Azan asar berkumandang, Aruni, Novia dan Bayu bergegas mengambil perlengkapan solatnya. Mereka selalu menutup toko saat azan dan mengikuti solat berjamaah di masjid yang ada di sebelah hanya berbatas satu toko lain.
Aruni mengganti tulisan open dengan tulisan sedang salat. Aruni memundurkan tubuhnya saat melihat Panji yang ada di belakangnya.
“Mas panji, kok ada di sini?” tanya Aruni dengan tangan kanan yang masih mengelus dadanya.
Aruni memanggil Panji dengan sebutan Mas bukan karena dia mau jadi suaminya. Umur Panji yang lebih tua darinya lima tahun, juga orang-orang sekitar memanggil seperti itu jadi ikut-ikutan saja.
“Gue mau ngomong sama lo,” ucapnya datar.
“Iya, tapi Uni mau salat dulu. Mas mau salat atau tunggu di dalam.” ibu jari Aruni menunjuk ke pintu.
“Kita ketemu di warung Bu Minah selepas salat.” katanya lalu meninggalkannya.
Aruni pamitan sama kedua sahabatnya, sebenarnya dia tidak tega pergi dengan keadaan toko yang ramai. Namun, karena desakan Novia dan Bayu alhasil dia sekarang duduk berhadapan dengan Panji.
Kedua mata Aruni tak lepas memandangi wajah Panji yang terlihat segar. Mungkin setelah terkena guyuran air wudhu, sehingga menghilangkan capek di wajahnya.
“Mas Panji mau ngomong apa?” tanya Aruni dengan mengakhiri pandanganya yang sudah melalang buana menelisik wajah ganteng Panji.
“Gue menolak perjodohan ini, gue juga tahu lo pun menolak.” Panji menyampaikan tujuannya tanpa basa-basi.
“Lalu?”
“Lo tahu kan situasinya saat ini, kalau kita tidak bisa menolak. Jadi gue menawarkan kerjasama.” Panji menawarkan kerjasama, yang dia pikir ini akan menguntungkan kedua belah pihak,
“Kerjasama seperti apa?”
“Kita tetap akan menikah bulan depan, tapi kita nikah kontrak saja.” Panji menyodorkan kertas penjanjian.
“Lo baca sja dulu perjanjiannya, kalau ada yang kurang atau lo mau tambahin biar gue ganti nanti,” imbuhnya.
Aruni membaca perlembar isi perjanjian yang sudah ditulis Panji. Isinya mereka hanya akan menikah selama satu tahun setelah itu akan bercerai dengan baik-baik. Tak hanya itu, surat itu juga menujukan pembagian rumah dan persyatannya.
Mereka akan tidur dengan kamar terpisah, tidak boleh saling mengganggu. Tidak boleh cemburu, baper dan jatuh cinta. mereka menjalani hidup masing-masing layaknya mereka seperti bertetangga atau orang yang tak kenal hidup dalam satu kontrakan.
“Gue setuju, tapi gue mau menambahkan satu persyaratan,” ujar Aruni.
“Apa?”
“Tidak boleh membawa teman spesial di rumah kita nanti,” kata Aruni.
Panji mengerutkan kening dengan persyaratan yang diminta oleh Aruni.
“Gue nggak peduli lo mau pacaran di mana pun dan dengan siapa pun itu. Tapi jangan pernah di rumah, jangan pernah membiarkan dia masuk.” Aruni menjabarkan lebih jelas lagi.
Meskipun mereka hanya bersama hanya karena kontrak, tapi Aruni tidak akan pernah rela ada yang menginjak kerajaannya nanti.
“Ok, gue setuju. Sebisa mungkin kita tak perlu komunikasi kalau tidak penting.” kata Panji, Aruni menjawab dengan anggukan.
Aruni senang dengan adanya perjanjian nikah kontrak, membuatnya tetap merasa sendiri.
*****
Panji melambaikan tangannya saat kekasih hatinya sudah menunggu di depan kantornya. Desti langsung menyambut tangan Panji dan mencium punggung tangan Panji. Dan sebaliknya panji pun seperti itu.
“Kita mau ke mana Mas?” tanya Desti.
“Ke mana saja asal sama kamu,” gombal Panji.
“Ih, ganjen.” Desti mencubit lengan Panji.
Panji memakaikan helm di kepala Desti, dia menatap kekasihnya itu dengan lekat. Dia tidak akan pernah bisa mengatakan hal yang menyakitkan itu.
“Mas, kenapa kamu diam?” tanya Desti.
“Nggak, ayo buruan naik.”
Panji naik ke motornya, dia segera menghidupkan mesin motornya. Desti melingkarkan kedua tangannya di pinggang Panji. Dia menaruh dagu di pundak Panji.
“Kamu bilang ada yang mau di bicarakan.”
“Iya, tapi nanti kalau sudah sampai.”
Panji menghentikan motornya kafe pertama kali mereka kencan. Kafe dengan nuansa senja yang keren. Dan menjadi kafe favorit mereka berdua.
Dan seperti biasa mereka duduk di rooftop paling ujung. Desti memegang dagu Panji sehingga dia menatapnya.
“Ada apa Mas, kok sejak tadi Desti lihat Mas itu gelisah?” Desti menurunkan tangannya, wajahnya berubah cemas.
Panji menarik napas dalam-dalam, dia bingung mengawali semaunya. Ini sangat berat baginya, karena kata-kata yang kelua dari mulutnya hari ini pasti akan menyakiti Desti.
“Mas, kita kan sudah janji kalau harus saling terbuka,” Desti memegang tangan Panji.
Desti gadis manis dengan lesung pipi di wajahnya, gadis lembut dan pintar. Mereka berdua dipertemukan saat ada acara wisata perangkat desa. Dia ikut dengan ayahnya yang menjabat lurah di situ.
Sejak pertama kali di kenalkan oleh Pak Lurah, Panji langsung jatuh cinta. Dan semuanya berjalan mulus, dua minggu perkenalan mereka langsung dekat.
“Mas minta maaf,” katanya sambil menundukan kepala.
“Minta maaf kenapa Mas?” pikiran Desti jauh melayang, sepanjang perjalanan ini dia membayangkan kalau dirinya bakalan dilamar. Setelah dua tahun bersama, tetapi mendengar lontaran kata maaf membuat dia overthingking.
Panji menitikan air mata, dia benar-benar bingung. Dia takut Desti tidak akan mengerti dengan ucapannya.
“Mas kenapa menangis, jangan bikin Desti cemas.” Desti mengangkat dagu Panji. Dia mengusap air mata yang menetes dan segera memberikan pelukan ternyamannya.
“Sayang, aku akan menikah bulan depan,” lirihnya.
Desti mengangkat kepalanya tegak, pandangnnya lurus. “Maksud kamu?”
“Maafin aku, ini semua keputusan kedua orang tuaku. Aku sudah berusaha menolak tapi tidak bisa,” suara Panji terdengar pasrah.
Tangan Desti terjatuh dari pelukan Panji. Tubuhnya mendadak lemas mendengar ucapan Panji.
“Kamu bohong kan?” Desti tersenyum, pasti Panji bercanda dengannya. Panji menjawab dengan gelengan kepala.
Air mata yang sudah penuh dipelupuk mata langsung terjatuh, ini bukan hal yang ingin dia dengar saat ini. Dia menginginkan malam ini menjadi awal menuju hubungan dia yang serius.
“Mas sayang sama kamu. Tapi--” Panji tak kuasa mengatakannya.
“Kenapa Mas tega?” lirihnya, kedua matanya nanar, perlahan buliran air mata menetes membasahi kulit lembut wajahnya.
Hati Desti hancur lebur mungkin lebih lembut dari debu. Bibirnya bergetar, tak mampu mengatakan sepatah lagi. Kabar dari mulut orang yang dicintainya ini seakan membunuh separuh jiwanya.
“Lalu gimana denganku Mas?” Desti memandang dengan berurairan air mata.
“Cinta yang sudah lama kita bangun, apa akan roboh begitu saja?” tambahnya dengan suara terbata-bata.
“Nggak sayang, nggak. Cinta kita tetap akan abadi, cintaku sama kamu akan tetap bersemi.”
“Bagaimana caranya!” teriak Desti.
Desti menangis sesenggukan, hubungan yang dia gadangkan akan bahagia sampai ke pelaminan kini runtuh di tengah jalan.
“Aku benci sama kamu mas!” teriak Desti.
Dia berlari meninggalkan kafe, Panji dengan cepat mengejar Desti sebelum jauh. Dia menarik Desti masuk dalam pelukannya.
“Lepaskan aku mas, lepaskan!” Desti berontak untuk melepaskan diri, tapi Panji semakin mengeratkan pelukannya.
“Tidak Desti, tidak. Kamu harus mendengarkanku dulu.”
“Apa yang akan aku dengar lagi, semua sudah sirna. Kamu menghancurkan impianku!”
“Beri kesempatan aku untuk menjelaskan semua ini, please,” Panji memohon.
Setelah Desti lebih tenang, Panji mencoba bicara pelan-pelan.
“Katakan kamu mau menjelaskan apa?” katanya dengan berat.
Tenggorkanya dongkol, susah sekali ingin berkata. Dia hanya ingin menangis sekaras mungkin.
“Kami berdua sama-sama tidak mau dijodohkan, jadi kami membuat perjanjian. Hanya nikah kontrak,” jelas Panji.
“Nikah kontrak?”
“Iya, kami hanya menikah dalam jangka setahun. Setelah itu kita akan bercerai, bahkan aku tidak tidur berdua dengannya. Kita memiliki kamar yang berbeda.”
Desti tidak percaya dengan omongan Panji begitu saja, bagaimana bisa mereka tinggal serumah, sudah menikah tapi tidur terpisah.
“Sayang, percayalah. Aku hanya mencintaimu, setelah setahun akan menikahi kamu.” Panji menunjukkan surat perjanjian Aruni sama Panji.
“Janji.” Desti mengangkat jari kelingkingnya, dia luluh.
Meskipun sakit, dia juga tidak bisa pungkiri kalau hatinya masih padanya. Hubungan mereka sama sekali tidak ada masalah. Bagaimana bisa dia akan melupakannya begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nia Nara
Kalau perempuan pinter, tetep minta putus aja lah. Apa gak malu kalau sampe ketahuan orang punya hubungan sama suami orang ? Kan orang2 gak tau kalau mereka nikah kontrak. Iya kalau tetep nikah kontrak, kalau ternyata jadi betulan bukannya sia2 waktu terbuang 1 tahun ? Bucin boleh bego jangan.
2024-02-21
0