Dua Takdir Vans
Aku tak tau sudah berapa lama aku berada di tempat ini, tapi yang jelas mungkin aku sudah mati untuk saat ini, dan aku masih berharap untuk bisa hidup kembali atau kembali ke kehidupanku sebelumnya.
Sekarang aku berada di sebuah tempat yang tak pernah aku lihat sebelumnya, sebuah tempat dimana akal sehatku juga tak bisa memahaminya, sebatas mata memandang hanya ada ruang kosong berwarna putih membentang, aku juga tak tau di mana ujung dari ruang kosong ini, dari segala penjuru arah, atas, depan, belakang, kanan dan kiri, semua di sekelilingku tak terlihat batasannya, tak ada obyek tertentu yang membatasi pandanganku, ini benar-benar murni sebuah ruang kosong.
Mungkin hanya pada bagian bawah tubuhku atau bagian bawah dari tempat ini aku dapat merasakan dan melihat batas dari tempat ini, meskipun terlihat dari teksturnya itu seperti sebuah keramik yang keras, tapi itu rasanya lembut dan hangat ketika kakiku bersentuhan dengan bagian bawah dari tempat ini, aku bisa merasakannya dengan spesifik karena sekarang aku juga tak memakai sepatu ataupun sejenisnya, dan sejak awal berada di tempat ini aku sudah tak melihat sepatu yang aku gunakan sebelumnya.
Tak ada seorangpun selain diriku yang ada di tempat ini, hanya ada aku sendirian di tempat ini, ini juga yang membuatku semakin bosan ketika aku juga tak tau mau sampai kapan aku akan di kurung di tempat ini.
"Aaaaaah... Sial.... A*Jing... Tolong siapa saja jawab aku"
Sudah beberapa kali aku berteriak dan mengumpat tapi hasilnya tetap sama saja tak ada yang merespon suaraku, setidaknya aku berharap ada yang menjawab suaraku, entah itu Tuhan, Dewa, ataupun seorang Malaikat aku tak peduli, setidaknya itu dapat menghilangkan kebosananku atau mungkin aku bisa mendapatkan sebuah kepastian dari kondisiku saat ini.
Tak ada hal yang aku lakukan berguna untuk merubah kondisiku saat ini, semuanya sia-sia saja, bahkan ketika aku berteriak pun tak ada suara gema yang memantul dari tempat ini, tempat yang benar-benar meniadakan hukum ilmiah.
Berdiri, duduk, dan sesekali tidur telentang, hanya tiga posisi itu yang aku lakukan secara bergantian sejak tadi, dan sekarang aku tidur telentang sambil mengingat kejadian terakhir kali yang aku lakukan sebelum berada disini dan mungkin yang menjadi alasan kenapa aku mati dan berakhir di tempat ini juga.
Seperti hari biasanya aku pergi melakukan pekerjaanku, aku pergi ke sebuah perbankan untuk melakukan pekerjaanku, bukan berarti pekerjaanku adalah seorang pegawai perbankan, pekerjaanku adalah seorang cyber security atau istilah lainnya bisa di sebut IT security, pekerjaan dimana kamu memeriksa keamanan server suatu perusahaan atau instansi tertentu terhadap peretasan atau tindakan kriminal lain yang berbasis informasi dan teknologi komputer.
Aku mendapat tugas dari perusahaan perantaraku untuk melakukan perbaikan server keamanan sebuah bank, semuanya berjalan normal pada awalnya, aku di berikan ruangan khusus untuk melakukan pekerjaanku, tapi itu semua berubah ketika di tengah-tengah pekerjaanku, dari luar ruanganku bekerja terdengar suara rentetan tembakan beberapa kali, aku juga tidak bisa mengakses CCTV untuk melihat apa yang terjadi, semua kamera yang ada sudah di hancurkan dengan tembakan, aku sedikit memberanikan diri untuk sedikit mengintip dari ruanganku, dan apa yang terjadi itu sesuai dengan firasatku.
Empat orang membawa pistol, dua orang terlihat menggunakan pistol jenis Micro Uzi , dua orang lain menggunakan pistol jenis Glock-19, dua orang satpam terlihat sudah terkapar dengan berlumur darah, aku yakin mereka sudah benar-benar meninggal, itu benar-benar sebuah perampokan yang brutal.
Semua orang mulai dari pegawai, pengunjung dan nasabah di suruh untuk merunduk, manajer bank di paksa untuk memberikan akses ke server penyimpanan uang, dan untungnya sebelumnya aku sudah antisipasi untuk menghubungi kepolisian dan mengunci server bank, yang sedikit membuatku heran adalah masih adanya sistem perampokan konvensional di abad dua lima, biasanya menggunakan metode pishing ataupun Hacking.
Sayangnya perampokan itu semakin menggila, seorang gadis kecil ingin dijadikan pelampiasan kekesalan mereka gara-gara gadis itu menangis ketakutan, meskipun ibunya sudah berusaha untuk menenangkannya.
Dari titik inilah semua awal ceritaku, tak tau kenapa aku mulai reflek keluar dari tempatku bersembunyi, berlari ke arah salah satu parampok yang benar-benar ingin menarik pelatuk pistolnya, aku berlari menghampirinya untuk mengubah arah tembakannya, dan itu berhasil aku lakukan, tapi sialnya aku lupa dengan perampok lain, mereka justru mengarahkan tembakan kepadaku, aku ingat ada tiga peluru menembus tubuhku, satu peluru menembus bahuku, dan dua peluru menembus dadaku, rasanya benar-benar sakit dan panas saat itu, setelah itu pandanganku rasanya mulai kabur dan menghilang perlahan, dan saat aku tersadar kembali itu tidak di rumah sakit ataupun di rumahku, aku terbangun ditempat ini, dari bayangan terakhirku sepertinya para perampok itu berhasil di lumpuhkan karena mereka terfokus kepadaku, kepala bank mengambil shotgun dan berhasil melumpuhkan dua orang, dan dari luar gedung sepertinya seorang sniper militer berhasil menembak dua orang, dan terakhir aku melihat gadis kecil itu berhenti menangis.
"Huuufft... Dramatis sekali akhir hidupku" keluhku sambi menghela nafas panjang.
"Ya... cukup tragis juga"
"Eeeeh.... siapa itu?" aku cukup terkejut dan bangun dari tidurku karena tiba-tiba mendengar sebuah suara, yang jelas itu bukan aku.
"Tenanglah... Enggak usah gugup"
Setiap orang akan kaget ketika mendengar suara tanpa wujud, melihat ke sekeliling tapi tak ada orang lain selain diriku.
"Kamu tak perlu gugup seperti itu"
"Siapa kamu" aku bertanya sekali lagi untuk memastikan.
"Kamu bisa menganggapku sebagai utusan dewa, dan sekarang kita sedang berbicara menggunakan telepati pikiran"
"Bisakah aku berbicara dengan wujudmu yang sebenarnya"
Agak kurang nyaman untuk berbicara dengan seseorang tanpa wujud.
"Baiklah aku akan menggunakan wujud perantara untuk memudahkan kita berbicara" jawabnya menyetujui permintaanku.
Tiba-tiba sebuah cahaya bersinar terang di depanku, perlahan cahaya mulai memudar dan keluar seorang wanita cantik berbaju putih seperti pakaian seorang Dewi mitologi.
"A-pa itu wujudmu yang sebenarnya?" tanyaku dengan penasaran
"Bukan, Ini hanya wujud perantara untuk membuatmu nyaman"
Nyaman darimananya, justru aku merasa terganggu dalam artian lain.
"Wah... Wah... Sayang sekali bukankah bertemu seorang Dewi cantik adalah impian setiap pria?" Tanyanya sambil menggodaku dengan pose erotis.
"Tolong jangan menggodaku dengan wujud itu, dan bisakah kamu menggunakan bentuk lain?"
"apakah kamu ingin aku menjadi gadis kecil imut dan cantik?"
"Tu-tunggu...aku bukan seorang pedofil"
Aku tak tau dia dewa atau Dewi tapi yang jelas dia sudah mempermainkanku dan membaca fikiranku dengan seenaknya.
"Baiklah...aku akan menggunakan wujud yang standar"
Dari seorang Dewi yang mempesona sekarang wujud itu berubah menjadi seorang pria muda yang terlihat bijaksana.
"Nah.. darimana kita akan memulai pembicaraannya"
"Pertama tolong jelaskan dulu tempat apa ini sebenarnya?"
Ini pertanyaan yang cukup penting buatku karena sejak awal aku sudah penasaran dengan tempat ini.
"Aku akan menjelaskan dengan singkat, tempat ini adalah tempat dimana jiwa yang sudah mati di kumpulkan, tempat transit sebuah jiwa sebelum pergi ke tempat berikutnya"
"Ruang jiwa katamu?, Bukankah ini hanya ruang putih kosong tanpa batas?"
Sejak awal tak ada apapun dan siapapun yang kulihat selain diriku disini. Ini hanya ruang kosong yang akan membuat semakin frustasi ketika semakin lama berada disini.
"Kamu yang tak bisa melihat bukan berarti itu tak ada, aku akan membuatmu bisa melihatnya"
Hanya dengan menjetikan jari semua ruangan kosong tadi berubah menjadi tempat yang penuh dengan cahaya kecil berukuran bola baseball.
"Ini semua yang kamu lihat adalah jiwa-jiwa yang sudah mati, mereka semua juga akan di bangkitkan lagi ketika sudah waktunya"
"Lalu kenapa wujudku berbeda sendiri ketika aku sudah mati?"
Aku masih memiliki wujud fisik manusia seperti aku masih hidup di dunia, dan semua indraku masih berfungsi seperti manusia normal.
"Aku memberikan wujud fisik manusia untukmu agar bisa berinteraksi secara normal, aku ingin memberikan kesempatan kedua untukmu agar bisa hidup kembali, itupun kalau kamu mau"
"Apa aku bisa hidup kembali ke kehidupanku sebelumnya?"
"Itu tidak bisa, lebih tepatnya bukan tidak bisa tapi itu akan menjadi di luar hukum manusia ketika kamu kembali utuh ke kehidupanmu sebelumnya, lagipula itu sudah sepuluh tahun berlalu sejak kamu mati, dan aku juga tidak bisa mereinkarnasikanmu kembali ke bumi"
"Tunggu... Apa maksudnya dengan sepuluh tahun yang lalu?"
Aku sedikit terkejut dengan perkataannya, yang aku ingat bahwa aku baru saja meninggal dan baru saja mengalami kejadian itu.
"Itu sudah biasa bagi sebuah jiwa ketika bangun kembali, dia akan ingat hal terakhir yang dia lakukan sebelum dia meninggal seolah kejadian baru saja terjadi, itu juga sama untukmu"
Ini sungguh diluar logikaku, aku juga benar-benar berfikir dan merasa itu baru saja terjadi.
"Terus bagaimana dengan kejadian itu, tentang kejadian terakhir kali yang aku alami, berapa orang yang menjadi korban, aku tak tau apalagi yang terjadi setelah itu"
"Tiga orang meninggal di kejadian itu..."
"Eh... Bukannya hanya dua orang yang meninggal saat itu, dua orang penjaga, terus siapa yang ketiga" aku menyela untuk bertanya.
"Yang ketiga hanyalah orang bodoh dan ceroboh yang berusaha untuk menyelamatkan seorang gadis kecil yang sedang menangis"
"Hehe... aku lupa" aku tersenyum karena perkataannya.
"Bersyukurlah untuk gadis kecil yang kamu selamatkan, sejak itu dan sampai sekarang gadis itu termotivasi karena keberanianmu, dia selalu mengingat namamu sebagai jimatnya, sekarang dia sudah menjadi seorang perempuan dewasa yang cukup cantik, bahkan sekarang dia memasuki akademi militer meskipun dia seorang wanita, dia membuat tekad yang kuat karena dirimu juga"
Bukankah itu terlalu berlebihan, seharusnya dia bisa memilih jalannya sendiri layaknya seorang wanita, aku pun bersyukur bisa menolongnya, setidaknya aku juga bersyukur di beri kesempatan untuk berbuat baik.
"Karena alasan itu juga aku ingin memberimu kesempatan, terserah mau terima atau tidak"
"Baiklah aku akan menerimanya, tapi tolong berikan aku kekuatan tergantung dimana duniaku berada dan itu harus cukup kuat untuk melindungiku"
Aku tidak ingin mengulangi apa yang terjadi di kehidupanku sebelumnya, memiliki kekuatan untuk melindungi diri itu sangat penting, kalau sebuah dunia itu di dominasi oleh sihir maka setidaknya aku ingin memiliki kekuatan sihir yang kuat, kalau dunia itu berdasarkan pedang maka skill berpedang tinggi yang harus aku punya, kalau dunia itu berjalan diatas dominasi uang dan ekonomi maka aku harus menjadi kaya, dan kalau itu dunia Mecha maka setidaknya aku harus punya robot Gundam.
"Kamu terlalu berkhayal dan juga serakah, aku hanya akan mengirim ke dunia dimana sihir dan pedang itu ada, aku akan memberikan kekuatan yang cukup untuk melindungi diri dan akan berkembang sesuai dengan kondismu"
"Emang beneran ada ya dunia yang kayak gitu, soalnya di bumi itu hanya menjadi cerita fiksi"
"Itu ada, banyak kehidupan lain dunia ini selain di bumi, setiap galaksi biasanya mempunyai satu kehidupan sendiri, misal di galaksi Bimasakti yang mempunyai kehidupan hanya ada di planet bumi, tapi ada juga ada sautu galaksi yang tidak memiliki entitas kehidupan atau galaksi itu hanya menjadi galaksi kosong, yang akan menjadi tempatmu pergi nanti sekitar ratusan ribu juta cahaya dari bumi"
Cukup jauh juga ya, dan rangkaian informasi itu, mungkin aku akan mendapatkan ratusan ribu dolar kalau memberikan informasi itu kepada nasa, kalau mereka melakukan hal sia-sia untuk observasi di Bimasakti.
"Jangan menghabiskan waktu untuk berkhayal lagi" Tegurnya kepadaku
" Bisakah aku mengajukan sebuah permintaan? dan apa ingatanku akan utuh di kehidupanku selanjutnya? "
Ini aspek penting ketika kamu Reinkarnasi atau terlahir kembali, ingatan masa lalu bisa menjadi hal sangat penting sebagai modal dan kekuatan.
"Baiklah, aku akan memberikan tiga permintaan untukmu, itu sudah mengecualikan tentang kekuatan dasar yang akan aku berikan dan mengecualikan ingatanmu yang akan aku pertahankan"
"Makasih... Makasih... Nah, pertama bisakah kamu memberikan pedang yang cukup kuat untukku"
Meskipun berpenampilan begini dulunya aku adalah seorang mantan ranker gamer, akan merepotkan untuk membuat pedang baru itupun belum tentu akan menjadi pedang yang hebat, setiap pedang juga bergantung pada penempanya, tapi aku yakin kalau pedang dari seorang dewa pasti akan sangat kuat.
"Aku rasa dua pedang ini cukup untukmu, bahannya juga sangat kuat dan cocok untuk menjadi pedang sihir"
Tiba-tiba dari ruang kosong muncul sepasang pedang yang terlihat sangat kuat dan keren, pedang dari dewa tidak mengecewakan dan aku juga sangat suka.
"Baguslah kalau kamu menyukainya, lalu apa permintaan keduamu?"
"Ahem... bisakah aku membawa uang yang sudah aku dapatkan dari kehidupanku sebelumnya?"
Sebenarnya salah satu penyesalanku setelah mati adalah aku kehilangan uang yang sudah aku hasilkan dari kerja kerasku, kalau aku bisa meminta uangku setelah mati, mungkin aku bisa mematahkan logika bahwa orang mati tidak bisa membawa uang, Ini hanya bercanda.
"Permintaanmu cukup Absurd, tapi aku akan mewujudkannya, setidaknya itu bisa menjadi bekal untukmu, aku akan mengkonversi uangmu ke jenis mata uang yang sama di kehidupanmu selanjutnya, karena adanya perbedaan jenis mata uang antara dua dunia, jadi tak mungkin aku memberikan uangmu apa adanya"
"Makasih dewa atas pengertianmu"
"Lalu tinggal permintaan terakhir, apa permintaanmu?"
"Yang terakhir apa aku bisa menyimpannya dulu, dan menggunakannya nanti"
Setidaknya aku harus punya sebuah Asuransi, kadang sebuah kekuatan dan uang tak berguna di kondisi tertentu.
Mungkin permintaan ini akan menjadi penolongku di kondisi seperti itu.
"Baiklah... tapi ingat ini hanya satu permintaan" dia menegaskan kepadaku.
"Ya.. aku mengerti" jawabku dengan penuh keyakinan
"Karena semua persiapannya sudah selesai, aku akan mengirimmu sekarang "
"Tu-tunggu dewa..." Ucapku sedikit menyela.
"Apa lagi, permintaanmu sudah habis dan waktuku juga sudah habis"
" Enggak... Cuman ingin tanya saja, siapa namamu?"
"Namaku ****** "
Nama dewa yang cukup keren, meskipun dia bilang hanya sebatas utusan.
Tiba-tiba setelah itu pandanganku mulai kabur dan kesadaranku mulai memudar, tapi rasanya cukup hangat dan sejuk tidak seperti saat aku meninggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Ayanagi Souma
berfikir saat udh jadi ruh juga diluar logika
2024-03-20
0
Ayanagi Souma
sepatu dan sejenisnya wkwkwk, kenapa gak alas kaki aja?/Doge/
2024-03-20
0
Ogeg iraeinn
sensor cvk namanya🙄
2024-02-06
3