depan SMA Bangsa. Sudah ramai oleh teman-teman Anya serta tiga bis sudah siap.

Ketiga perempuan itu keluar mobil dengan Anya yang membawa satu tas besar serta selempang kecil. Vanya membantu sang adik walau tidak ada gunanya sebab Anya terus mengerutu.

"Kak Puji!" panggil Anya kala Puji terlihat di balik bis lantas Puji menghampiri Anya dan tersenyum lalu menyalimi tangan Vanila serta Vanya.

"Udah siap, Nya?" tanya Puji yang diangguki Anya.

"Puji. Tante titip Anya selama di sana, ya!" Vanila terlihat lebih khawatir sekarang, dengan tangan yang mengelus bahu Puji seakan benar-benar meminta pertolongan.

Puji mengangguk penuh. "SIAP TANTE!"

Anya memeluk Bundanya sambil tersenyum. "Anya bakal pulang dengan kondisi baik-baik aja, kok, Bunda!" Anya mengelus punggung Vanila.

Vanila sesekali mengecup kepala Anya. "Jaga diri kamu baik-baik sayang. Bunda gak mau Anya kenapa-kenapa di sana!" Vanila seakan kalut, hatinya terus menolak kala melepas Anya untuk pergi selama tiga hari dua malam.

"Anya cuma pergi selama tiga hari dua malam Bunda. Bukan bertahun-tahun, jadi jangan khawatir, oke!" Anya menguraikan pelukkan lantas meyakinkan Vanila.

Vanila mengangguk. "Oke!" Vanila mengelus pucuk kepala Anya yang kini telah memeluk Vanya dengan erat tak lupa tingkah jahilnya.

"Selama aku pergi Kak Vanya gak boleh tidur di kasurku nanti lepet sebab badanmu gede!" peringat Anya yang dibalas tatapan malas.

Anya berdiri di samping Puji. "Bunda... di sana ada kak Bima sama kak Andrian. Mereka yang akan jaga kami semua jadi Bunda gak perlu khawatir!" Anya menunjuk keberadaan Bima serta Andrian yang tengah sibuk mengatur tempat.

Vanila mengikuti arah telunjuk Anya lantas kembali melirik putrinya yang tengah tersenyum simpul memandang ke arah Bima dan Andrian. Vanila termenung sebab perasaan itu makin menjadi lantas Vanya yang mengerti langsung mengelus bahu sang Bunda seakan meyakinkan semuanya akan baik-baik saja.

"Semuanya, ayo kumpul!" perintah Bima berteriak.

Anya dan Puji spontan melirik dan mengangguk ke arah Bima. "Bunda! Anya pergi dulu." Anya menyalimi tangan Vanila serta Vanya begitu juga Puji.

Mereka berdua melenggang dari hadapan Vanila serta Vanya yang melambaikan tangannya. Vanya melirik Bundanya lantas mendengus lelah. "Vanya bakalan terus nanyain kabar Anya ke Puji biar Bunda gak khawatir," bisiknya yang membuat Vanila melirik.

Lantas Puji serta Anya bersenandung riang berjalan menuju bis. Bis tempat Anya kebetulan kumpulan senior bahkan hanya ada beberapa junior yang ada di bis tersebut. Sebelum masuk Bima mengabsen satu per satu dan menunjukkan di mana letak tempat duduk mereka. Lalu, kali ini giliran Anya, di belakangnya Puji. Bima sempat diam saat melihat Anya berdiri di depannya dengan senyuman ramah menunggu namanya disebutkan.

Anya mendengus saat Bima tak kunjung menyebutkan namanya dan hanya menatap penuh arti. "Kasihan yang di belakang kelamaan nunggu Kak. Jadi buruan aku harus duduk di mana?" Anya membuyarkan lamunan Bima.

"Anya duduk di bangku paling depan samping kak Bima," ujar Bima yang membuat Anya melotot.

"Kok, gitu?" Anya tak terima.

"Udah bagiannya. Kak Bima gak tahu sebab yang ngurus list ini Puji," jelas Bima malas lantas Anya mendengus sambil berjalan ke bangkunya, lalu Puji terkikik geli di belakang yang di balas tatapan malas oleh Bima.

