Pagi-pagi sekali mereka langsung keluar dari penginapan untuk mencari persediaan makanan, pakaian dan juga obat-obatan, lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Di ujung desa ada sebuah rumah yang terpisah jauh dari rumah-rumah lain. Dirumah itu, mereka melihat seorang nenek yang tengah kesulitan memerah susu sapi. Tanpa mengatakan apapun, Mellisa langsung mendekati nenek tua itu dan yang lain terpaksa mengikutinya.
"nenek, sini saya bantu" Mellisa mengambil wadah yang dipegang nenek itu dan si nenek hanya tersenyum seraya berterima kasih.
ketiga orang lainnya hanya memperhatikan, karena tidak tau harus melakukan apa.
"selesai!" Mellisa memberikan wadah yang sudah terisi susu setengahnya kepada nenek itu dengan senyuman manisnya.
"kalau begitu ayo mampir dulu" nenek itu mempersilahkan keempat orang itu masuk ke rumahnya.
"tapi nek kami harus segera pergi" Hyle bermaksud menolak ajakan nenek itu.
"saya tau, tidak apa-apa, masuk saja dulu, hanya sebentar" si nenek masih memaksa dan mau tidak mau mereka pun masuk.
Saat berada di dalam rumah, mereka dipersilahkan duduk di kursi dengan meja berbentuk lingkaran besar.
"salam saya yang mulia lord Allion" nenek itu membungkuk dalam di depan Allion lalu duduk di salah satu kursi kosong. Leria dan Mellisa menatap Allion dengan aneh dan ngeri, sedangkan Allion hanya mengangguk singkat dan tidak menghiraukan tatapan kedua gadis itu.
"nama saya sarah" nenek itu memperkenalkan diri.
"yang mulia, anda harus menemui White Wizard terakhir di gunung tertinggi di sebelah utara, hanya dia yang tau bagaimana caranya membuka kerajaan anda yang mulia. Dan anda juga harus menemukan pengantin anda yang terpilih untuk dapat menemukan kerajaan anda, yang saya tau pengantin anda yang terpilih mungkin bisa saja bukan mate anda" nenek Sarah menjelaskan dengan serius tanpa ditanya.
"siapa kamu?" Allion bertanya dengan tegas.
"cucu White Wizard terakhir yang mulia lord" nenek Sarah menunjukkan sebuah gambar mawar putih dilengan atasnya (seperti tatto), itu merupakan lambang keturunan white wizard, namun tak semua keturunan mereka dapat menjadi white wizard. Sebagian besar dari mereka hanya manusia biasa, sebagian lagi peramal seperti nenek Sarah.
"bagaimana dengan Devanna?" tanya Allion lagi
"kutukannya juga bisa dipatahkan"
"hm baiklah" Allion langsung bangkit dari kursinya lalu berpamitan, mereka harus segera melanjutkan perjalanan.
Saat didepan pintu, nenek Sarah Menghentikan Mellisa lalu berbisik ditelinga gadis itu.
"jangan takut pada kekuatanmu sendiri nak, biarkan kekuatan itu tumbuh dalam dirimu dan jangan khawatir, yang mulia lord akan membawamu ke keluargamu" nenek Sarah memakaikan kalung berliontin bulan biru bersinar.
"apa ini?" tanya Mellisa penasaran.
"kamu memang selalu ingin tahu ya, kamu akan tau nanti, jagalah itu jangan sampai hilang"
"Mellisa cepatlah" Hyle menyuruh Mellisa agar cepat, Mellisa langsung berpamitan pada nenek Sarah lalu berlari kearah ketiga teman nya.
"kamu tau apa maksud nenek tua tadi?" Mellisa berbisik pada Leria, mereka berjalan dibelakang Allion dan Hyle dengan sedikit berjarak.
Saat ini mereka sedang berjalan di padang rumput yang luas dan sangat sedikit pohonnya.
"tidak tau, tapi apa iya pria itu seorang lord?!"
"entahlah kita mungkin akan tau nanti"
"tapi aku sedikit kaget, nenek tadi katanya cucu white wizard, jika cucunya saja setua itu lalu white wizardnya setua apa ya?" kata Leria sambil berpikir.
"mungkin sudah sangat sangat sangat... tua hingga tak bisa lagi berdiri bahkan duduk" Mellisa mengedikkan bahunya.
Bukan hanya para gadis itu yang berbisik-bisik, ternyata Allion dan Hyle juga melakukan hal yang sama.
"katanya pengantin itu bisa saja bukan mateku, kalau begitu bagaimana aku tau siapa dia dan bagaimana aku bisa bersama pengantin yang bukan mateku!?" kata Allion sambil mengaruk keningnya.
"saya tidak begitu mengerti lord"
Setelah itu, mereka berempat hanya berjalan dalam diam. Dari tadi Mellisa terlihat sedang memikirkan sesuatu, dan gadis itu hanya diam saja
"eum... Allion" Mellisa sedikit berlari untuk menyamai langkahnya dengan langkah lebar Allion.
