Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan

Mobil yang dikendarai Alvano menuju TPU yang telah menjadi rumah terakhir untuk istri tercintanya, Lina. Langkah kaki pria itu menuju pusaran sang istri yang seperti kata Layla, tanah itu belum kering.

"Maafkan aku Lina. Aku harus melakukannya demi putri kita." Alvano memeluk nisan bertuliskan nama istrinya sambil mengenang perkataan dokter tentang kondisi putrinya.

"Putri anda sudah bisa dibawa pulang tapi bukan berarti kondisinya sudah membaik. Kesehatannya bisa memburuk kapanpun itu. Dan bayi anda membutuhkan asi bukan susu formula. Lalu sebaiknya dia dirawat oleh..." Dokter itu terdiam karena bingung harus berkata apa. Dia tahu bahwa bayi yang baru lahir itu sudah ditinggalkan oleh ibunya. "Dia memerlukan peran seorang ibu." Akhirnya hanya itu yang dikatakan oleh dokter yang menangani anaknya.

Semenjak dibawa pulang, bayi perempuan itu terus saja menangis.

"Sepertinya dia merindukan ibunya." Tatapan Mama Hera sendu sekali menatap cucunya yang tidak berhenti-hentinya menangis.

Bahkan anak bayi itu sudah diserahkan kepada Mama Lady dan juga ayah kandungnya sendiri tapi dia tetap menangis.

Mereka terlihat sangat menyayangkan bayi kecil itu. Sampai ide gila itu keluar dari otak Mama Hera.

"Bu, coba hubungi Layla. Dia adiknya Lina. Layla pasti memiliki sentuhan yang sama dengan Lina."

"Ma!" Alvano tidak terima jika istrinya disamakan dengan adik iparnya.

"Al, kamu butuh ibu untuk anakmu. Layla. Dia gadis yang tepat untuk menjadi ibu dari anakmu."

Begitulah obrolan tentang pernikahan kedua Alvano dibahas. Bahkan sekuat tenaga Alvano menolak dengan alibi akan mencari pengasuh atau ibu susu untuk putrinya ditolak oleh orang tuanya.

"Bagaimana jika mereka menyakiti cucu mama? Tidak ada yang menjamin wanita luar akan menyayangi cucuku dengan baik. Setidaknya dia Layla, adik Lina. Dia tidak mungkin menyakiti anak mendiang kakaknya sendiri."

Para orang tua memang terlihat tegas dan tak berperasaan tapi mereka sudah memikirkan dengan matang apa yang mereka lakukan. Dan inilah yang terbaik untuk semuanya.

...****************...

Tok tok tok

"Layla, ini aku Tania."

"Masuklah, aku gak kunci." suara Layla dari dalam terdengar kecil karena gadis itu sedang ada di balkon kamarnya.

"Semua orang di bawah ngecemasin kamu."

Layla tersenyum miris. Entahlah, dia sedang mengasihani dirinya sendiri saat ini. "Kalau aku lompat dari sini, aku mati gak?"

"Coba aja. Syukur-syukur kalau kamu langsung mati. Kalau semisal selamat malah lumpuh seumur hidup." Dengan entengnya Tante Tania menjawab.

"Hehe." Layla terkekeh. Kekehan yang berubah menjadi tangisan.

Tante Tania membiarkan Layla menangis. Dia tidak akan mengajak Layla berbicara sebelum gadis itu tenang.

Terkadang seseorang tidak membutuhkan pertanyaan untuk mengobati kesedihannya. Dia hanya membutuhkan pelukan seperti yang saat ini Tante Tania lakukan pada Layla. Dia memeluk keponakannya itu.

"Sudah, Tan. Terimakasih," ucap Layla setelah melepaskan pelukan Tante Tania. Dia mengusap sisa air mata di pipinya.

"Mereka memang keterlaluan memaksamu. Tapi Lay, mereka ada benarnya."

"Hah, kamu ngedukung mereka Tan?" Layla menggeleng. Dia tidak habis pikir bagaimana semua orang bisa tidak memihaknya begini.

"Bayi itu perlu seorang ibu. Kamu gak lupakan pembahasan kita kemarin-kemarin. Kalau wanita lain yang gantiin bisa jadi perkedel tuh bayi. Apalagi dia prematur, Lay. Dia butuh kasih sayang khusus dari ibunya. Dan sekarang Lina udah gak ada, hanya kamu yang bisa mengisi kekosongan Lina untukbayi itu."

Tante Layla menceritakan bagaimana bayi dari Lina yang terus saja menangis dan akhirnya diam saat kedatangan mereka. Dia menceritakan semua yang didengarnya oleh Mama Lady di bawah tadi.

"Tapi aku punya hidup sendiri, Tan. Aku punya impian sendiri. Hidup dan impianku sangat berharga untuk kukorbankan." Layla tidak akan munafik dengan berpura-pura menomor dua kan dirinya sendiri. Baginya hidupnya itu penting.

"Salah satunya mengadopsi, bukan? Kalau begitu adopsilah keponakanmu." Tante Tania menatap kedua bola mata Layla. Gadis itu menggeleng.

"Kamu tahu? Tadi di kampus aku jumpa Lio. Aku baru tahu kalau dia belum punya pacar, Tan. Waktu itu aku seneng banget. Aku sampai berandai-andai. Andai Lio itu pacar aku, gimana ya hidupku? Pasti bahagia banget. Cowok yang aku harapin akhirnya bisa jadi punyaku. Tapi apa yang terjadi sekarang seolah mengatakan 'Hey Layla, kamu gak boleh nge-plan apapun karena hidupmu bukan punyamu' kata-kata itu nampar aku banget, Tan."

Tante Tania tidak berusaha membujuk Layla lagi. Dia sendiri tahu bagaimana keponakannya ini sangat tergila-gila dengan pria bernama Lio. Bahkan dia pernah uring-uringan saat mendengar kabar pria itu jalan dengan gadis lain.

"Maaf aku tadi bawa-bawa namamu," sesal Layla karena tanpa berpikir panjang dia menyuruh Tante Tania berkorban menggantikan dirinya.

"Gak papa. Kamu pasti lagi dilema waktu itu. Ya walau aku kaget sampe rasanya nih jantung mau copot. Ucapanmu waktu itu aneh. Gimana pula dari nenek jadi mama."

Lara terkekeh dan menyindir gadis satu itu "Nyadar juga udah tua".

"YA!"

Mereka berdua tertawa. Sereceh itu memang keduanya.

"Bilang ke mereka aku gak mau pernikahan yang mewah. Cukup di kantor sipil. Hanya kita-kita yang tahu. Katakan bahwa pernikahan ini hanya diatas kertas. Aku bakal tetap kuliah dan kerja. Semuanya untuk bayi itu. Setelah dia sudah besar, pernikahan ini akan aku pikirkan ulang." Pandangan Layla kosong menatap ke depan. Keputusan terberat dalam hidupnya jatuh pada hari ini.

Tidak akan ada pernikahan mewah karena semua itu percuma karena bagi Layla ini semua hanyalah paksaan.

"Aku gak salah dengar?"

"Ha ha. Menolak pun gak gunakan Tan? Aku harus balas budi. Jika dari awal aku tahu kasih sayang itu harus dibalas, aku memilih untuk tidak dilahirkan saja." Layla menepis kesedihan di wajahnya yang entah kenapa datang lagi. Dia tidak mau kembali menangis.

"Aku ke bawah." Tante ania pamit untuk menyampaikan pesan dari Layla kepada semua orang.

"Turunlah. Bayi itu terus saja menangis. Dia membutuhkanmu." Sebelum keluar dari kamar, Tania berpesan.

"Bawa saja dia ke atas," suruh Layla.

Tante Tania benar-benar turun dan menghadap kesemua keluarga yang belum bubar. Mereka masih sibuk menenangkan si kecil.

"Dia terima," ungkap Tante Tania. Tidak lupa dia juga mengatakan semua pesan dari Layla. Termasuk menyuruh mereka untuk membawa si kecil ke atas jika memang bayi itu akan diam bersama Layla.

Semua orang senang. Bahkan mereka saling berpelukan satu sama lain. Dan Mama Lady bersama dengan Tante Tania yang membawa si kecil untuk naik ke kamar Layla.

"Layla," panggil Mama Lady.

Layla tidak menyahut dia hanya memposisikan tangannya untuk menerima si kecil.

"Mama keluarlah. Aku butuh waktu sendiri." Secara tidak langsung Layla mengusir mamanya itu tapi dia memang sedang tidak dalam kondisi untuk berbasa-basi.

"Maaf."

Flashback off

Terpopuler

Comments

,,💃iya kamu sayang

,,💃iya kamu sayang

god. Salam Thor pembaca baru

2024-07-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
2 Bab 2 Awal Semuanya
3 Bab 3 Sahabat dan Crush
4 Bab 4 Perintah Untuk Menikah
5 Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan
6 Bab 6 Penyesalan
7 Bab 7 Dua Pilihan
8 Bab 8 Kebencian
9 Bab 9 Ajakan Pertama
10 Bab 10 Sebuah Desiran
11 Bab 11 Pesan Tante Tania
12 Bab 12 Piknik
13 Bab 13 Tempat ternyaman
14 Bab 14 Prioritasku
15 Bab 15 Perubahan Sikap Alvano
16 Bab 16 Kenangan Ulang Tahun Lina
17 Bab 17 Rencana Kedepannya
18 Bab 18 Keseruan Felix dan Layla
19 Bab 19 Takjubnya Felix
20 Bab 20 Ingin Memulai Awal Baru
21 Bab 21 Rumah Tempat Ternyaman Versi Layla
22 Bab 22 Mengunjungi Alvano
23 Bab 23 Apa Kau Mencintaiku?
24 Bab 24 Bandung Tempat Pulang
25 Bab 25 Patah Hati Lio
26 Bab 26 Baikan Dengan Orang Tua
27 Bab 27 Sedang Belajar
28 Bab 28 Wisuda
29 Bab 29 Tolong Percaya Padaku
30 Bab 30 Penilaian Yang Salah
31 Bab 31 Belum Ikhlas?
32 Bab 32 Koas
33 Bab 33 Aku Cinta Kamu
34 Bab 34 Bad Feeling
35 Bab 35 Dimana Alvano?
36 Bab 36 Teror Pertama
37 Bab 37 After 6 Months
38 Bab 38 Kerinduan yang Tersalurkan
39 Bab 39 Empat Huruf
40 Bab 40 Jangan Egois
41 Bab 41 Aku Merindukanmu
42 Bab 42 Maria Chandra?
43 Bab 43 Bentakan Layla
44 Bab 44 Kembali Disuruh Memilih
45 Bab 45 Keyakinan
46 Bab 46 Hubungan Renggang
47 Bab 47 Teror Kedua
48 Bab 48 Aku Tidak Mau Mati
49 Bab 49 Baikan?
50 Bab 50 Tolong Jangan Berhenti
51 Bab 51 Demi Keutuhan Keluarga
52 Bab 52 Cinta Menurut Felix
53 Bab 53 Frustasi
54 Bab 54 UKMPPD
55 Bab 55 Kehilangan Putri Bungsu
56 Bab 56 Pembunuhnya...
57 Bab 57 Memilih Pergi
58 Bab 58 Flashback 1
59 Bab 59 Titik Terang
60 Bab 60 Layla Pergi
61 Bab 61 Apa Salah Alvano?
62 Bab 62 Flashback 2
63 Bab 63 Flashback 3
64 Bab 64 Flashback 4
65 Bab 65 Dua Wanita Hamil?
66 Bab 66 The Last of Flashback
67 Bab 67 Tahun Penuh Perjuangan
68 Bab 68 You Have To Happy, Layla
69 Bab 69 Kematian dan Kelahiran
70 Bab 70
71 Bab 71 Cestin Moreau
72 Bab 72 Vina Punya Mama?
73 Bab 73 Dia Tidak Punya Mommy, Kita Tidak Punya Daddy
74 Bab 74 Aunty jadi Mommy
75 Bab 75 Terlalu Sibuk Dengan Dunia Sendiri
76 Bab 76 Pasien dan Dokter
77 Bab 77 Pertemuan
78 Bab 78 Lima Menit
79 Bab 79 Tidak Ada Perceraian
80 Bab 80 Trauma
81 Bab 81 Kembalilah
82 Bab 82 Sosok Pengganti Tania?
83 Bab 83 Pelepasan Unek-unek
84 Bab 84 Ditolak Liam dan Xavier
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
2
Bab 2 Awal Semuanya
3
Bab 3 Sahabat dan Crush
4
Bab 4 Perintah Untuk Menikah
5
Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan
6
Bab 6 Penyesalan
7
Bab 7 Dua Pilihan
8
Bab 8 Kebencian
9
Bab 9 Ajakan Pertama
10
Bab 10 Sebuah Desiran
11
Bab 11 Pesan Tante Tania
12
Bab 12 Piknik
13
Bab 13 Tempat ternyaman
14
Bab 14 Prioritasku
15
Bab 15 Perubahan Sikap Alvano
16
Bab 16 Kenangan Ulang Tahun Lina
17
Bab 17 Rencana Kedepannya
18
Bab 18 Keseruan Felix dan Layla
19
Bab 19 Takjubnya Felix
20
Bab 20 Ingin Memulai Awal Baru
21
Bab 21 Rumah Tempat Ternyaman Versi Layla
22
Bab 22 Mengunjungi Alvano
23
Bab 23 Apa Kau Mencintaiku?
24
Bab 24 Bandung Tempat Pulang
25
Bab 25 Patah Hati Lio
26
Bab 26 Baikan Dengan Orang Tua
27
Bab 27 Sedang Belajar
28
Bab 28 Wisuda
29
Bab 29 Tolong Percaya Padaku
30
Bab 30 Penilaian Yang Salah
31
Bab 31 Belum Ikhlas?
32
Bab 32 Koas
33
Bab 33 Aku Cinta Kamu
34
Bab 34 Bad Feeling
35
Bab 35 Dimana Alvano?
36
Bab 36 Teror Pertama
37
Bab 37 After 6 Months
38
Bab 38 Kerinduan yang Tersalurkan
39
Bab 39 Empat Huruf
40
Bab 40 Jangan Egois
41
Bab 41 Aku Merindukanmu
42
Bab 42 Maria Chandra?
43
Bab 43 Bentakan Layla
44
Bab 44 Kembali Disuruh Memilih
45
Bab 45 Keyakinan
46
Bab 46 Hubungan Renggang
47
Bab 47 Teror Kedua
48
Bab 48 Aku Tidak Mau Mati
49
Bab 49 Baikan?
50
Bab 50 Tolong Jangan Berhenti
51
Bab 51 Demi Keutuhan Keluarga
52
Bab 52 Cinta Menurut Felix
53
Bab 53 Frustasi
54
Bab 54 UKMPPD
55
Bab 55 Kehilangan Putri Bungsu
56
Bab 56 Pembunuhnya...
57
Bab 57 Memilih Pergi
58
Bab 58 Flashback 1
59
Bab 59 Titik Terang
60
Bab 60 Layla Pergi
61
Bab 61 Apa Salah Alvano?
62
Bab 62 Flashback 2
63
Bab 63 Flashback 3
64
Bab 64 Flashback 4
65
Bab 65 Dua Wanita Hamil?
66
Bab 66 The Last of Flashback
67
Bab 67 Tahun Penuh Perjuangan
68
Bab 68 You Have To Happy, Layla
69
Bab 69 Kematian dan Kelahiran
70
Bab 70
71
Bab 71 Cestin Moreau
72
Bab 72 Vina Punya Mama?
73
Bab 73 Dia Tidak Punya Mommy, Kita Tidak Punya Daddy
74
Bab 74 Aunty jadi Mommy
75
Bab 75 Terlalu Sibuk Dengan Dunia Sendiri
76
Bab 76 Pasien dan Dokter
77
Bab 77 Pertemuan
78
Bab 78 Lima Menit
79
Bab 79 Tidak Ada Perceraian
80
Bab 80 Trauma
81
Bab 81 Kembalilah
82
Bab 82 Sosok Pengganti Tania?
83
Bab 83 Pelepasan Unek-unek
84
Bab 84 Ditolak Liam dan Xavier

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!