The Kingdom Unknown
Di sebuah desa yang bernama Savenus, tinggal seorang gadis remaja yang berumur 17 tahun. Gadis itu sangat cantik bak dewi, namun dia sangat ceroboh dan nakal. Nama gadis itu adalah Mellisa, Mellisa tinggal bersama ibu dan adiknya yang baru berumur 3 tahun.
Saat ini Mellisa sedang duduk santai di dalam kamarnya bersama Leria, sahabat sejak kanak-kanaknya.
"aah aku sangat bosan disini, ayo keluar" kata Mellisa sambil berguling-guling diatas kasurnya.
"tapi kamu kan sedang dihukum karena tidak memetik sayuran dengan benar dan malah membuatnya berantakan" Leria menatap Mellisa sambil mendecak, bagaimana bisa ada gadis yang seperti sahabatnya ini, sangat tidak beraturan dan ceroboh.
"kita kabur saja lewat jendela"
"kamu bisa melompat dari lantai 2?!" Leria menaikkan sebelah alisnya.
"ya tentu saja" dengan semangat Mellisa langsung memakai jubahnya dan melempar jubah Leria kepada pemiliknya. Tanpa basa-basi lagi, Mellisa langsung melompat keluar dari jendela.
"auh" Mellisa sedikit meringis saat dia sudah mendarat di tanah, walaupun lantai dua rumahnya tidak begitu tinggi, namun tetap akan sakit saat mendarat di kerikil yang kasar.
"kita akan kemana?" tanya Leria begitu sudah berada tepat dibelakang Mellisa.
"ayo lomba lari ke hutan" ajak Mellisa dan langsung mendapat seringaian dari Leria, sejurus kemudian mereka dengan kompak berlari ke arah hutan.
Mellisa dan Leria memang sangat senang bermain dihutan bersama hewan-hewan imut dan menggemaskan yang ada disana.
"ayolah Mellisa, kita hampir sampai, lebih cepat... lebih cepat" kata Leria saat Mellisa mulai melambat.
Saat mereka sudah sampai disebuah danau yang tenang dan sepi, mereka berdua langsung berbaring di atas rumput tepat di tepi danau, bahkan kaki mereka berada didalam air.
"ah ya ampun melelahkan sekali" keluh Mellisa sambil menutup matanya dengan lengannya sendiri.
"dasar anak ini, segitu saja sudah lelah" Leria langsung mengelitik Mellisa dan mereka tertawa bersama.
Setelah lelah saling mengelitik, mereka mulai berlarian mengejar kupu-kupu, landak dan hewan-hewan kecil lainnya, jangan lupa mereka juga bermain air. Memang sih umur mereka sudah 17 tahun, namun sifat mereka masih seperti anak berumur 5 tahun, sangat kekanak-kanakan.
"ssstt!" tiba-tiba Leria menutup mulut Mellisa yang sangat bawel.
Srek... Srek...
Semak-semak di depan mereka tiba-tiba bergerak.
"ap... apa itu?" bisik Mellisa agak takut.
"ayo kita lihat" Leria menarik Mellisa mendekati semak-semak itu.
"tidak! bagaimana jika itu monster!?" Mellisa memang terlalu banyak memikirkan hal-hal bodoh karena novel yang dia baca.
"tidak ada monster disini bodoh"
mereka terus mendekati semak-semak itu dan...
Dan...
Bam..
Hanya ada seekor kelinci kecil yang kakinya terperangkap di jebakan.
"ouh ya ampun dia imut sekali" Mellisa langsung mendekati kelinci itu dan melepaskannya dari jebakan itu, lalu mengangkatnya.
"kakinya terluka" Leria langsung merobek sedikit ujung gaunnya, lalu membalut kaki kelinci yang terluka itu.
"hm kasian sekali, apa aku boleh memeliharanya?" tanya Mellisa.
"ya tentu saja, ayo pulang, sudah sore" Leria langsung menarik Mellisa dan mereka berjalan berdampingan menuju desa mereka.
"Leria, aku akan menamainya jack, bagaimana menurutmu?" tanya Mellisa tiba-tiba.
"ya itu bagus" Leria mengangguk beberapa kali.
Saat mereka sampai di perbatasan desa, mereka sangat terkejut melihat pemandangan desa mereka yang hancur dan berantakan. Rumah-rumah hancur terbakar, pohon-pohon menjadi hangus dan barang-barang berceceran dimana-mana.
"apa yang terjadi?" tanya Mellisa pelan, masih dengan tatapan terpaku kedepan.
"aku tidak tau, ayo" Leria menarik Mellisa ke rumahnya yang hampir roboh karena terbakar. Saat mereka membuka pintu, abu dari sisa-sisa material rumah yang terbakar itu langsung menyapa mereka, membuat kedua gadis itu terbatuk-batuk. Mereka menelusuri rumah yang sudah tidak jelas bentuknya itu.
"tidak ada apapun yang tersisa disini" kata Mellisa kecewa.