"mungkin.. Eum.. Ini terdengar agak aneh, aku juga merasa seperti itu" Allion hanya melirik sekilas pada Mellisa yang sepertinya gugup, Allion sedikit memperlambat langkahnya agar Mellisa tidak perlu berlari-lari kecil untuk menyamai langkahnya.
"aku merasa sepertinya didepan kita ada beberapa cyclop, aku tidak tau berapa jumlahnya. Anehkan, pasti tidak akan ada cyclop disi-"
"wow, kamu benar" belum selesai penjelasan Mellisa, Leria langsung memotongnya.
Didepan mereka saat ini, ada sekitar 5 cyclop yang sedang tertidur menghalangi jalan mereka.
"bagaimana kau bisa tau?" Allion bertanya dengan sangat datar dan tatapan mengintimidasi.
"ha.. haha... aku tidak tau, ak-aku kan sudah bilang, aku hanya merasa seperti itu" kata Mellisa dengan agak canggung.
"hei salah satu dari mereka sudah bangun, apa mereka bisa mendengar kita?" tanya Leria.
"mungkin saja" jawab Hyle sambil mengeluarkan pedangnya.
Kini semua cyclop itu telah terjaga dan memperhatikan mereka berempat. Makhluk super besar dan bermata satu itu mulai bersiap-siap untuk menyerang dengan gada berduri mereka.
"jangan berdarah, itu perintah" kata Allion tegas lalu berlari mendekati para cyclop itu untuk menyerang mereka.
"berusahalah untuk tidak mengeluarkan darah, Mellisa tetap dibelakangku" perintah Hyle.
Leria merasa sedikit aneh, bagaimana dia berusaha untuk tidak terluka? Padahal lawan mereka 5 cyclop raksasa dengan gada berduri yang ukurannya juga tidak bisa dibilang kecil. terserahlah, yang penting dia harus menjatuhkan sebanyak yang dia bisa. Leria mengedikkan bahunya kepada Hyle lalu berlari untuk bergabung dengan Allion. Hyle hanya berdiri ditempatnya dengan Mellisa yang bersembunyi dibalik punggungnya.
Ketika seorang cyclop mendekat, Hyle dengan sigap menyerangnya dengan pedang, namun kulit para monster itu sangat keras dan kebal terhadap pedang atau senjata lainnya. Titik kelemahan si cyclop hanya ada pada matanya. Sangat sulit menyerang matanya, apalagi mereka cukup besar.
Hyle hanya dapat menangkis serangan si cyclop dan sesekali berpindah tempat sambil mencari kesempatan untuk melukai matanya. Sangat sulit bergerak untuk Hyle karena dia harus menjadi tameng Mellisa yang tak bisa bertarung.
"Hyle jangan pedulikan aku, lawan saja monster itu, jika begini terus itu tidak akan baik bagi kita berdua" kata Mellisa karena merasa kalau beberapa puluh menit kedepan Hyle hanya akan kehilangan tenaganya dengan sia-sia.
"tapi ka-"
"tidak masalah, aku punya pedang dan aku gesit. Aku hanya perlu menghindar, tidak masalah bagiku, jangan khawatir" Mellisa buru-buru menjelaskan karena mereka tidak punya banyak waktu untuk mengobrol panjang lebar.
"baiklah, jangan biarkan mereka mengenaimu, mengerti!?" Hyle memperingati.
"iya iya tentu saja" setelah mendengar jawaban Mellisa, Hyle langsung berlari menjauh dan lebih leluasa menyerang si cyclop.
Hyle berusaha bertarung sejauh mungkin dari Mellisa, namun dapat tetap memperhatikan gadis itu, dia tidak ingin serangannya salah sasaran dan mengenai gadis mungil yang lemah itu. Saat Hyle sudah menjauh, Mellisa mendengar napas berat dibelakangnya. Tentu saja itu bukan Allion apalagi Leria.
Dengan perlahan dan panik, Mellisa berbalik dan mendapati seorang cyclop yang sedang menatapnya bengis, tamatlah sudah.
"hey makhluk kecil, jangan takut ya, aku tidak akan menyakitimu" kata Mellisa dan bergerak mundur sepelan mungkin, Jack yang ada didalam tas hanya menyembulkan kepala keluar karena tidak tenang mendapati Mellisa yang sedang berhadapan dengan makhluk besar dan buas itu.
Allion yang merupakan campuran demon dan werewolf yang kedua darah itu mengalir seimbang dalam dirinya, dapat mendengar perkataan Mellisa walau jaraknya lumayan jauh dan sekarang cukup berisik. Allion tersenyum kecil, namun tidak boleh teralihkan karena saat ini ada dua cyclop yang sedang mengepungnya.
Sebenarnya sangat jarang atau bahkan mustahil(?) ditemukan makhluk immortal yang kedua gennya bercampur seimbang seperti Allion, jika makhluk itu hasil campuran, hanya salah satu yang lebih dominan bahkan satunya lagi ada kemungkinan tidak terlihat, adiknya saja hanya seorang werewolf dan hanya sedikit demon dalam dirinya.
Namun entah apa yang membuat gen werewolf (ibunya) dan demon (ayahnya) menjadi seimbang dalam tubuh Allion.
