Di sebuah desa yang bernama Savenus, tinggal seorang gadis remaja yang berumur 17 tahun. Gadis itu sangat cantik bak dewi, namun dia sangat ceroboh dan nakal. Nama gadis itu adalah Mellisa, Mellisa tinggal bersama ibu dan adiknya yang baru berumur 3 tahun.
Saat ini Mellisa sedang duduk santai di dalam kamarnya bersama Leria, sahabat sejak kanak-kanaknya.
"aah aku sangat bosan disini, ayo keluar" kata Mellisa sambil berguling-guling diatas kasurnya.
"tapi kamu kan sedang dihukum karena tidak memetik sayuran dengan benar dan malah membuatnya berantakan" Leria menatap Mellisa sambil mendecak, bagaimana bisa ada gadis yang seperti sahabatnya ini, sangat tidak beraturan dan ceroboh.
"kita kabur saja lewat jendela"
"kamu bisa melompat dari lantai 2?!" Leria menaikkan sebelah alisnya.
"ya tentu saja" dengan semangat Mellisa langsung memakai jubahnya dan melempar jubah Leria kepada pemiliknya. Tanpa basa-basi lagi, Mellisa langsung melompat keluar dari jendela.
"auh" Mellisa sedikit meringis saat dia sudah mendarat di tanah, walaupun lantai dua rumahnya tidak begitu tinggi, namun tetap akan sakit saat mendarat di kerikil yang kasar.
"kita akan kemana?" tanya Leria begitu sudah berada tepat dibelakang Mellisa.
"ayo lomba lari ke hutan" ajak Mellisa dan langsung mendapat seringaian dari Leria, sejurus kemudian mereka dengan kompak berlari ke arah hutan.
Mellisa dan Leria memang sangat senang bermain dihutan bersama hewan-hewan imut dan menggemaskan yang ada disana.
"ayolah Mellisa, kita hampir sampai, lebih cepat... lebih cepat" kata Leria saat Mellisa mulai melambat.
Saat mereka sudah sampai disebuah danau yang tenang dan sepi, mereka berdua langsung berbaring di atas rumput tepat di tepi danau, bahkan kaki mereka berada didalam air.
"ah ya ampun melelahkan sekali" keluh Mellisa sambil menutup matanya dengan lengannya sendiri.
"dasar anak ini, segitu saja sudah lelah" Leria langsung mengelitik Mellisa dan mereka tertawa bersama.
Setelah lelah saling mengelitik, mereka mulai berlarian mengejar kupu-kupu, landak dan hewan-hewan kecil lainnya, jangan lupa mereka juga bermain air. Memang sih umur mereka sudah 17 tahun, namun sifat mereka masih seperti anak berumur 5 tahun, sangat kekanak-kanakan.
"ssstt!" tiba-tiba Leria menutup mulut Mellisa yang sangat bawel.
Srek... Srek...
Semak-semak di depan mereka tiba-tiba bergerak.
"ap... apa itu?" bisik Mellisa agak takut.
"ayo kita lihat" Leria menarik Mellisa mendekati semak-semak itu.
"tidak! bagaimana jika itu monster!?" Mellisa memang terlalu banyak memikirkan hal-hal bodoh karena novel yang dia baca.
"tidak ada monster disini bodoh"
mereka terus mendekati semak-semak itu dan...
Dan...
Bam..
Hanya ada seekor kelinci kecil yang kakinya terperangkap di jebakan.
"ouh ya ampun dia imut sekali" Mellisa langsung mendekati kelinci itu dan melepaskannya dari jebakan itu, lalu mengangkatnya.
"kakinya terluka" Leria langsung merobek sedikit ujung gaunnya, lalu membalut kaki kelinci yang terluka itu.
"hm kasian sekali, apa aku boleh memeliharanya?" tanya Mellisa.
"ya tentu saja, ayo pulang, sudah sore" Leria langsung menarik Mellisa dan mereka berjalan berdampingan menuju desa mereka.
"Leria, aku akan menamainya jack, bagaimana menurutmu?" tanya Mellisa tiba-tiba.
"ya itu bagus" Leria mengangguk beberapa kali.
Saat mereka sampai di perbatasan desa, mereka sangat terkejut melihat pemandangan desa mereka yang hancur dan berantakan. Rumah-rumah hancur terbakar, pohon-pohon menjadi hangus dan barang-barang berceceran dimana-mana.
"apa yang terjadi?" tanya Mellisa pelan, masih dengan tatapan terpaku kedepan.
"aku tidak tau, ayo" Leria menarik Mellisa ke rumahnya yang hampir roboh karena terbakar. Saat mereka membuka pintu, abu dari sisa-sisa material rumah yang terbakar itu langsung menyapa mereka, membuat kedua gadis itu terbatuk-batuk. Mereka menelusuri rumah yang sudah tidak jelas bentuknya itu.
"tidak ada apapun yang tersisa disini" kata Mellisa kecewa.
"tidak juga" kata Leria sambil menekan suatu tombol yang hampir hangus.
Setelah itu, sebuah tangga terbuka di lantai yang mengarah ke bawah tanah. Leria menuruni tangga itu perlahan dengan Mellisa yang mengikuti dari belakang. Setelah mereka sampai di bawah, Leria menekan tombol lampu dan seketika ruangan tersebut menjadi terang.
"wow keren" Mellisa terpana melihat isi ruangan itu.
Ada banyak pedang berbagai bentuk dan alat-alat latihan beladiri. ya tentu saja di rumah Leria ada banyak hal semacam ini karena ayahnya adalah pemimpin desa Savenus dan Leria adalah penerusnya, walaupun dia perempuan. Itu sebabnya dia pandai memainkan pedang dan juga beladiri. Leria hanya tinggal berdua dengan ayahnya karena ibu Leria meninggal saat gadis itu berumur 5 tahun.
"Mellisa, lihat ini" Leria menunjukkan secarik kertas yang ditinggalkan oleh ayahnya.
"syukurlah mereka masih hidup" Mellisa bernapas dengan lega.
"baiklah kita tak punya banyak waktu, ayo cari mereka" Leria menyimpan kertas itu dan mengambil sepasang pedang, Leria adalah orang yang bisa menggunakan dua pedang sekaligus. Dia juga mengambil 3 pisau belati untuk berjaga-jaga.
"tunggu, kemana kita akan mencari mereka?" tanya Mellisa binggung.
"entahlah, mungkin mereka belum jauh dari sini" Leria melempar sebuah pedang yang lebih kecil dan ringan kearah Mellisa, gadis itu dengan sigap langsung menghindar.
"kau gila ya!?" kata Mellisa kesal.
"aku pikir kamu bisa menangkapnya" balas Leria dengan santai dan Mellisa hanya mendengus.
"hei aku tidak bisa menggunakan pedang"
"simpan saja, siapa tau nanti kamu membutuhkannya" setelah itu mereka bergegas keluar dari ruang bawah tanah itu.
"tidak ada baju yang tersisa disini" gumam Mellisa sambil melihat sekelilingnya.
"baju tidak penting, ayo pergi" Leria melempar sebuah tas kearah Mellisa dan gadis bersurai pirang itu langsung memasukkan Jack (kelincinya) kedalamnya, lalu mereka berlari kearah utara menuju lembah tepat dibelakang desa mereka. Disepanjang jalan mereka melihat banyak mayat warga yang tidak sempat melarikan diri.
Mellisa menghela napas panjang, desa mereka yang dulunya makmur dan damai kini sudah hancur, semua ini pasti perbuatan penyihir kegelapan, sekali lihat juga semua orang tau. Jika saja Mellisa punya kekuatan, dia pastikan akan menghancurkan penyihir itu.
"Mellisa ambil ini" Leria memberikan sebuah obor pada Mellisa yang dia ambil dari rumah penduduk desa yang sudah hangus.
Mereka berdua menyalakan obor masing-masing karena sudah mulai gelap, setelah itu mereka kembali berjalan mendekati lembah.
"bagaimana kita menyeberangi ini?" tanya Mellisa sambil melihat kebawah lembah yang sangat dalam dan dipenuhi bebatuan besar, tidak mungkin selamat jika jatuh kedalamnya.
"ayo kita telurusi pinggirannya, mungkin saja kita bisa menemukan jembatan" Leria memengang tangan Mellisa lalu berjalan bersama.
"dapat!" mereka berhenti didepan dua balok kayu yang dibentangkan ke sisi lain lembah itu, kayu-kayu itu terlihat sudah lama sekali dan rapuh.
Dengan perlahan-lahan mereka mulai menaiki jembatan kayu itu. Sangat sulit melewatinya karena sudah tua. Saat hampir sampai keseberang, Mellisa tergelincir dan hampir jatuh kedalam lembah itu jika saja Leria tidak memengang tangannya.
"tidak apa-apa, aku memengangimu" dengan sekuat tenaga Leria menarik Mellisa keatas, setelah berhasil menarik Mellisa, Leria langsung menjatuhkan tubuh mereka berdua ke tanah.
"itu tadi hampir, aku sampai gemetaran" Mellisa mencoba mengatur napasnya yang memburu sambil memeriksa Jack di dalam tasnya, kelinci itu masih tertidur pulas didalam.
"huh.. Ayo, kita harus mencari tempat yang aman untuk istirahat" Leria mengajak Mellisa melanjutkan perjalanan.
Ternyata sisi lain lembah itu hanyalah padang rumput yang luas dan entahlah lumayan gelap disana, membuat jarak pandang mereka terbatas, obor yang mereka bawa tadi juga sudah jatuh. Mereka memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon besar, sebelum tidur mereka membuat api unggun terlebih dahulu agar tidak ada binatang buas yang mendekat.
"selamat malam Mellisa"
"selamat malam juga Leriah, semoga mimpimu menyenangkan"
Dipagi harinya, Mellisa dan Leria terbangun bukan karena sinar matahari yang mengganggu mata mereka, ataupun kicauan burung, melainkan seseorang yang terus menerus menggoyangkan tubuh mereka.
"hentikan Mellisa, jangan menggangguku" ucap Leria kesal dengan mata masih tertutup.
"cukup gadis-gadis, sekarang bangunlah" mendengar suara pria, kedua gadis itu langsung terduduk.
"aaa... apa yang kau lakukan?"
"sedang apa kalian disini? kalian tidak takut? kalian bisa saja dirampok atau diculik" kata pria yang berambut biru.
"ouh terima kasih perhatiannya" kata Leria ketus lalu menarik Mellisa yang masih setengah menggantuk, lalu berjalan lurus (sebenarnya tanpa tujuan).
Setelah beberapa saat mereka berjalan, kedua pria itu dan kuda-kuda mereka berjalan mengikuti di belakang Mellisa dan Leria.
"ya ampun, kenapa kalian mengikuti kami?!" Ledia menatap kedua pria itu tajam.
"ini arah yang kami tuju" kata pria dengan rambut silver dan wajah datar nan dingin.
"baiklah, silahkan kalian pergi duluan saja"
"hm kenapa kita tidak jalan bersama saja? kelihatannya kita searah" pria berambut biru itu langsung berjalan disisi Leria, sedangkan pria berambut silver langsung berjalan mendahului mereka bertiga.
"ti-"
"ide bagus, pasti lebih seru" sebelum Leria dapat menyelesaikan penolakannya, Mellisa langsung setuju dan Leria hanya bisa memasang wajah masamnya.
"jadi, siapa nama kalian?" yang berbicara masih pria berambut biru.
"Mellisa" gadis itu mengulurkan tangannya melewati Leria dengan senyuman lebar,
"Hyle" pria berambut biru itu membalas jabatan tangan Mellisa dengan senyum ramah.
"Leria" bahkan gadis itu tidak berbalik dan hanya menatap lurus kedepan.
"eum dan dia lord Allion" Hyle menunjuk pria yang berjalan sendirian didepan mereka.
Sepanjang perjalanan, hanya Mellisa dan Hyle yang banyak berbicara, mereka menceritakan alasan perjalanan masing-masing, Mellisa bilang mereka harus mencari warga desa mereka yang melarikan diri karena serangan menyihir jahat dan Hyle juga menceritakan tentang perjalanan mereka untuk menemukan kerajaan mereka yang hilang dan menghancurkan kutukan yang diberikan kepada Allion selaku raja mereka.
"jadi kalian mencari kerajaan kalian yang hilang, tapi bagaimana kerajaan yang sangatttt besar sekali itu bisa hilang dan kalian tidak bisa menemukannya?" kali ini Leria buka suara karena merasa aneh dengan cerita itu, sebelum menjawab Hyle tersenyum tipis.
"ratu Celia, yang sekarang semua orang mengenalnya dengan penyihir kegelapan itu mengutuk lord Allion lalu memindahkan kerajaannya ke tempat yang sangat jauh, lalu menyembunyikannya dengan mantra agar tidak ada seorangpun yang bisa menemukannya" kata Hyle panjang lebar.
Sedikit info (dari author), Hydra Allion seorang lord keturunan demon-werewolf, nama kerajaannya yang hilang adalah Capryla dan Hyle adalah kaki tangannya, pemimpin pasukan utama dan sahabatnya. Lord Allion juga memiliki adik perempuan yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya semenjak hari peperangan (hari di mana dia dan kerajaannya dikutuk).
"ouh wow cerita yang menarik" Leria memutar bola matanya, rasanya seperti dongeng yang dibacakan sebelum tidur dan terdengar cukup dramatis.
"lalu, apa ka- aa..." sebelum Mellisa selesai bicara, tiba-tiba sebuah tali mengikat kaki kanannya lalu menariknya keatas, sehingga Mellisa bergelantung dengan posisi terbalik.
"syukurlah aku memakai celana panjang kali ini, hei tolong aku"
"tunggu, jangan ada yang bergerak, ini jebakan" Allion langsung buka suara saat melihat Leria hendak bergerak mendekati Mellisa
"lalu bagaimana?" Leria menatap pria itu dengan sebelah alis terangkat, sedangkan Hyle sedang mengawasi sekitar mereka dengan waspada.
"saling berdekatan dan tetap waspada" perintah Allion dengan sikap wibawa dan mutlak.
Leria menghela napas, lalu berjalan mendekati Allion dan Hyle, namun tiba-tiba sebuah asap yang entah keluar dari mana dan mulai mengepung mereka.
"kelihatannya ini buruk" kata Mellisa yang masih menggantung.
"apa-apaan ini!?" kata Hyle panik sambil mengibas-ngibaskan tangannya
"aku mulai pusing" kata Leria dengan lemah, gadis itu juga mulai terhuyung, sedangkan Mellisa yang terikat diatas sudah tidak sadarkan diri, bahkan Jack sudah jatuh ke tanah dan juga tidak sadarkan diri. Beberapa detik kemudian, mereka semua kehilangan kesadaran.
...♣♣♣...
Allion mulai membuka matanya perlahan-lahan, pria bermata tajam nan dingin itu mulai mengedarkan pandangannya, mengamati sekitar hingga dia menyadari mereka dalam masalah besar sekarang. Bagaimana tidak?! mereka berempat terikat dan di depan sana ada lumayan banyak orang yang sedang memanaskan air dalam kuali super besar, mereka bahkan menambahkan beberapa dedaunan dan bumbu.
Kau tau apa maksudnya? Yeah mereka akan dimasak hidup-hidup, ya ampun apa-apaan orang-orang ini!?
"hei bangunlah" Allion mencoba membangunkan siapapun yang terikat bersamanya, karena rasanya itu bukan Hyle, mereka terikat saling membelakangi.
"hei ya ampun bangun!" Allion mulai kesal karena orang ini sangat sulit dibangunkan dan dia tak mungkin berteriak.
"ayolah bangun, kamu bercanda!? bangun sekarang cepat!!" Allion mulai mengerakkan tubuh dan tangannya yang terikat sambil mengeram.
"eugh.. pusing sekali" Allion langsung menghela napas saat gadis itu sudah bersuara.
"sst.. perhatikan sekitar, kita sedang dalam masalah besar, bantu aku cari jalan keluarnya" gadis itu mulai melihat kesekeliling dan menghela napas berat.
"dimana Jack?" katanya pelan.
"huh.. siapa Jack??"
"kelinci... putih, kamu melihatnya?"
"yang benar saja, kau mencari kelinci bodoh saat kita semua hampir mati!?" Allion hampir berteriak tapi hanya menggeram.
"DIA TIDAK BODOH TAU!!" dan Mellisa-yang terikat bersama Allion-malah berteriak.
Semua orang melihat kearah mereka dan Mellisa hanya bisa meringis karena kecerobohannya, bukannya membantu mencari jalan keluar dia malah menambah masalah, Leria dan Hyle yang terikat tak jauh dari mereka juga sudah sadar.
"baiklah semua, saat mereka berjalan mendekat, dalam hitungan ketiga, bagaimanapun caranya kita harus berdiri, mengerti?"
"ya"
"ya lord" Leria dan Hyle yang terlatih menjawab dengan mantap.
"entahlah" Mellisa bahkan tidak tau bagaimana harus melakukannya.
"dorong tubuhmu kebelakang dan melompatlah secara bersamaan" Hyle menjelaskan secara singkat karena melihat keraguan Mellisa.
"oke, satu... tiga!!"
"apa??!" belum selesai keterkejutannya dengan bagaimana Allion menghitung, pria itu langsung menariknya sehingga mau tak mau Mellisa melakukan apa yang Hyle katakan, walaupun sangat sulit. Disaat itu juga, orang-orang aneh itu sudah mengepung mereka.
"tunggu sebentar, aku punya belati di balik gaunku" Mellisa mencari belati itu dengan kesusahan karena kedua tangannya diikat kebelakang bersama tangan Allion.
"duh turunkan sedikit tanganmu, ini sangat sulit" gerutu Mellisa kesal.
"teman-teman, bisa tidak lebih cepat!? mereka mulai menyerang" kata Leria sambil menendang beberapa orang yang mencoba mendekati mereka dibantu oleh Hyle.
"ouh dapat!" Mellisa langsung membuka penutup belati dan mencoba memotong tali yang mengikat tangan mereka.
"auh" rintih Mellisa saat Allion bergerak secara tiba-tiba untuk menendang seseorang, hingga membuat belati itu menggores pergelangkan tangan Mellisa.
"ada apa?" tanya Allion.
"tidak ada, bukan apa-apa" setelah tali yang mengikat mereka terputus, Mellisa langsung melempar belati itu pada Allion karena mereka dikepung, lalu gadis itu berlari dengan gesit menjauhi kerumunan itu menuju meja disudut lain ruangan yang sangat besar itu.
"aku tidak mengerti apa yang ingin gadis aneh itu lakukan" kata Allion tak habis pikir sambil melepaskan tali yang mengikat Leria bersama Hyle.
"biarkan saja, dia tau apa yang dia lakukan" kata Leria santai.
Beberapa orang yang menculik mereka mengejar Mellisa, karena tubuhnya mungil, jadi sangat mudah untuk Mellisa menghindar, apalagi dia orang yang lincah.
"gotcha!" Mellisa menemukan Jack dibawah kursi di sudut ruangan. Gadis itu harus membungkuk untuk dapat meraih Jack. Setelah mendapatkan Jack, saat dia berbalik, ada dua orang berdiri tepat dihapannya dengan memegang tombak yang mengarah kepadanya.
"ouh ya ampun" Mellisa mengerutkan keningnya panik. Namun tiba-tiba salah satu dari mereka roboh setelah kepalanya dipatahkan. Dibelakangnya berdiri Allion dengan wajah datarnya. Saat satu orang yang lain ingin menyerang Allion, pria itu langsung meninju bagian dadanya dengan kuat.
"cukup berani tapi tidak cukup pintar" kata Allion dengan sinis yang dibalas dengan dengusan kasar dari Mellisa.
"sebaiknya kita pergi sekarang lord" Hyle berjalan mendekati Allion sedangkan Leria hanya berdiri di depan pintu. Semua orang-orang yang menculik mereka sudah dilumpuhkan, dan tidak seperti kebanyakan pertarungan serius, hampir tidak ada darah yang keluar.
"kamu cukup lincah, apa kamu bisa beladiri?" Tanya Hyle pada Mellisa saat mereka berjalan bersama keluar dari ruangan besar itu.
"tidak, aku bahkan tidak tau cara menggunakan pedang" jawab Mellisa santai sambil mengusap-usap kepala Jack perlahan.
Mereka berjalan memasuki hutan lebih dalam, hari mulai gelap, jadi mereka harus cepat menemukan tempat beristirahat yang aman dari makhluk buas.
"Mellisa, sepertinya tanganmu terluka" kata Leria yang melihat darah mengalir di tangan sahabatnya itu, Leria langsung menarik lengan Mellisa untuk memeriksa apakah itu parah atau tidak. Leah mendapati satu sayatan yang lumayan lebar di pergelangan tangan Mellisa.
"apa tidak sakit? Bagaimana bisa kamu tidak menyadarinya?!" tanya Leria cemas, walau gadis itu sering bersikap tak peduli pada sekitarnya, namun sebenarnya Leria sangat perhatian, apa lagi pada orang-orang terdekatnya.
Sebelum percakapan itu berlanjut lebih lama, Hyle langsung menutup luka Mellisa dengan sapu tangan yang sudah diisi dengan daun-daun pengobatan herbal, setelah itu Hyle sempat melihat Allion yang pergi menjauh dari sana.
Leria membantu Hyle membuat api unggun, setelah itu mereka membuat tempat untuk beristirahat disana.
"benar-benar dingin ya" kata Mellisa kesal yang melihat Allion jauh dari mereka seperti tak ingin diganggu. Setelah semua persiapan selesai, mereka langsung tidur karena merasa sangat kelelahan.
Pagi yang cerah, suara-suara burung terdengar menyenangkan memenuhi atmosfer yang sepi. Mellisa membuka matanya secara perlahan, mencoba menyesuaikan dengan cahaya yang masuk lewat celah-celah dedaunan.
"Jack!?" Mellisa langsung mendudukan tubuhnya saat tidak melihat kelinci itu disampingnya, tempat Jack tidur semalam.
"sebegitu sayangnya pada kelinci bodoh ini!?" kata Allion dengan sinis, lalu menurunkan Jack dari gendongannya, kelinci putih itu langsung berlari kearah Mellisa dan tidur di pangkuan gadis itu.
"kau menculiknya ya!?" kau bilang dia bodoh,tapi diam-diam ingin mengambilnya dariku!" tuduh Mellisa sambil memincingkan matanya kearah Allion, dan pria tampan dan dingin itu hanya mengernyit.
"hei siapa juga yang ingin mengambil kelinci bodohmu itu?!" balas Allion tak mau kalah.
"tapi ini buk-.."
Byur..
Suatu suara yang berasal dari sungai langsung mengalihkan atensi kedua orang yang sedang berdebat itu. Di sungai itu ada Hyle dan Leria yang terjatuh kedalam air, mereka saling bertatapan dengan Hyle di bawah Leria dan sebelah tangannya melingkar diatas pinggang gadis itu. Dengan cepat Leria langsung bangkit dan merapikan rambut panjang coklatnya yang sudah basah sebagian, Hyle juga ikut berdiri.
"apa yang kalian melakukan?" tanya Mellisa penasaran, sekarang gadis itu sudah berdiri di pinggir sungai bersama Allion.
"tidak ada" Leria langsung pergi meninggalkan sungai tersebut dengan wajah merah padam namun agak masam, Mellisa mengekor dibelakang Leria.
"wow" Allion menyeringai ke arah Hyle.
"apa? itu hanya kecelakaan, kami hanya mencari ikan" Hyle berkata dengan datar, menghiraukan Allion yang mencoba menggodanya.
"benarkah!?" Hyle mendengus kasar mendengar nada bicara Allion yang menurutnya sangat menggelikan.
"Jadi kemana sebenarnya kalian pergi?" Hyle orang pertama yang membuka suara saat sarapan.
"sebenarnya... kami tidak tau" jawab Mellisa terlampau jujur sambil memberikan sedikit ikan bakar kepada Jack dan anehnya kelinci itu sangat menikmatinya.
"aneh" gumam Mellisa pelan, pasalnya setau Mellisa kelinci hanya memakan tumbuh-tumbuhan, terutama wortel, ya sudahlah setidaknya Jack tidak kelaparan.
"jadi kalian berkelana tanpa arah!!?" Allion berkata dengan nada mengejek.
"sebenarnya kami mencari keluarga kami yang melarikan diri karena desa kami diserang penyihir kegelapan" Mellisa menjelaskan dengan tergesa-gesa karena tidak terima diejek pria dingin yang mengaku dirinya lord.
"hanya belum menemukan petunjuk dimana mereka" Leria melanjutkan penjelasan Mellisa.
"itu sama saja, kalian berjalan jauh-jauh tanpa arah" Allion bersedekap dengan tatapan arogannya.
"kalian juga, kalian bilang sedang mencari kerajaan kalian yang hilang, bukankah itu juga tanpa tujuan!?" Mellisa menaikkan sedikit nada bicaranya.
"itu berbeda, kami tau kemana kami harus pergi" Allion tetap tidak ingin mengalah.
"teman-teman..."
"ouh benarkah?! tapi kenapa kalian kelihatannya seperti tersesat? Lupa jalannya?" mengacuhkan panggilan Hyle, mereka tetap berdebat.
"jangan asal bicara, kamu tidak tau apa-apa"
Sebelum Mellisa kembali menyahuti perkataan Allion, Hyle dan Leria langsung menarik kedua manusia itu untuk berlari menjauh.
"ada apa?" tanya Mellisa yang terus berlari bersama yang lainnya.
"lihatlah kebelakang, seekor beruang raksasa sedang mengejar kita" kata Leria yang juga tengah berlari disamping Mellisa.
Karena penasaran, Mellisa menoleh kebelakang. Seekor beruang yang mungkin berukuran 3x lebih besar daripada beruang pada umumnya dengan bulu berwarna hitam pekat, taring dan cakar yang sangat runcing sedang mengejar mereka. Wow sangat menyeramkan. Tanpa sadar, Mellisa melambatkan larinya, padahal beruang ganas itu sedang berlari mendekati mereka dengan cepat.
"kau gila ya" Allion langsung menarik tangan Mellisa dan menyeretnya ke sisi kiri.
"berpencar" perintah Allion yang membuat Hyle langsung berlari kekanan diikuti Leria dibelakangnya.
Mereka sudah berlari cukup lama dan Mellisa juga sudah tidak sanggup berlari lagi, jadi gadis itu memutuskan untuk duduk sejenak, toh makhluk itu tidak terlihat lagi.
"hanya ini kemampuanmu?! lemah sekali!!" Allion berkata dengan sinis dan sarat akan nada mengejek, bahkan pria tampan bak dewa yunani itu berdiri angkuh didepan Mellisa dengan tangan bersedekap.
"kenapa selalu mengajak ribut?!" dengan emosi Mellisa langsung bangkit berdiri.
"siapa yang mengajak ribut?? aku hanya mengatakan faktanya" Allion mendelikkan bahunya acuh.
"omong kosong" Mellisa langsung berjalan cepat lurus kedepan, sedangkan Allion hanya berjalan santai dibelakang gadis itu.
Walaupun Allion berjalan santai tidak membuatnya ketinggalan jauh dari Mellisa karena secara signifikan lebih lebar langkahnya daripada langkah gadis itu. Kelihatannya gadis itu sedang kesal, dia hanya berjalan dengan cepat sambil sesekali menendang kerikil atau ranting kecil.
"sekarang bagaimana? kita tersesat dan terpisah dari Leria dan juga Hyle" tiba-tiba Mellisa berbalik membuat Allion berhenti dengan spontan, dari nada bicaranya, Allion merasa gadis itu sedang frustasi.
"tenang saja, didepan ada desa dan kita akan bertemu mereka disana" Allion berkata dengan datar dan kembali berjalan.
"bagaimana kamu tau?" tanya Mellisa penasaran, kini gadis itu sudah mensejajarkan langkahnya dengan Allion, yeah walaupun terkadang harus sedikit berlari.
"insting!" jawaban Allion yang sangat singkat itu membuat Mellisa terperangah.
"apa-apaan itu? insting? jangan bercanda!!" kata Mellisa ketus, Allion tidak menanggapinya lagi.
Mereka hanya berjalan dalam diam tanpa ada yang ingin melanjutkan lagi pembicaraan yang tak terlalu penting itu. Diperjalan, Mellisa hanya mengusap-usap bulu Jack yang ada di dalam tasnya, sedangkan Allion hanya melirik gadis itu sesekali.
...♣♣♣...
"wow benar katamu, kamu pasti peramal" kata Mellisa kegirangan saat mereka sudah berada di perbatasan hutan dan desa, tetapi tidak ada Hyle dan Leria disana.
"tetapi mereka tidak ada" Mellisa memelankan suaranya sambil celingak celinguk ke segala arah.
"tenang saja, mereka pasti akan sampai nanti" kata Allion datar, lalu duduk di bawah pohon yang tak jauh dari perbatasan desa itu.
"aku curiga, kamu pasti benar-benar peramal kan!?" Mellisa juga ikutan duduk didepan Allion, matanya yang memancarkan rasa penasaran itu menatap lekat kearah Allion.
"apa-apaan itu? tentu saja bukan" Allion menaikkan sebelah alisnya.
"kalau bukan, bagaimana kamu tau?!" Mellisa semakin memajukan kepalanya.
"kan sudah kubilang insting"
"omomg kosong" Mellisa memalingkan wajahnya karena kesal, gadis mungil itu bahkan mengembungkan pipinya.
Yang benar saja batin Allion melihat tingkah Mellisa.
"ouh ternyata kalian disini" Leria langsung menghampiri kedua manusia itu bersama Hyle.
"kalau begitu, ayo" Allion langsung bangkit berdiri.
Mereka menelusuri desa itu untuk mencari sebuah penginapan. Mereka memutuskan untuk mengisi tenaga mereka yang banyak, karena setelah ini akan ada banyak monster yang harus mereka hadapi.
Setelah sampai di suatu penginapan yang tidak terlalu besar, mereka langsung memesan dua kamar.
"aku akan berendam sebentar" kata Leria saat mereka sudah berada di kamar.
"baiklah aku juga"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!