"tidak juga" kata Leria sambil menekan suatu tombol yang hampir hangus.
Setelah itu, sebuah tangga terbuka di lantai yang mengarah ke bawah tanah. Leria menuruni tangga itu perlahan dengan Mellisa yang mengikuti dari belakang. Setelah mereka sampai di bawah, Leria menekan tombol lampu dan seketika ruangan tersebut menjadi terang.
"wow keren" Mellisa terpana melihat isi ruangan itu.
Ada banyak pedang berbagai bentuk dan alat-alat latihan beladiri. ya tentu saja di rumah Leria ada banyak hal semacam ini karena ayahnya adalah pemimpin desa Savenus dan Leria adalah penerusnya, walaupun dia perempuan. Itu sebabnya dia pandai memainkan pedang dan juga beladiri. Leria hanya tinggal berdua dengan ayahnya karena ibu Leria meninggal saat gadis itu berumur 5 tahun.
"Mellisa, lihat ini" Leria menunjukkan secarik kertas yang ditinggalkan oleh ayahnya.
"syukurlah mereka masih hidup" Mellisa bernapas dengan lega.
"baiklah kita tak punya banyak waktu, ayo cari mereka" Leria menyimpan kertas itu dan mengambil sepasang pedang, Leria adalah orang yang bisa menggunakan dua pedang sekaligus. Dia juga mengambil 3 pisau belati untuk berjaga-jaga.
"tunggu, kemana kita akan mencari mereka?" tanya Mellisa binggung.
"entahlah, mungkin mereka belum jauh dari sini" Leria melempar sebuah pedang yang lebih kecil dan ringan kearah Mellisa, gadis itu dengan sigap langsung menghindar.
"kau gila ya!?" kata Mellisa kesal.
"aku pikir kamu bisa menangkapnya" balas Leria dengan santai dan Mellisa hanya mendengus.
"hei aku tidak bisa menggunakan pedang"
"simpan saja, siapa tau nanti kamu membutuhkannya" setelah itu mereka bergegas keluar dari ruang bawah tanah itu.
"tidak ada baju yang tersisa disini" gumam Mellisa sambil melihat sekelilingnya.
"baju tidak penting, ayo pergi" Leria melempar sebuah tas kearah Mellisa dan gadis bersurai pirang itu langsung memasukkan Jack (kelincinya) kedalamnya, lalu mereka berlari kearah utara menuju lembah tepat dibelakang desa mereka. Disepanjang jalan mereka melihat banyak mayat warga yang tidak sempat melarikan diri.
Mellisa menghela napas panjang, desa mereka yang dulunya makmur dan damai kini sudah hancur, semua ini pasti perbuatan penyihir kegelapan, sekali lihat juga semua orang tau. Jika saja Mellisa punya kekuatan, dia pastikan akan menghancurkan penyihir itu.
"Mellisa ambil ini" Leria memberikan sebuah obor pada Mellisa yang dia ambil dari rumah penduduk desa yang sudah hangus.
Mereka berdua menyalakan obor masing-masing karena sudah mulai gelap, setelah itu mereka kembali berjalan mendekati lembah.
"bagaimana kita menyeberangi ini?" tanya Mellisa sambil melihat kebawah lembah yang sangat dalam dan dipenuhi bebatuan besar, tidak mungkin selamat jika jatuh kedalamnya.
"ayo kita telurusi pinggirannya, mungkin saja kita bisa menemukan jembatan" Leria memengang tangan Mellisa lalu berjalan bersama.
"dapat!" mereka berhenti didepan dua balok kayu yang dibentangkan ke sisi lain lembah itu, kayu-kayu itu terlihat sudah lama sekali dan rapuh.
Dengan perlahan-lahan mereka mulai menaiki jembatan kayu itu. Sangat sulit melewatinya karena sudah tua. Saat hampir sampai keseberang, Mellisa tergelincir dan hampir jatuh kedalam lembah itu jika saja Leria tidak memengang tangannya.
"tidak apa-apa, aku memengangimu" dengan sekuat tenaga Leria menarik Mellisa keatas, setelah berhasil menarik Mellisa, Leria langsung menjatuhkan tubuh mereka berdua ke tanah.
"itu tadi hampir, aku sampai gemetaran" Mellisa mencoba mengatur napasnya yang memburu sambil memeriksa Jack di dalam tasnya, kelinci itu masih tertidur pulas didalam.
"huh.. Ayo, kita harus mencari tempat yang aman untuk istirahat" Leria mengajak Mellisa melanjutkan perjalanan.
Ternyata sisi lain lembah itu hanyalah padang rumput yang luas dan entahlah lumayan gelap disana, membuat jarak pandang mereka terbatas, obor yang mereka bawa tadi juga sudah jatuh. Mereka memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon besar, sebelum tidur mereka membuat api unggun terlebih dahulu agar tidak ada binatang buas yang mendekat.
"selamat malam Mellisa"
"selamat malam juga Leriah, semoga mimpimu menyenangkan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments