Jeratan Ikatan Suci
Setiap orang pasti memiliki impian dengan hari pernikahan mereka. Begitu pula dengan seorang gadis bernama Layla Retara. Pernikahan mewah di sebuah hotel dengan gaun indah bak ratu dengan pria pujaan hatinya yang menjadi mempelai, itulah impian dari Layla. Walau terkadang dia juga pernah berpikir untuk tidak menikah sama sekali.
Tapi lihatlah apa yang terjadi saat ini. Kini dia berada di KUA bukan di hotel. Menikah dengan seseorang yang tidak pernah Layla bayangkan akan menjadi suaminya. Pernikahan yang sah setelah kedua mempelai menandatangani akte pernikahan. Tanpa sadar saat itu juga air mata Layla jatuh. Sekuat apapun dia menahan untuk tidak menangis, dia tetap tidak bisa. Bukan ini pernikahan impiannya, terlebih bukan pria ini yang dia cintai.
"Demi si kecil," bisik Mama Layla yang bernama Lady.
Layla hanya diam tidak menyahut. Pernikahan ini telah merubah status Alvano yang dulunya adalah kakak ipar Layla menjadi suaminya. Dengan kata lain Layla menikah dengan seorang duda beranak satu. Dan pernikahan ini terjadi hanya untuk anak kakaknya yang masih berumur hitungan minggu.
Pernikahan ini bisa dikatakan pernikahan dadakan.
"Kami akan langsung ke apartemen saja, Ma." Dengan wajah datarnya Alvano sudah melangkah menuju mobil pribadi pria itu.
"Pergilah bersama suamimu," Mama Lady sedikit mendorong tubuh Layla yang sudah menggendong si kecil, alasan pernikahan ini terjadi.
Layla menghela nafas. Suami darimana? Dia bahkan tidak menganggap pria itu sebagai suaminya.
"Kau duduk di belakang," suruh Alvano saat menyadari Layla mengikutinya.
Layla menatap sinis kakak ipar yang telah berubah status menjadi suaminya itu. Dia pun tidak sudi berada di sebelah pria itu. Menjengkelkan.
"Dengar, kita menikah hanya di atas kertas. Wanita sepertimu tidak akan bisa menggantikan istriku. Jangan mimpi untuk menggantikan posisinya untukku." Itulah ucapan pertama yang Layla dengar setelah mereka sampai di apartemen pria ini.
Seingat Layla ini bukanlah apartemen dimana Alvano dan kakaknya dulu tinggal. Tapi bodo amat untuknya. Siapa yang peduli?
"Kamarmu ada di sebelah kamar utama. Jika terjadi sesuatu pada putriku langsung temui aku." Setelah mengucapkan itu Alvano masuk ke dalam kamar utama yang adalah miliknya.
Layla membenci setiap ucapan dari laki-laki bernama Alvano itu. Enak saja memerintahnya sembarangan.
"Hey sayang, kamu lihat sikap papamu itu? Jangan jadi sepertinya ya. Kamu harus seperti kakak. Jangan jadi sepertinya. Ok?" Layla berucap kepada bayi imut itu. Ya dia memutuskan akan dipanggil kakak bukan mama untuk anak Lina. Mama gadis ini hanya satu yaitu kakaknya dan bukan yang lain.
"Sebenarnya namamu siapa sih? Kamu belum dikasih nama ya? Kalau gitu kakak bakal panggil kamu Leyla saja, biar nama kita mirip hehe." Layla terkekeh sendiri sambil berjalan menuju kamarnya.
Lihatlah betapa kejamnya pria itu meninggalkannya sendiri dengan berbagai tas miliknya yang masih ada di ruang tamu.
Di dalam kamar ternyata memang sudah diatur dengan keperluan bayi. Ada box bayi di samping tempat tidur. Dan karena baby Leyla sudah tidur, Layla memutuskan untuk menaruhnya di sana.
"Tidur dulu ya, kakak perlu mengerjakan tugas kuliah," pinta Layla.
Layla kembali ke ruang tamu dan mengambil semua barang-barangnya. Setelah itu dia langsung mengambil laptopnya dan menghidupkan ponsel yang dia matikan sejak kemarin.
Ada banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari beberapa orang, salah satunya Maria yang merupakan teman dekatnya di kampus. Gadis itu pasti bingung kenapa dia tiba-tiba tidak hadir di kelas hari ini. Lalu ada nomor asing yang masuk ke dalam nomor Layla.
Halo, apa benar ini Layla mahasiswi kedokteran?
^^^Iya^^^
Saya Lio mahasiswa hukum. Kemarin kita sempat ketemu di depan perpustakaan
Layla memekik tertahan dengan pesan itu. Ok, mari perkenalkan siapa itu Lio. Lio itu mahasiswa akhir kehukuman. Dan yang terpenting Lio adalah satu-satunya pujaan hatinya selama kuliah sampau saat ini.
Jadi, menerim pesan itu membuat Layla seakan mendapatkan semangat hingga menjadi hiperaktif seperti sekarang. Gadis itu sudah berguling-guling riah di atas kasur. Hingga...
Bruk
Tubuh itu jatuh mencium lantai dan menciptakan suara keras hingga terdengar ke kamar tetangga.
Alvano di kamar sebelah mendengar dengan jelas suara itu. Pria yang baru saja ingin terlelap ke alam mimpi itu akhirnya beranjak untuk memeriksa kamar sebelah. Dia takut jika ada sesuatu yang terjadi pada putrinya. Hanya putrinya.
"Ada apa?" Tanya Alvano yang baru saja membuka pintu kamar Layla.
Layla mendongak saat mendengar suara Alvano. Tidak seperti kemarin-kemarin, gadis itu terkekeh dengan menunjukkan deretan gigi putihnya. Maklum dia sedang sangat bahagia.
"Dimana putriku?"
Layla menunjuk box bayi.
"Jangan lupa berikan asi untuknya. Ada di kulkas." Setelah mengatakan itu Alvano menutup pintu kamar Layla dan kembali ke kamarnya. Aneh sekali dengan Layla.
Baby Leyla ini adalah bayi prematur sehingga membutuhkan asi untuk perkembangannya. Lalu karena ibu dari bayi itu yang merupakan kakak Layla meninggal membuat semua orang memutuskan untuk membeli asi demi kebaikan baby Leyla.
Setelah selesai menyalurkan kebahagiaannya, Layla melanjutkan pembicaraan dengan Lio.
^^^Ada yang bisa aku bantu?^^^
Gak bakal ngerepotin?
^^^Gak kok. Bilang aja^^^
Bisa ketemu besok, kamu ada waktu luang pas sore?
^^^Bisa.^^^
"Yes!" Teriak Layla tertahan.
Tunggu. Bagaimana dia bisa pergi? Saat ini dia sudah bukan remaja bebas lagi. Dia sudah menjadi seorang ibu.
"Apa yang harus kulakukan?" Tanya Layla merasa depresi.
Semua kejadian yang tiba-tiba di hidupnya ini membuatnya hampir gila.
Baru kemarin rasanya dia bersenang-senang dengan teman-teman kampusnya. Bercanda dan tertawa tanpa beban sedikit pun. Berjalan-jalan mengelilingi Bandung hingga pulang tengah malam.
Lalu, lihatlah diri Layla yang sekarang. Terkurung di apartemen seorang pria yang sialnya adalah suaminya sendiri. Gadis bebas penuh keceriaan itu kini berubah menjadi seorang ibu yang harus memikirkan anak.
Ini terlalu mendadak bagi Layla yang hidup penuh kesantaian. Hatinya sama sekali belum siap untuk semua hal ini.
Andai bukan karena paksaan mungkin saat ini Layla masih ada di Bandung dan berkutat dengan tugas kuliahnya. Mengobrol dengan Tante Tania, adik Mama Lady yang sudah seperti sahabatnya sendiri sampai tengah malam.
"Kak Lina, andai semuanya tidak terjadi. Kematianmu telah mengubah hidupku. Tidak pantaskah adikmu ini berbahagia, kak?" tanya Layla dengan pandangan kosong ke depan.
Tanpa bisa ia kontrol, pikiran itu melayang ke hari dimana semuanya di mulai. Tepatnya saat kakaknya, Lina memilih meninggalkan dunia setelah menitipkan bayi mungil untuk dijaga oleh orang-orang terdekatnya. Bayi mungil yang sayangnya lahir secara prematur hingga membutuhkan perhatian khusus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Juni Vera Waty
mantap
2024-07-16
0