Mas Sekdes I Love You

Mas Sekdes I Love You

Bab 1

Aruni cewek umur 24 tahun ini sedang duduk bosan mendengarkan kedua orang tuanya yang bicara dengan sahabat mereka. Ismara dan Adi teman sejak mereka di bangku sekolah menengah pertama.

Aruni memang sering diajak untuk bertemu dengan Ismara dan Aldi, tapi selalu dia tolak. Aruni selalu berdalil kalau obrolan orang tua sama anak muda itu tidak menyambung. Namun, malam ini kedua orang tuanya memaksa dia ikut. Tidak ada penolakan dengan alasan apapun.

“Ma, kapan kita pulang?” bisik Aruni di telinga mamanya.

“Sebentar lagi sayang,” jawabnya.

Aruni menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi, mulutnya sudah meruncing. Dia mulai belingsatan, karena bosan. Biasanya dia sisa harinya digunakan untuk rebahan, kini untuk menunggu orang tua hangout.

Kedua mata Aruni mengikuti arah lambaian tangan Ismara. Aruni tidak berkedip melihat cowok masih dengan seragam warna coklat serta tas rasel di punggungnya. Kalimat yang muncul pertama dalam hatinya, ganteng.

“Akhirnya datang juga kamu, duduk,” pinta Ismara.

Cowok itu duduk setelah menyalami kedua orang tua Aruni. Sedangkan sama Aruni hanya menganguk dan senyum tipis. Aruni pun membalas dengan senyuman saja.

“Kenalkan ini Panji anak kami.” Ismara memperkenalkan Panji.

“Anak kamu gagah banget lho. Gantengnya turun dari kamu, Di,” Dwi memuji Panji.

“Anak kamu juga cantik.”  Adi menepuk lengan Dwi dengan wajah malu dipuji seperti itu.

Pujian dari Adi itu seakan tidak ada artinya apa-apa bagi Aruni. Menurutnya itu hanya basa-basi orang tua. Karena tidak enak kalau mengatakan yang sejujurnya.

Namun, pujian yang diberikan papanya untuk Panji, Aruni setuju. Memang dia ganteng, terlihat dewasa dan bijaksana. Tidak dipungkir untuk pertama kali melihat langsung tertarik untuk melihatnya. Perlu digaris bawahi, sekadar melihat.

“Sebenarnya papa sama mama minta Panji ke sini ada apa?” ucapnya datar.

Wajahnya tampak lelah, dia terlihat memaksakan diri untuk datang ke tempat itu.

“Baiklah, karena Panji sudah datang kita akan mulai. Kita semua berkumpul di sini untuk membahas perjodohan kalian,” kata Ismara.

Lontaran kata Ismara membuat Aruni dan Panji kaget. Mereka berdua mendadak seperti tersambar petir di cuaca yang sangat cerah.

“Maksud tante apa? Uni tidak mengerti?” Aruni masih mencerna ucapan Ismara meskipun perkataan sudah sangat jelas.

“Jadi kami sudah menjodohkan kalian sejak kecil. Sekarang kalian sudah besar, dan sudah waktunya untuk menikah,” jelas Tuti.

“Kalian mau kan?” ucap Ismara dengan kedua mata yang berbinar.

“Nggak!”jawab Aruni dan Panji bersamaan.

“Loh kenapa?” Adi kaget.

“Ma, pertama Panji sudah punya pacar. Kedua Panji nggak kenal dan ketiga Panji nggak suka.” Panji menatap Aruni tajam.

Panji mendadak benci dengan Aruni, yang semestinya dia tahu kalau Aruni juga tidak tahu masalah perjodohan ini.

“Makanya kalian kenalan. Kita akan adakan pertunangan kalian awal bulan ini,” Ismara memutuskan tanpa persetujuan keduanya.

“Tunggu dulu tante, kan Uni belum setuju. Lagian Uni belum mau menikah,” ujar Aruni.

“Uni, umur kamu sudah cukup untuk menikah. Lalu apa lagi yang mau ditunda,” ujar mamanya.

“Ma, Uni tahu. Tapi bagi Uni umur 24 tahun itu masih terlalu muda. Ini tahun 2023 bukan tahunnya Siti Nurbaya pakai jodoh-jodohin segala,” protes Aruni.

“Mama sama tante Tuti sudah sepakat. Pokoknya kalian harus menikah. Titik.”

“Panji nggak mau!” sentaknya lalu beranjak dari kursi.

Cowok jangkung itu meninggalkan restauran dengan marah. Kesal orang tuanya tidak menghargai perasaannya. Dia sudah mengatakan memiliki pacar tapi diabaikan begitu saja.

*****

“Ji, Panji,” panggil Adi.

“Iya Pa.” Panji menuruni tangga cepat menuju ke ruang tamu di mana papanya memanggil dirinya.

“Panji, kamu itu nggak sopan main pergi saja,” omel mamanya.

