NovelToon NovelToon

Dua Takdir Vans

Prolog : Flashback & Negosiasi dengan Dewa

Aku tak tau sudah berapa lama aku berada di tempat ini, tapi yang jelas mungkin aku sudah mati untuk saat ini, dan aku masih berharap untuk bisa hidup kembali atau kembali ke kehidupanku sebelumnya.

Sekarang aku berada di sebuah tempat yang tak pernah aku lihat sebelumnya, sebuah tempat dimana akal sehatku juga tak bisa memahaminya, sebatas mata memandang hanya ada ruang kosong berwarna putih membentang, aku juga tak tau di mana ujung dari ruang kosong ini, dari segala penjuru arah, atas, depan, belakang, kanan dan kiri, semua di sekelilingku tak terlihat batasannya, tak ada obyek tertentu yang membatasi pandanganku, ini benar-benar murni sebuah ruang kosong.

Mungkin hanya pada bagian bawah tubuhku atau bagian bawah dari tempat ini aku dapat merasakan dan melihat batas dari tempat ini, meskipun terlihat dari teksturnya itu seperti sebuah keramik yang keras, tapi itu rasanya lembut dan hangat ketika kakiku bersentuhan dengan bagian bawah dari tempat ini, aku bisa merasakannya dengan spesifik karena sekarang aku juga tak memakai sepatu ataupun sejenisnya, dan sejak awal berada di tempat ini aku sudah tak melihat sepatu yang aku gunakan sebelumnya.

Tak ada seorangpun selain diriku yang ada di tempat ini, hanya ada aku sendirian di tempat ini, ini juga yang membuatku semakin bosan ketika aku juga tak tau mau sampai kapan aku akan di kurung di tempat ini.

"Aaaaaah... Sial.... A*Jing... Tolong siapa saja jawab aku"

Sudah beberapa kali aku berteriak dan mengumpat tapi hasilnya tetap sama saja tak ada yang merespon suaraku, setidaknya aku berharap ada yang menjawab suaraku, entah itu Tuhan, Dewa, ataupun seorang Malaikat aku tak peduli, setidaknya itu dapat menghilangkan kebosananku atau mungkin aku bisa mendapatkan sebuah kepastian dari kondisiku saat ini.

Tak ada hal yang aku lakukan berguna untuk merubah kondisiku saat ini, semuanya sia-sia saja, bahkan ketika aku berteriak pun tak ada suara gema yang memantul dari tempat ini, tempat yang benar-benar meniadakan hukum ilmiah.

Berdiri, duduk, dan sesekali tidur telentang, hanya tiga posisi itu yang aku lakukan secara bergantian sejak tadi, dan sekarang aku tidur telentang sambil mengingat kejadian terakhir kali yang aku lakukan sebelum berada disini dan mungkin yang menjadi alasan kenapa aku mati dan berakhir di tempat ini juga.

Seperti hari biasanya aku pergi melakukan pekerjaanku, aku pergi ke sebuah perbankan untuk melakukan pekerjaanku, bukan berarti pekerjaanku adalah seorang pegawai perbankan, pekerjaanku adalah seorang cyber security atau istilah lainnya bisa di sebut IT security, pekerjaan dimana kamu memeriksa keamanan server suatu perusahaan atau instansi tertentu terhadap peretasan atau tindakan kriminal lain yang berbasis informasi dan teknologi komputer.

Aku mendapat tugas dari perusahaan perantaraku untuk melakukan perbaikan server keamanan sebuah bank, semuanya berjalan normal pada awalnya, aku di berikan ruangan khusus untuk melakukan pekerjaanku, tapi itu semua berubah ketika di tengah-tengah pekerjaanku, dari luar ruanganku bekerja terdengar suara rentetan tembakan beberapa kali, aku juga tidak bisa mengakses CCTV untuk melihat apa yang terjadi, semua kamera yang ada sudah di hancurkan dengan tembakan, aku sedikit memberanikan diri untuk sedikit mengintip dari ruanganku, dan apa yang terjadi itu sesuai dengan firasatku.

Empat orang membawa pistol, dua orang terlihat menggunakan pistol jenis Micro Uzi , dua orang lain menggunakan pistol jenis Glock-19, dua orang satpam terlihat sudah terkapar dengan berlumur darah, aku yakin mereka sudah benar-benar meninggal, itu benar-benar sebuah perampokan yang brutal.

Semua orang mulai dari pegawai, pengunjung dan nasabah di suruh untuk merunduk, manajer bank di paksa untuk memberikan akses ke server penyimpanan uang, dan untungnya sebelumnya aku sudah antisipasi untuk menghubungi kepolisian dan mengunci server bank, yang sedikit membuatku heran adalah masih adanya sistem perampokan konvensional di abad dua lima, biasanya menggunakan metode pishing ataupun Hacking.

Sayangnya perampokan itu semakin menggila, seorang gadis kecil ingin dijadikan pelampiasan kekesalan mereka gara-gara gadis itu menangis ketakutan, meskipun ibunya sudah berusaha untuk menenangkannya.

Dari titik inilah semua awal ceritaku, tak tau kenapa aku mulai reflek keluar dari tempatku bersembunyi, berlari ke arah salah satu parampok yang benar-benar ingin menarik pelatuk pistolnya, aku berlari menghampirinya untuk mengubah arah tembakannya, dan itu berhasil aku lakukan, tapi sialnya aku lupa dengan perampok lain, mereka justru mengarahkan tembakan kepadaku, aku ingat ada tiga peluru menembus tubuhku, satu peluru menembus bahuku, dan dua peluru menembus dadaku, rasanya benar-benar sakit dan panas saat itu, setelah itu pandanganku rasanya mulai kabur dan menghilang perlahan, dan saat aku tersadar kembali itu tidak di rumah sakit ataupun di rumahku, aku terbangun ditempat ini, dari bayangan terakhirku sepertinya para perampok itu berhasil di lumpuhkan karena mereka terfokus kepadaku, kepala bank mengambil shotgun dan berhasil melumpuhkan dua orang, dan dari luar gedung sepertinya seorang sniper militer berhasil menembak dua orang, dan terakhir aku melihat gadis kecil itu berhenti menangis.

"Huuufft... Dramatis sekali akhir hidupku" keluhku sambi menghela nafas panjang.

"Ya... cukup tragis juga"

"Eeeeh.... siapa itu?" aku cukup terkejut dan bangun dari tidurku karena tiba-tiba mendengar sebuah suara, yang jelas itu bukan aku.

"Tenanglah... Enggak usah gugup"

Setiap orang akan kaget ketika mendengar suara tanpa wujud, melihat ke sekeliling tapi tak ada orang lain selain diriku.

"Kamu tak perlu gugup seperti itu"

"Siapa kamu" aku bertanya sekali lagi untuk memastikan.

"Kamu bisa menganggapku sebagai utusan dewa, dan sekarang kita sedang berbicara menggunakan telepati pikiran"

"Bisakah aku berbicara dengan wujudmu yang sebenarnya"

Agak kurang nyaman untuk berbicara dengan seseorang tanpa wujud.

"Baiklah aku akan menggunakan wujud perantara untuk memudahkan kita berbicara" jawabnya menyetujui permintaanku.

Tiba-tiba sebuah cahaya bersinar terang di depanku, perlahan cahaya mulai memudar dan keluar seorang wanita cantik berbaju putih seperti pakaian seorang Dewi mitologi.

"A-pa itu wujudmu yang sebenarnya?" tanyaku dengan penasaran

"Bukan, Ini hanya wujud perantara untuk membuatmu nyaman"

Nyaman darimananya, justru aku merasa terganggu dalam artian lain.

"Wah... Wah... Sayang sekali bukankah bertemu seorang Dewi cantik adalah impian setiap pria?" Tanyanya sambil menggodaku dengan pose erotis.

"Tolong jangan menggodaku dengan wujud itu, dan bisakah kamu menggunakan bentuk lain?"

"apakah kamu ingin aku menjadi gadis kecil imut dan cantik?"

"Tu-tunggu...aku bukan seorang pedofil"

Aku tak tau dia dewa atau Dewi tapi yang jelas dia sudah mempermainkanku dan membaca fikiranku dengan seenaknya.

"Baiklah...aku akan menggunakan wujud yang standar"

Dari seorang Dewi yang mempesona sekarang wujud itu berubah menjadi seorang pria muda yang terlihat bijaksana.

"Nah.. darimana kita akan memulai pembicaraannya"

"Pertama tolong jelaskan dulu tempat apa ini sebenarnya?"

Ini pertanyaan yang cukup penting buatku karena sejak awal aku sudah penasaran dengan tempat ini.

"Aku akan menjelaskan dengan singkat, tempat ini adalah tempat dimana jiwa yang sudah mati di kumpulkan, tempat transit sebuah jiwa sebelum pergi ke tempat berikutnya"

"Ruang jiwa katamu?, Bukankah ini hanya ruang putih kosong tanpa batas?"

Sejak awal tak ada apapun dan siapapun yang kulihat selain diriku disini. Ini hanya ruang kosong yang akan membuat semakin frustasi ketika semakin lama berada disini.

"Kamu yang tak bisa melihat bukan berarti itu tak ada, aku akan membuatmu bisa melihatnya"

Hanya dengan menjetikan jari semua ruangan kosong tadi berubah menjadi tempat yang penuh dengan cahaya kecil berukuran bola baseball.

"Ini semua yang kamu lihat adalah jiwa-jiwa yang sudah mati, mereka semua juga akan di bangkitkan lagi ketika sudah waktunya"

"Lalu kenapa wujudku berbeda sendiri ketika aku sudah mati?"

Aku masih memiliki wujud fisik manusia seperti aku masih hidup di dunia, dan semua indraku masih berfungsi seperti manusia normal.

"Aku memberikan wujud fisik manusia untukmu agar bisa berinteraksi secara normal, aku ingin memberikan kesempatan kedua untukmu agar bisa hidup kembali, itupun kalau kamu mau"

"Apa aku bisa hidup kembali ke kehidupanku sebelumnya?"

"Itu tidak bisa, lebih tepatnya bukan tidak bisa tapi itu akan menjadi di luar hukum manusia ketika kamu kembali utuh ke kehidupanmu sebelumnya, lagipula itu sudah sepuluh tahun berlalu sejak kamu mati, dan aku juga tidak bisa mereinkarnasikanmu kembali ke bumi"

"Tunggu... Apa maksudnya dengan sepuluh tahun yang lalu?"

Aku sedikit terkejut dengan perkataannya, yang aku ingat bahwa aku baru saja meninggal dan baru saja mengalami kejadian itu.

"Itu sudah biasa bagi sebuah jiwa ketika bangun kembali, dia akan ingat hal terakhir yang dia lakukan sebelum dia meninggal seolah kejadian baru saja terjadi, itu juga sama untukmu"

Ini sungguh diluar logikaku, aku juga benar-benar berfikir dan merasa itu baru saja terjadi.

"Terus bagaimana dengan kejadian itu, tentang kejadian terakhir kali yang aku alami, berapa orang yang menjadi korban, aku tak tau apalagi yang terjadi setelah itu"

"Tiga orang meninggal di kejadian itu..."

"Eh... Bukannya hanya dua orang yang meninggal saat itu, dua orang penjaga, terus siapa yang ketiga" aku menyela untuk bertanya.

"Yang ketiga hanyalah orang bodoh dan ceroboh yang berusaha untuk menyelamatkan seorang gadis kecil yang sedang menangis"

"Hehe... aku lupa" aku tersenyum karena perkataannya.

"Bersyukurlah untuk gadis kecil yang kamu selamatkan, sejak itu dan sampai sekarang gadis itu termotivasi karena keberanianmu, dia selalu mengingat namamu sebagai jimatnya, sekarang dia sudah menjadi seorang perempuan dewasa yang cukup cantik, bahkan sekarang dia memasuki akademi militer meskipun dia seorang wanita, dia membuat tekad yang kuat karena dirimu juga"

Bukankah itu terlalu berlebihan, seharusnya dia bisa memilih jalannya sendiri layaknya seorang wanita, aku pun bersyukur bisa menolongnya, setidaknya aku juga bersyukur di beri kesempatan untuk berbuat baik.

"Karena alasan itu juga aku ingin memberimu kesempatan, terserah mau terima atau tidak"

"Baiklah aku akan menerimanya, tapi tolong berikan aku kekuatan tergantung dimana duniaku berada dan itu harus cukup kuat untuk melindungiku"

Aku tidak ingin mengulangi apa yang terjadi di kehidupanku sebelumnya, memiliki kekuatan untuk melindungi diri itu sangat penting, kalau sebuah dunia itu di dominasi oleh sihir maka setidaknya aku ingin memiliki kekuatan sihir yang kuat, kalau dunia itu berdasarkan pedang maka skill berpedang tinggi yang harus aku punya, kalau dunia itu berjalan diatas dominasi uang dan ekonomi maka aku harus menjadi kaya, dan kalau itu dunia Mecha maka setidaknya aku harus punya robot Gundam.

"Kamu terlalu berkhayal dan juga serakah, aku hanya akan mengirim ke dunia dimana sihir dan pedang itu ada, aku akan memberikan kekuatan yang cukup untuk melindungi diri dan akan berkembang sesuai dengan kondismu"

"Emang beneran ada ya dunia yang kayak gitu, soalnya di bumi itu hanya menjadi cerita fiksi"

"Itu ada, banyak kehidupan lain dunia ini selain di bumi, setiap galaksi biasanya mempunyai satu kehidupan sendiri, misal di galaksi Bimasakti yang mempunyai kehidupan hanya ada di planet bumi, tapi ada juga ada sautu galaksi yang tidak memiliki entitas kehidupan atau galaksi itu hanya menjadi galaksi kosong, yang akan menjadi tempatmu pergi nanti sekitar ratusan ribu juta cahaya dari bumi"

Cukup jauh juga ya, dan rangkaian informasi itu, mungkin aku akan mendapatkan ratusan ribu dolar kalau memberikan informasi itu kepada nasa, kalau mereka melakukan hal sia-sia untuk observasi di Bimasakti.

"Jangan menghabiskan waktu untuk berkhayal lagi" Tegurnya kepadaku

" Bisakah aku mengajukan sebuah permintaan? dan apa ingatanku akan utuh di kehidupanku selanjutnya? "

Ini aspek penting ketika kamu Reinkarnasi atau terlahir kembali, ingatan masa lalu bisa menjadi hal sangat penting sebagai modal dan kekuatan.

"Baiklah, aku akan memberikan tiga permintaan untukmu, itu sudah mengecualikan tentang kekuatan dasar yang akan aku berikan dan mengecualikan ingatanmu yang akan aku pertahankan"

"Makasih... Makasih... Nah, pertama bisakah kamu memberikan pedang yang cukup kuat untukku"

Meskipun berpenampilan begini dulunya aku adalah seorang mantan ranker gamer, akan merepotkan untuk membuat pedang baru itupun belum tentu akan menjadi pedang yang hebat, setiap pedang juga bergantung pada penempanya, tapi aku yakin kalau pedang dari seorang dewa pasti akan sangat kuat.

"Aku rasa dua pedang ini cukup untukmu, bahannya juga sangat kuat dan cocok untuk menjadi pedang sihir"

Tiba-tiba dari ruang kosong muncul sepasang pedang yang terlihat sangat kuat dan keren, pedang dari dewa tidak mengecewakan dan aku juga sangat suka.

"Baguslah kalau kamu menyukainya, lalu apa permintaan keduamu?"

"Ahem... bisakah aku membawa uang yang sudah aku dapatkan dari kehidupanku sebelumnya?"

Sebenarnya salah satu penyesalanku setelah mati adalah aku kehilangan uang yang sudah aku hasilkan dari kerja kerasku, kalau aku bisa meminta uangku setelah mati, mungkin aku bisa mematahkan logika bahwa orang mati tidak bisa membawa uang, Ini hanya bercanda.

"Permintaanmu cukup Absurd, tapi aku akan mewujudkannya, setidaknya itu bisa menjadi bekal untukmu, aku akan mengkonversi uangmu ke jenis mata uang yang sama di kehidupanmu selanjutnya, karena adanya perbedaan jenis mata uang antara dua dunia, jadi tak mungkin aku memberikan uangmu apa adanya"

"Makasih dewa atas pengertianmu"

"Lalu tinggal permintaan terakhir, apa permintaanmu?"

"Yang terakhir apa aku bisa menyimpannya dulu, dan menggunakannya nanti"

Setidaknya aku harus punya sebuah Asuransi, kadang sebuah kekuatan dan uang tak berguna di kondisi tertentu.

Mungkin permintaan ini akan menjadi penolongku di kondisi seperti itu.

"Baiklah... tapi ingat ini hanya satu permintaan" dia menegaskan kepadaku.

"Ya.. aku mengerti" jawabku dengan penuh keyakinan

"Karena semua persiapannya sudah selesai, aku akan mengirimmu sekarang "

"Tu-tunggu dewa..." Ucapku sedikit menyela.

"Apa lagi, permintaanmu sudah habis dan waktuku juga sudah habis"

" Enggak... Cuman ingin tanya saja, siapa namamu?"

"Namaku ****** "

Nama dewa yang cukup keren, meskipun dia bilang hanya sebatas utusan.

Tiba-tiba setelah itu pandanganku mulai kabur dan kesadaranku mulai memudar, tapi rasanya cukup hangat dan sejuk tidak seperti saat aku meninggal.

Dunia Baru, Tubuh Lama

"Aaaah..." Aku sedikit mendesah karena rasanya kepalaku pusing, mungkin ini efek pemindahan jiwa.

Melihat ke sekeliling sepertinya ini di dalam hutan belantara, hutan yang sangat lebat sekali, terlihat dari pohonnya yang tinggi dan lebat membuat cahaya matahari tidak dapat menembus ke bagian bawah, hanya sedikit cahaya yang menembus dari bagian celah-celah pohon, melihat bentuk mataharinya itu sama persis yang ada bumi, tapi untuk pohon dan beberapa tumbuhan aku tak pernah melihat sebelumnya, vegetasi tumbuhan yang berbeda dari yang aku ketahui.

"Ada apa dengan penampilan ini... bukankah ini sangat buruk" gumamku saat melihat keseluruh bagian tubuhku.

Dengan berdiri aku memeriksa ke seluruh bagian tubuhku, yang pertama pada bagian atas tubuhku, aku tidak menggunakan baju sama sekali, tubuh bagian atas benar-benar terbuka, di bagian bawah aku hanya memakai celana compang-camping penuh robekan, bahkan ukurannya hanya sampai ke bagian lututku.

Aku tak mengerti maksudnya kenapa dia memberikan kondisi seperti ini, tapi bukankah dia harusnya memberikan pakaian yang layak untuk aku gunakan.

Memberikan pakaian tak layak dan memindahkanku ke dalam hutan yang mungkin berbahaya.

"Oeee dewa... ini sungguh keterlaluan" aku berteriak karena terlalu kesal.

Meskipun mungkin ini karena kesalahanku sendiri juga, karena aku tidak meminta atau menanyakan dimana dan bagaimana kondisi reinkarnasiku, mungkin aku bisa meminta untuk menjadi anak seorang bangsawan atau anak orang kaya. tapi tetap saja ini sangat menyebalkan, harusnya dia bisa memberikan pakaian yang layak untuk aku gunakan.

"Ooh... Itu pedangku"

Dua bilah pedang berwarna hitam dan putih tergeletak tak jauh dari tempatku berdiri.

"Rasanya cukup ringan..."

Aku memegang pedang putih ditangan kanan dan pedang hitam di tangan kiri, rasanya cukup pas dan nyaman di genggamanku, saat aku mengayunkannya juga tidak terasa berat sama sekali meski ukurannya cukup besar,

Warnanya sangat mengkilap, terlihat seperti pedang yang sangat mahal kalau di uangkan, mempunyai dua mata pedang di tiap sisi, dan ujungnya meruncing kesamping tidak di posisi tengah seperti pedang pada umumnya, ini cukup bagus juga dari sisi penampilan, ini layak untukku berterimakasih, tapi kurangnya kenapa tidak ada sarungnya juga, dan aku juga tak tau ini terbuat dari bahan apa, kalau itu logam fiksi mungkin seperti mithril, adamantium atau orihalcum.

"Terserah lah,itu enggak penting dari bahan apa, aku bisa mengeceknya nanti, sekarang tinggal melihat kekuatanku, aku akan membunuhnya kalau dia membohongiku"

Tapi bagaimana aku bisa mengecek kekuatanku, kalau itu di game vr biasanya menggunakan kata kunci seperti identiy, open, atau status.

"Kita coba satu persatu... Open!"

Tidak berguna, tidak ada sesuatu yang muncul.

,"Status...."

"Oowh...ini berfungsi" Tiba-tiba sebuah panel transparan muncul di depanku.

Status

Nama: Edvans Arshail

Umur : 17

Level: 1

Hp: 120

Mp: 980

Attack:110 Agility:180

Defence:90 Dexterity:100

Intelligence: 315

Skill: magic elements manipulation, magical energy manipulation, Space-time magic, no spell magic, Sword technique, Dual sword technique, Telepathic, Regeneration, perception, prediction, Detection, provocation, identification, Intimidation, psychological resistance, posion resistance, curse resistance, appraisal disguise, appraisal blocking, language translation.

Title: Reincarnator, former prince of Fostia, One bleesing of good.

"Wow...ini sangat overpower untuk sekedar level 1"

Menilai statistikku dengan beberapa kata kesimpulannya itu sangat kuat untuk seorang pemula dengan level satu, dewa memang mengerti yang aku butuhkan, beberapa skill vital yang sang penting dan di butuhkan, tapi saat aku melihat lebih spesifik dari statusku, ada beberapa hal yang membuatku merasa janggal, pertama dari namaku, kenapa aku sudah punya nama seolah itu sudah di persiapkan, itu berbeda dari namaku sebelumnya, meskipun sedikit punya kemiripan dengan namaku sebelumnya, lalu dari perbandingan beberapa statistik yang terlihat sepertinya aku lebih dominan ke bakat seorang mage meskipun aku di bekali kemampuan berpedang juga, menjadi swordmagic atau magicswordman sepertinya cukup keren juga.

Hal yang paling aneh menurutku mungkin terletak di titleku, title Reincarnator dapat aku mengerti, itu sudah jelas kalau aku seorang yang bereinkarnasi, tapi apa maksudnya dengan former prince, tidak ada penjelasan sama sekali mengenai title ini, dan tidak ada menu atau tempat bertanya seperti dalam game.

"Aaaah... kepalaku!"

Tiba-tiba ada sesuatu yang memaksa masuk di dalam kepalaku, ini cukup menyakitkan meskipun aku memiliki resistensi psikologi.

"Sial... apa yang di fikirkan dewa itu" keluhku dengan sangat kesal.

"Sekarang aku mengerti maksud dari titel itu"

Memberikan tubuh orang yang sudah mati, mentransplantasi ingatan ke dalam jiwa yang baru dengan paksa, ini benar-benar keterlaluan dan mengerikan.

"Cih... dasar dewa bangs*t, aku akan mengingat penghinaan ini"

"Nah... sekarang kemana aku harus pergi"

Tak ada petunjuk sama sekali untuk arah pertama yang harus aku pilih, aku hanya memulai berjalan lurus mencari lokasi yang paling terbuka untuk melihat sudut posisi matahari.

Aku masih berjalan dengan memegang pedang di kedua tanganku, mengayunkannya beberapakali untuk membuka jalan, menyingkirkan ranting dan semak yang menutupi jalan, menggunakan pedang legendaris untuk hal seperti ini, mungkin ini akan menjadi penghinaan.

"Semoga saja tak ada hewan buas ataupun monster"

Aku belum tau bagaimana menggunakan kemampuan yang aku punya, akan berbahaya kalau tiba-tiba ada monster yang menyerangku.

Aku akhirnya mencapai titik dimana matahari dapat terlihat dengan jelas tanpa penghalang apapun, ukurannya sedikit lebih kecil dari matahari bumi tapi sepertinya untuk intetitas cahaya sama terangnya dengan matahari bumi, dan dilihat dari posisi dan bayangannya sepertinya berada di titik kemiringan tiga puluh derajat, kalau menggunakan patokan waktu di bumi itu sekitar jam dua siang.

"Sekarang kemana, sepertinya perjalanan takdirku akan panjang di dunia ini"

Aku tetap lurus berjalan dari arahku tadi, tak ada gunanya menentukan arah kerena aku juga tidak tau lokasi desa terdekat.

Aku hanya mengandalkan intuisi dan sedikit persepsi, menjauh dari lokasi yang paling tertutup di hutan, kalau dari rumus game, semakin dalam masuk ke hutan maka akan semakin kuat monsternya, dan sebaliknya juga.

"Sekarang bagaimana caranya mencoba kemampuanku"

Di setiap cerita fantasi apapun, fokus adalah langkah awal untuk membangkitkan sebuah kekuatan.

"Fokus...."

"........"

"Berhasil, aku berhasil merasakannya"

Setelah beberapa saat fokus dan bermeditasi aku akhirnya merasakan sesuatu yang mengalir hangat di seluruh tubuh dan sel sarafku.

Aku menancapkan pedang hitamku ke tanah, lalu memegang pedang putih dengan kedua tanganku, fokus merasakan aliran energi sihir yang mengalir di seluruh tubuhku lalu perlahan meneruskannya ke dalam pedangku, melihat sebuah pohon lalu membuat tebasan diagonal ke arahnya.

"Slaash...."

"Bruuaaak...." Satu pohon berukuran sedang tumbang menjadi percobaanku.

"Sekarang tinggal menguji skill yang lain"

Aku melanjutkan perjalananku sambil mencoba kemampuan yang aku miliki, skill detection memungkinkanku untuk mendeteksi area sekitar dengan radius lima ratus meter sampai sekitar tiga kilometer, cara kerjanya sama seperti sebelumnya dengan mengalirkan energi sihir keseluruh tubuhku, dan itu membuat otakku seperti sebuah radar yang juga bisa memvisualisasikan area sekitar dengan jelas.

"Hoo... Ini Jackpot"

Sekitar tiga ratus meter dari tempatku sekarang terlihat dua ekor serigala berwarna perak.

Aku mempercepat lariku dengan menguatkan sihir di kakiku dan meningkatkan akselerasi gerakanku dengan sihir, sekarang aku sudah lebih terbiasa dalam menyalurkan energi sihir dan menggunakan beberapa kemampuanku.

Tak lama aku sudah sampai di tempat dua serigala berada, tanpa menunggu waktu untuk mereka menyadari keberadaanku, aku meningkatkan akselerasi gerakanku dan langsung menutup jarak lalu menebas dengan rapi di bagian vital.

" Wuush...Slash"

"Slash...."

"Duk...duk..." Dua kepala serigala terlepas dari tubuhnya, itu terpotong rapi seperti menggunakan laser.

Dua pedangku sekarang berlumuran darah segar dan tubuhku juga sedikit terciprat percikan darah.

Aku menyimpan dua mayat serigala kedalam dimensi penyimpananku, aku sudah mengerti cara menggunakannya, cukup dengan membayangkan nama skill itu dalam fikiranku dan itu akan muncul sebuah portal dimensi transparan di depanku, rasanya seperti memasukkan sesuatu ke ruang kosong.

Aku berlari lagi melanjutkan perjalananku tetap dengan mengaktifkan beberapa skill yang berguna, terutama terus mengaktifkan skill Detection untuk memeriksa kalau ada serigala lagi atupun jenis monster lain

mungkin aku akan langsung kelelahan dan pingsan kalau aku hanya manusia biasa tanpa kekuatan magis, kekuatan magis membuat perbedaan yang signifikan, aku tak tau berapa kilo jarak yang sudah aku lalui saat ini, yang menjadi prioritas dalam fikiranku sekarang adalah terus berlari sampai menemukan desa terdekat atau mungkin bertemu dengan seseorang.

Belum menemukan orang ataupun sebuah desa justru sekarang aku malah menemukan gerombolan serigala lagi, sekitar tigaratus meter ke depan terlihat segerombolan

Dengan menggunakan kombinasi kemampuan deteksi dan peningkatan persepsi aku dapat melihat berapa jumlah segerombolan serigala itu, itu sekitar di angka seratusan, cukup banyak juga, mungkin mereka satu koloni juga, lalu aku melihatnya dengan kemampuan identifikasi itu, itu sekitar di level dua puluh untuk level tertingginya.

Aku terus berjalan mendekat untuk mengamati, sepertinya mereka sedang berpesta memakan hewan yang mirip dengan seekor rusa.

Aku belum memutuskan untuk melawannya atau tidak, kerena melihat dari jumlah angka itu rasanya terlalu beresiko juga, tapi sayang juga kalau tidak membunuhnya, menyia-nyiakan kesempatan menaikan level dengan monster sebanyak itu.

"Ah... terserah lah, aku bisa kabur kalau semakin merepotkan"

setidaknya aku punya kemampuan yang bisa membuatku berpindah tempat secara instan, kemampuan yang juga bisa di gunakan untuk menjadi seorang pecundang.

Aku mengaktifkan semua kemampuan yang aku butuhkan dan memperkuat tubuhku dengan sihir, sambil memegang pedang di kedua tanganku, mungkin lebih menguntungkan kalau aku sudah bisa menggunakan sihir elemen, aku bisa memberikan serangan kejutan dari jarak jauh.

[ Perception ]

[ Prediction ]

"wuush...."

Aku melesat cepat ke arah gerombolan serigala itu, mengayunkan kedua pedangku secara diagonal dan vertikal, serangan pertama berhasil membunuh empat serigala sekaligus.

" grrr... ggrrrr...."

"grrr...."

semua serigala menatap ke arahku dengan penuh intimidasi, semua mengelilingiku dari segala arah, melesat dan melompat ke arahku hampir secara bersamaan.

Menggunakan kombinasi persepsi dan prediksi aku menusuk serigala pertama yang melompat ke arahku, menusuk, menebas, dengan gerakan memutar, dengan segala bentuk serangan menggunakan skil berpedangku sambil memegang kedua pedang di tanganku aku membunuh semua serigala yang mengarah kepadaku,

[ Intimidation ]

Aku memberikan aura Intimidasi untuk mengurangi jumlah serigala yang masih punya keinginan untuk bertarung, sebagian besar serigala meninggalkan lokasi, itu sekitar di angka dua puluhan yang terintimidasi, sekitar tiga puluh serigala masih tetap bertahan, mereka benar-benar tak takut mati.

"cih... ini sangat merepotkan"

meskipun aku belum merasa kelelahan, tapi rasanya aku ingin segera menyelesaikan pertarungan ini.

Aku menaikan intensitas serangan dan mempercepat gerakanku, mengulangi pola serangan seperti sebelumnya, aku menusuk, menebas dengan semakin brutal, sesekali melakukan gerakan menghindar dari serangan serigala dan memberikan serangan balik dari titik buta.

Setelah beberapa saat berungkali melakukan serangan dan pertahanan akhirnya aku bisa menyelesaikan pertarungan, dengan ini mungkin membuat levelku naik juga.

"Huuuh..." aku menghela nafas karena merasa sedikit kelelahan secara mental, maklum ini pertarungan pertamaku secara nyata melawan sekumpulan serigala, sensasinya jelas berbeda daripada sekedar sebuah game Virtual meski dengan efek serealistis apapun.

Aku istirahat sejenak sambil memulihkan energi sihirku, merebahkan tubuhku dengan telentang di samping bangkai-bangkai serigala yang belum sempat aku masukkan ke dalam penyimpananku.

Melihat kondisiku sekarang, kedua pedangku penuh dengan darah bekas pertarungan, begitu juga dengan seluruh tubuhku yang di beberapa bagian terkena cipratan darah, itu karena sejak awal aku hanya memakai celana pendek usang sebatas lutut sehingga darah segar langsung menempel di beberapa bagian tubuhku ketika pertarungan, rasanya sangat lengket dan menjijikan, apalagi dari sudut pandang orang lain mungkin aku akan terlihat seperti seorang pembunuh berdarah yang sadis.

"Kyaaaaa.... toloooong, toloooong" tiba-tiba terdengar suara teriakan ketika aku baru saja beristirahat.

Seorang Gadis Dengan Bunga Crinum

Tanpa memperdulikan kondisiku yang masih merasa lelah dan tubuh yang berlumuran darah aku berlari menuju sumber teriakan.

Dengan mengaktifkan Skill deteksi aku melihat apa yang terjadi dari arah sumber suara berasal, terlihat seorang gadis muda berambut hitam sedang melawan segerombolan serigala berwarna perak, itu sekitar sepuluh ekor serigala yang sedang mengelilinginya, membuat dia semakin tersudut.

Sepertinya itu gerombolan serigala yang kabur dari pertarunganku sebelumnya, aku ingat ada sekitar dua puluh serigala yang kabur karena skill intimidasiku, dan mungkin juga sekitar sepuluh serigala itu terpencar lalu kebetulan bertemu dengan gadis itu, kalau benar begitu kejadiannya maka aku harus bertanggungjawab untuk menolongnya, karena aku membiarkan sebagian serigala kabur jadi itu mungkin akan menyerang seseorang yang di temuinya, seharusnya aku menghabisi semua serigala yang ada kalau itu akan berakibat seperti ini, ini juga di luar prediksiku, setidaknya aku harus meminta maaf dengan gadis itu setelah aku memenggal semua kepala serigala yang ada.

Gerakan kakiku sekarang sudah lebih terasa fleksibel dan semakin cepat, mungkin itu karena aku sudah mengalami kenaikan level.

"Slaash..."

"Slash..."

Dengan dua tebasan kejutan dari belakang mengarahkan tebasan pedangku langsung ke bagian leher, empat serigala mati dengan terpenggal rapi, sisa enam serigala lain langsung mengalihkan tatapannya ke arahku, meninggalkan fokusnya dari gadis itu yang masih duduk bersandar ketakutan dengan posisi tangan menutupi mukanya dan punggungnya yang sudah menempel ke pohon besar di belakangnya, dia benar-benar berada di posisi yang tersudut.

Tapi entah kenapa enam serigala yang tersisa hanya menatapku saja dan tidak menyerangku secara langsung, sepertinya insting dari serigala itu masih merasakan efek dari skill intimidasiku sebelumnya, dan sekarang serigala-serigala itu mewaspadaiku, ini seperti insting entitas yang lemah dapat merasakan entitas yang lerbih kuat.

"Slash..."

"Slaash..."

Tanpa memperpanjang tempo lagi sebelum mereka kabur ketakutan aku langsung melancarkan tebasan pedangku secara beruntun yang terfokus pada bagian leher, tiga tebasan pedang yang hanya menggunakan kecepatan normal langsung menjatuhkan enam serigala dengan kepala terpotong rapi, ini jelas sebuah pertarungan yang berat sebelah dengan sebuah clean sheet tanpa adanya respon serangan balik.

Aku mengalihkan pandanganku dan menghampiri gadis itu yang masih membeku ketakutan di bawah pohon.

"Hei, sekarang kamu bisa membuka matamu" tegurku kepadanya yang masih saja menempelkan kepala di lututnya dengan kedua tangan menutupi mukanya juga.

"Ibu.... maafkan aku" aku tak mengerti, sekarang dia malah meracau tak jelas.

"Hei....ini sudah selesai" teriakku dengan sedikit keras untuk menyadarkannya.

dengan masih di posisi duduknya perlahan dia membuka matanya lalu mengarahkan pandangan kepadaku.

"Aaaah... tolong, to-tolong jangan bunuh aku" kenapa situasinya menjadi seperti ini, bahkan aku tidak mengaktifkan skill intimidasiku atau mengeluarkan aura membunuh.

"Ah... tunggu, kamu salah faham" ucapku kepadanya untuk klarifikasi.

Mungkin ini gara-gara penampilanku sekarang, dengan hanya memakai celana pendek yang sudah robek, tubuh penuh darah merah segar dari serigala dan pedang di kedua tanganku, dari perspektif orang lain mungkin aku sudah terlihat seperti seorang pembunuh kejam, dengan bukti seorang gadis di depanku sekarang yang merasa ketakutan.

"Aku tidak akan membunuhmu" ucapku sambil memasukkan kedua pedangku ke penyimpanan dimensi.

"Justru aku yang menolongmu, lihatlah semua serigala yang menyerangmu sudah mati" kataku untuk meyakinkannya lagi.

Sekarang dia terlihat lebih tenang dan mengalihkan pandanganya ke tempat semua serigala yang sudah mati.

"Terimakasih karena sudah menolongku, dan maaf karena sudah salah faham" ucapnya dengan sedikit menundukkan kepala.

"Ya, tak masalah"

Dari penampilannya berambut hitam panjang dengan kuncir kuda, untuk umur mungkin hampir sama dengan umurku saat ini, mungkin sekitar lima belas sampai tujuh belas, matanya berwarna coklat amber dengan wajah kalem di tambah kulitnya yang putih, jujur saja dia terlihat cukup cantik di mataku, di tambah tubuhnya yang juga terlihat tinggi proporsional sesuai umurnya, menggunakan celana hitam dengan atasan kaos putih dengan model lengan puff, kesannya sederhana dan cantik, mungkin aku akan langsung merekrutnya seandainya aku menjadi agensi model.

"Anuu... Hello"

"Ah maaf, aku sedikit melamun"

"Ya, tidak apa-apa"

"Aku Vans, Boleh aku tau namamu?" Tanyaku untuk sedikit mencairkan suasana.

"Namaku Livia, orang biasa memanggilku Livi"

"Ahhh bungaku... bunga yang aku kumpulkan" tiba-tiba dia berlari ka tempat bunga-bunga yang berserakan.

Sepertinya dia disini untuk mengumpulkan bunga, terlihat beberapa bunga sudah rusak dan berserakan di sekitar tempat aku bertarung dengan serigala tadi, dan tak jauh juga dari tempat itu terlihat sebuah pedang yang patah, sepertinya dia juga mematahkan pedangnya ketika melawan serigala yang menyerangnya.

"Livi, aku minta maaf mungkin karena aku serigala-serigala itu menyerangmu, dan juga merusak bunga yang kamu kumpulkan"

Setidaknya aku siap memberikan kompensasi kalau dia memintanya, sekaligus memberikan ganti rugi pedangnya yang juga patah.

"Kenapa itu malah menjadi salahmu, bukankah justru kamu yang menolongku, dan itu juga salahku sendiri karena terlalu masuk ke dalam hutan "

Aku menjelaskan tentang kejadian pertarunganku melawan gerombolan serigala sebelumnya, dan membiarkan beberapa serigala kabur yang akhirnya malah menyerangnya.

"Begitukah... Yah tak masalah, toh akhirnya kamu juga menolongku" jawabnya dengan singkat tanpa mempermasalahkan lagi.

"Lalu kenapa penampilanmu juga terlihat seperti itu? sedikit menakutkan, apa itu juga karena melawan serigala? dan kenapa kamu bisa berada di tempat ini?" dia bertanya berurutan sambil melihat tubuhku.

Agak sulit menjawabnya, setidaknya aku akan membuat beberapa kebohongan.

"Mungkin sekarang aku sedang mengalami Amnesia"

"Amnesia.... apa itu?"

sepertinya di sini tidak ada istilah medis seperti Amnesia.

"Lupa ingatan.... tiba-tiba aku terbangun di hutan ini, aku tak tau kenapa tiba-tiba bisa berada di hutan ini, dan aku juga tak ingat sama sekali dengan kejadian sebelum aku berada disini "

Setidaknya ini jawaban terbaik yang aku punya, tidak mungkin aku menjawab dengan jujur, dan tak mungkin juga membuat alasan dengan ingatan dari tubuh ini ketika aku tak tau dimana lokasi hutan ini.

Sepertinya dia tidak bisa mencerna alasanku dengan baik dan masih diam tanpa memberikan pertanyaan lagi.

"Sudah.. sudah, gak usah di fikirkan, lebih baik sekarang apa kamu bisa menolongku?"

aku menyela agar dia tidak memikirkan alasanku sebelumnya dan agar tidak membuat pertanyaan yang lebih merepotkan, lagian saat ini aku benar-benar membutuhkan bantuannya.

"Minta tolong apa?"

"Pertama, tolong beritahu aku dimana sungai atau danau di dekat sini, setidaknya aku ingin membersihkan kotoran dan darah yang menempel di tubuhku"

"Ada sungai tak jauh dari sini, aku akan mengantarmu"

"Baiklah kita pergi sekarang"

"Tunggu, apa kamu mau meninggalkan semua bangkai serigala ini disini, ini bisa memancing monster lain juga datang ke tempat ini" katanya sambil menunjuk ke arah beberapa bangkai serigala.

"Oh ya.. aku lupa, kita simpan ini dulu sekarang" kataku sambi menyimpan bangkai serigala ke dalam sihir penyimpanaku, mungkin aku akan membaginya dengan Livi nanti.

"Ehh.." dia terkejut melihat aku menggunakan sihir penyimpanaku.

Mengabaikan keterkejutannya aku memintanya untuk segera menunjukkan jalan ke sungai terdekat.

Setelah sekitar dua ratus meter berjalan, terlihat sungai besar dengan airnya yang sangat jernih, sungai yang masih sangat terjaga alami dan murni tanpa tercampur seperti limbah pabrik.

"Aku akan menunggu di sana" kata Livi sambil menunjuk sebuah pohon besar tak jauh dari sungai.

lagian tak enak juga buatnya, seorang wanita yang menunggu pria yang sedang mandi.

"Daripada kamu menunggu disini, bisakah aku meminta pertolonganmu lagi, aku mohon, hanya kamu yang bisa menolongku untuk saat ini" memang saat ini hanya dia yang bisa membantuku, tak ada orang lain lagi.

"Apa itu?"

"Apa jarak dari sini ke kota cukup jauh?" aku memastikan terlebih dahulu, akan merepotkan kalau jaraknya terlalu jauh.

"Tidak, sekitar setengah jam dari sini untuk kembali ke kota" setengah jam dengan jalan kaki, satu jam untuk kembali ke sini lagi.

"Maaf merepotkanmu, tapi bisakah aku meminta tolong kepadamu untuk membelikanku sebuah pakaian di kota"

mungkin aku akan di anggap gila kalau masuk ke kota dengan penampilanku yang seperti ini.

Aku mengeluarkan tiga buah koin dari penyimpananku, sepertinya itu uang yang sudah di konversi oleh dewa dari uangku sebelumnya di bumi, aku mengeluarkan dan memberi tiga koin berwarna perak dengan nominal angka seribu di tiap koinnya.

"Tunggu... jumlah uang ini"

"apa itu kurang?" aku khawatir itu kurang karena aku belum tau nilai uang di dunia ini.

"Tidak... justru ini terlalu banyak, bahkan satu koin saja juga masih terlalu banyak" aku tak masalah kalau itu banyak, lebih baik daripada kurang kan.