"Kak Bima jangan baper!" Puji berlari kecil dan duduk di bangku belakang Anya.

Puji melihat Anya yang sudah menutup mata dengan tenang. Puji tak hiraukan dan sudah melakukan hal yang sama. Bahkan setelah itu suara pintu bis tertutup telah terdengar juga suara samar Bima di dekat pintu pun terdengar bahwa bis sudah terisi penuh.

"Teman-teman! Karena perjalanan sedikit jauh kalian bisa tidur atau apapun asalkan jangan berbuat riuh! Maka dari itu sebelum perjalanan dimulai alangkah baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai!"

Setelah berdoa selesai Bima berjalan ke arah bangkunya lalu berhenti di depan Anya. Anya yang duduk di bangku sisi membuat Bima heran. "Kamu duduk di pojok!" perintah Bima yang membuat Anya membuka matanya.

"Kak Bima aja," jawabnya malas.

"Duduk di samping bahaya kalo kamu tidur bisa jatuh," balas Bima.

"Ada sandaran kursi."

"Kalo kamu tidurnya ke samping gimana?"

"Paling ba—" Ucapan Anya berhenti kala tubuh Bima sudah menindih pahanya sebab bis melaju tanpa aba-aba.

Lalu, para siswa yang lain malah melongo melihat adegan langka itu di depan mereka berbeda dengan Puji yang malah terkikik. Bima bahkan membeku ditambah dahinya yang terbentur jendela lalu bagian bawahnya yang menyentuh paha empuk milik Anya membuat pikirannya entah ke mana.

Lantas Anya spontan memukul punggung Bima bertubi tanpa ampun. "Ikh modus! Bangun Kak Bima! Geli tahu ada yang ganjel!" teriak Anya spontan semua memalingkan wajah sebab tak tahan ingin tertawa. Apalagi Andrian yang duduk di bagian samping bangku Anya malah memotret adegan itu.

Bima meringis saat tubuhnya jatuh ke bawah dengan tempo yang cepat. "Anya!" sentak Bima nyaris menangis.

Anya langsung pindah posisi sesuai perintah Bima dan berpura-pura bahwa kejadian tersebut tidak pernah terjadi. Melihat Bima yang berdiri dengan memegang pinggangnya membuat Anya tak kuat menahan tawa. Tapi sayang tatapan tajam Bima membuat Anya berhenti terkikik. Anya semakin menggeser duduknya saat Bima duduk di sampingnya.

"Jangan deket-deket, Kak Bima modus!" kata Anya yang membuat Bima melirik tajam.

Lantas Bima mendengus dan kembali memandang ke depan dengan rasa sakit di pinggang yang belum kunjung hilang. Perasaan Bima kembali kalut seperti saat memotret Anya di ruang Osis minggu lalu. Entah kenapa pula saat matanya menatap mata Anya yang teduh perasaan kalut itu kembali tumbuh.

Bima kembali melirik Anya yang kini telah memejamkan mata dan mungkin telah tertidur pulas. Terkadang Bima memikirkan Anya di setiap malam ketika akan tidur. Dari mulai tingkah, wajah, serta perhatiannya pada setiap orang. Bima suka dengan cara Anya hidup selalu menghibur siapapun yang sedih walau mungkin dia juga sedih karena uang jajannya selalu berkurang kala kakaknya jahil mengambil uang jajannya di meja makan. Mengapa Bima tahu kisah itu? Sebab Anya yang cerewet selalu bercerita tentang kesehariannya pada para senior Osis yang senantiasa mendengarkan dengan kidmat.

Sampai akhirnya pikiran Bima mengingat kejadian dua hari lalu saat Anya memecahkan pot bunga di ruang Osis tanpa sengaja sebab terlalu banyak membawa barang.

Bima serta yang lainnya sempat melarang agar Anya tidak membeli pot bunga baru dari sisa uang jajannya. Tapi Anya malah berkata pada Bima, "Kak Bima, kalo dari kesalahan kecil kita gak mau bertanggung jawab, maka saat dilanda kesalahan besar kita malah lari bukan mencari solusi."

...***...

...Tbc…...

Terpopuler

Comments

Nakayn _2007

Nakayn _2007

Bikin ketagihan!

2024-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!