Ismara tidak enak dengan keluarga Aruni, mereka sudah lama menunggu. Baru ketemu beberapa menit sudah ditinggal pergi begitu saja oleh Panji.

“Kalau cuma mau bahas masalah tadi, lain kali aja ya pa, ma. Panji capek,” keluh Panji.

Panji baru saja pulang perjalanan dinas, sudah lima hari dia berada di kota Tegal. Pulang-pulang malah suruh mampir ke restauran yang jaraknya jauh dari rumah. Dan lebih parahnya, mendadak disuruh menikah dengan orang yang tidak dikenal.

“Ji, kamu harus terima pernikahan ini,” paksa papanya.

“Benar Ji, mama sama papa sudah terlanjur janji. Kalau anak kami berlainan jenis maka kita akan menjodohkan kalian,” Ismara memberikan penjelasan alasan perjodohan.

“Panji sudah punya pacar, Ma,” papar Panji.

“Putuskan saja, gampang kan,” tutur Ismara dengan enteng.

“Ma!” seru Panji. “Pokoknya Panji nggak mau menikah dengan cewek itu!” Panji kembali lagi ke kamarnya.

Panji melempar bantal ke lantai, napasnya memburu karena emosinya yang meluap. Kedua orang tuanya benar-benar tidak mau mengerti dirinya.

Panji sudah menjalin hubungan dua tahun sama pacarnya. Bagaimana bisa dia dengan mudah memutuskanya. Setelah dua tahun membangun kemistri, melewati suka duka bersama. Hanya karena perjodohan yang alasanya tidak masuk akal.

*****

Aruni memutar lagu Bruno Mars yang berjudul Uptown Funk, dia juga ikut berteriak-teriak menyanyikan lagu itu. Menari dengan  sesuka hatinya. Aruni berbeda dengan Panji, dia lebih cuek dan tidak terlalu memikirkan pembahasan semalam.

Setelah mendengar penolakan dari Panji, dia menjadi santai. Perjodohan pasti akan batal karena kedua belah pihak menolak. Berbeda kalau Panji menerima, pasti Aruni akan melakukan sesuatu untuk membatalkannya.

“Uni!” teriak mamanya.

Tuti mematikan lagu, bagitu pula Aruni menghentikan tarian bebasnya di depan kaca.

“Mama apaan sih.” Aruni memandangi mamanya.

“Kamu yang apa-apaan, ini masih pagi. Kamu putar lagu kencang. Tetangga pada protes terganggu sama kelakuan kamu,” omel mamanya yang sudah menjadi makanan sehari-hari Aruni.

“Ah, itu pasti tetangga rese. Nggak bisa lihat orang senang,” kelit Aruni.

“Dikasih tahu, jawab aja.” Tuti menjewer Aruni.

Putrinya itu sudah bukan anak SMA lagi tapi kelakuannya masih seperti anak SMA yang susah diatur.

“Ma, sakit!” pekik Aruni.

“Makanya nurut sama orang tua. Dikasih tahu jawab aja.” Tuti melepaskan jewerannya.

Aruni mengelus telingannya yang lumayan panas. “Gimana coba kalau telinga Uni lepas,” celotehnya.

“Ganti saja sama panci,” jawab Tuti seenaknya.

“Jahatnya mama sama anak sendiri.” Aruni meruncingkan bibirnya.

“Oiya Uni, besok malam minggu kamu jangan ke mana-mana. Kalau bisa pulang dari toko lebih awal,” pinta mamanya.

“Ada apa memang?” Aruni menyisir rambut yang setengah kering dengan jari kirinya.

“Tante Ismara sama Om Adi bakalan datang ke rumah,” ucap Tuti dengan tangan yang sibuk melipat selimut Aruni.

“Ngapain?” Aruni menghentikan aktivitasnya.

“Ya kita mau bahas hari pertunangan kalian,” Tuti menumpuk bantal-bantal yang masih berserakan sampai ada yang terjatuh di lantai.

“Mama, jelas-jelas anaknya tante Ismara itu nggak suka sama Uni. Kenapa dipaksakan. Gimana kalau dia sudah punya pacar?” tanya Aruni yang membuat mamanya terdiam.

“Jangan egois ma jadi orang tua, jangan hancurkan kebahagiaan anak hanya karena ego kalian semata. Uni pamit dulu ya.” Aruni mencium punggung tangan mamanya dan berlalu keluar kamarnya.

Aruni belum terpikir untuk membangun sebuah rumah tangga. Apalagi itu perjodohan, yang mana belum ada cinta di antara mereka. Yang terberat dari semua itu, Aruni tidak mau dianggap sebagai pelakor.

Dia tidak mau dihujat satu Indonesia karena mengambil kebahagiaan dari orang lain. Sekarang kan sedang marak perselingkuhan, pelakor, dia bisa gila kalau sampai dihujat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!