"ini aku kembalikan dua koin, satu saja sudah cukup " katanya sambil memberikan dua koin kepadaku.

"Kamu bisa menunggu di sini saja, aku akan kembali kesini secepatnya"

"Terimakasih, apa kamu tak masalah kembali ke kota sendiri?" aku sedikit khawatir kalau ada serigala atau monster lain.

"enggak masalah, kalaupun ada monster mungkin hanya pada kondisi tertentu seperti tadi"

Setelah itu dia pergi, sedangkan aku melanjutkan urusanku untuk membersihkan tubuhku di sungai.

Ketika melihat pantulan bayangan tubuhku, jelas sekali bahwa tuhan sudah meregenerasi tubuh ini menjadi lebih baik, tubuh putih berotot di tambah wajah yang terlihat cukup keren dan tampan, di padukan dengan rambut berwarna putih dan mata biru safir.

Semoga jiwa asli pemilik tubuh ini tidak marah karena aku mendapatkan tubuh dan ingatannya, lagipula ini juga bukan sepenuhnya salahku, ini jelas salah dewa yang mengirimkanku ke dunia ini.

Rasanya tubuhku lebih terasa segar setelah mandi, rasa Lengket dan bau darah juga menghilang dari tubuhku.

Dan juga setelah hampir satu jam akhirnya Livi kembali, terlihat dia membawa sebuah pakaian untukku, aku bersyukur dia benar-benar menolongku dan tidak menipuku.

Aku langsung keluar dari sungai dan berjalan menghampiri Livi.

Tapi entah kenapa dia langsung memberikan pakaianku, dan langsung meninggalkanku begitu saja dengan wajah yang terlihat memerah.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Ah...sial, aku lupa" aku lupa menutupi Excalibur milikku, padahal aku baru saja meminta maaf kepadanya, tapi aku malah membuat kesalahan yang lebih besar lagi.

Aku segera mengenakan pakaianku dan pergi ke tempat Livi menunggu.

"Apa kita pergi ke kota sekarang?" tanyaku kepada Livi yang masih menundukan wajahnya.

"Ah..ya, i-ini uang kembaliannya" berkata sambil menyerahkan banyak koin kepadaku.

"Enggak masalah, itu buatmu saja"

"Uang itu terlalu banyak buatku"

"Anggap saja itu sebagai bentuk terimakasihku untukmu, dan juga kedepannya mungkin aku akan meminta pertolonganmu lagi, jadi kamu bisa menyimpan uang itu untuk dirimu"

"Baiklah, aku akan menerimanya"

Aku masih punya banyak koin di dalam penyimpananku, kalau hanya satu koin itu tidak akan mempengaruhi keuanganku, bahkan aku akan memberikan beberapa koin lagi kalau dia memintanya, tapi aku rasa dia bukan tipe gadis yang serakah.

"Oh ya Vans, bagaimana dengan mayat serigalanya?"

"Kenapa? apa kamu menginginkannya?"

Aku bisa memberikan setengah bagian dari serigala yang sudah aku bunuh yang sekarang ada di penyimpananku.

"Bukan.. bukan itu, aku tak memintanya, mungkin aku bisa membantu untuk membongkar dan membedah dagingnya, di dalam mayat serigala juga ada kristal sihirnya, kamu bisa mendapatkan harga lebih ketika kamu menjual dengan kondisi sudah mengeluarkan kristal sihirnya dan membedah material monster dengan terpisah" Dia menjelaskan dengan singkat kepadaku, tetap saja masih ada hal yang belum aku fahami, kalau dalam game, ketika kamu selesai membunuh monster itu akan berubah menjadi drop item dengan otomatis.

"Baiklah... aku akan mengeluarkannya"

aku hanya mengeluarkan beberapa bangkai serigala, akan menghabiskan waktu kalau dia mengerjakan semuanya.

Aku duduk di dekatnya sambil melihat dia melakukan pekerjaannya, ini memang benar-benar keahliannya, terlihat seberapa cepat dia membedah bangkai serigala itu.

"Livi, kenapa mengumpulkan bunga di dalam hutan sendirian, apa itu sejenis hobimu"

Biasanya seorang gadis atau rata-rata wanita memang suka mengumpulkan bunga.

"Yang aku kumpulkan itu namanya bunga Crinum, aku mengumpulkan bunga itu untuk ibuku"

"Apa ibumu yang menyuruhmu?"

Bukankah itu berlebihan menyuruh seorang anak untuk mengumpulkan sebuah bunga di dalam hutan yang berbahaya sendirian.

"Bunga Crinum memiliki banyak sekali khasiat dan kegunaan, salah satunya seperti kelopak bunganya biasa di gunakan untuk membuat ramuan pemulihan energi dan ramuan penyembuhan tingkat tinggi, lalu inti sari bunganya bisa di gunakan untuk menyembuhkan penyakit organ dalam, dan kalau itu di jual, bunga Crinum mempunyai harga yang tinggi, sayangnya bunga Crinum hanya tumbuh setiap setahun sekali, pada satu musim saja, dan juga hanya bisa di gunakan ketika sudah mekar saja, biasanya hanya satu hari satu malam batas waktu bunga Crinum bisa di gunakan, dan sayangnya hari ini aku malah kehilangan bunga itu"

Aku tak tau mau merespon bagaimana karena ini sudah masuk ke dalam hal yang sangat sensitif, aku hanya diam tak mengajukan pertanyaan lain.

"Gak usah di fikirkan, yang sudah terjadi biar saja terjadi" dia berbicara ketika aku masih terdiam memikirkan beberapa hal.

"Nah ini sudah selesai" berbicara sambil memperlihatkan pekerjaannya yang sudah selesai, sepertinya itu cukup cepat.

Terlihat beberapa kristal sihir, daging, dan kulit yang sudah terpisah-pisah secara rapi, aku langsung memasukkan semua sekaligus ke dalam penyimpananku.

"Baiklah, semuanya sudah selesai kan?"

Aku berdiri sambil meregangkan tubuhku.

"Ya, kita bisa kembali ke kota sekarang"

Aku berjalan bersama Livi dengan dia sebagai pemandu jalannya, kita berjalan sambil membicarakan banyak hal tentang kota pertama yang akan aku datangi di dunia ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!