Mellisa terus melompat kesana kesini untuk menghindari gada raksasa cyclop itu. Hanya itu kelebihannya, dia tidak bisa menyerang padahal ditangannya sudah ada pedang yang diberikan oleh Leria. Jika begini terus, Mellisa bisa benar-benar mati konyol dengan membuang-buang tenaganya.
"baiklah" Mellisa menarik nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan. Tidak masalah jika dia tidak pernah belajar bertarung. Dia gadis ceroboh yang selalu membuat masalah, dia tau bagaimana cara merusak benda-benda karena itu keahliannya.
Dengan penuh keyakinan, gadis itu menyimpan kembali pedangnya dan mengambil belati yang sudah dikembalikan oleh Allion. Sekali lagi Mellisa mengatur napasnya, lalu berdiri didepan cyclop itu. Saat cyclop mengayunkan gadanya kearah Mellisa, disaat itulah gadis itu melompat keatas tangan raksasa si cyclop dan memanjat naik ke bahunya.
Ini mudah karena Mellisa mungil dan gesit, namun si cyclop ini terus mengerakkan tubuhnya membuat Mellisa kesulitan menyeimbangkan tubuhnya. Perasaan Mellisa menjadi tidak enak, dia merasa pusing, fokusnya terpecah dan napasnya sesak. Entah apa alasannya, yang pasti bukan karena guncangan dari tubuh si cyclop.
"bertahanlah Mellisa, hanya sedikit lagi, ayo tuntaskan ini" Mellisa bergumam menyemangati dirinya sendiri.
Mellisa sudah ada dibahu makhluk itu, namun sangat sulit menyerang matanya dari sini. Dengan sisa kekuatannya yang mulai melemah, Mellisa melompat keatas kepala si cyclop. Tapi mata Mellisa mulai buram, ketiga temannya sudah mengalahkan para cyclop yang lain dan hanya menyaksikan Mellisa. Leria begitu cemas, kelihatannya Mellisa kurang sehat, namun Allion melarang mereka membantu Mellisa, apa-apaan sih pria itu!?
"ayolah Mellisa" Mellisa mengangkat belatinya dan memfokuskan penglihatannya yang mulai terganggu itu tepat disasaran, dia tidak ingin serangannya meleset karena hanya ini satu-satunya kesempatan Mellisa.
Leria hanya bisa berdoa dalam hati. Saat dirasa cukup pas, dengan kuat (menurut tenaganya) Mellisa menancapkan belati itu tepat di mata cyclop. Pekikan keras terdengar beberapa saat hingga akhirnya cyclop terakhir itu jatuh bersamaan dengan Mellisa yang melompat. Saat menginjakkan kakinya ditanah, gadis itu terhuyung.
Mellisa tidak bisa bertahan lagi, kepalanya sangat berat. Mellisa pasrah membiarkan tubuhnya jatuh ke tanah dan akan mendapatkan beberapa luka lecet, namun dia tidak jatuh ke tanah, Mellisa tidak sempat memutar otaknya untuk memikirkan kenapa dia tidak jatuh ke tanah, karena kegelapan lebih dulu menguasainya.
Allion dengan sangat cepat, mungkin secepat cahaya (ya memang terdengar berlebihan) langsung menangkap Mellisa yang hampir terjerembab ke tanah, Hyle dan Leria ikutan bergerak cepat dibelakangnya.
Allion mematung melihat wajah pucat Mellisa dengan mimisan mengalir dari hidungnya. Bukan wajah pucat itu atau pun mata yang tertutup itu yang membuat Allion menegang, namun fokusnya hanya pada darah yang terus keluar perlahan dari hidung gadis itu.
Mata Allion mulai berubah dari iris biru langit menjadi hitam pekat keseluruhan, taringnya yang sebelumnya tidak ada kini perlahan tumbuh bersamaan dengan cakarnya yang kelihatan runcing dan tajam.
Hyle menyadari perubahan itu, sebelum perubahannya berlanjut ke sayap dan ekornya, lalu menghancurkan segalanya, Hyle langsung menutup mata Allion.
"tenangkan dirimu lord, dia hanya gadis lemah" Hyle mencoba menenangkannya, sedangkan Allion mendengus kasar seperti hewan buas yang akan menyerang, Leria hanya menyaksikan dalam diam dan matanya terbelalak, apa ini? Situasi macam apa ini?
Dada Allion naik turun tidak beraturan, menandakan kalau dia bernapas dengan berat, perlahan kuku dan taringnya menghilang. Cepat-cepat Hyle menyuruh Leria mengambil alih Mellisa dari tangan Allion, membawanya pergi dan membersihkan mimisan gadis itu, dengan cepat Leria melakukannya.
Perlahan Hyle menurunkan tangannya dari mata sahabat sekaligus lordnya itu. Tanpa mengatakan apapun Allion pergi meninggalkan tempat itu, Hyle tau Allion tidak akan meninggalkan mereka, dia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri.
"sepertinya kita harus berkemah disini" Hyle berjalan mendekati Leria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments