Bab 3 Sahabat dan Crush

Beberapa hari kemudian

Hari ini Layla baru saja menyelesaikan kelasnya. Dia bersama dengan temannya, Maria memilih untuk pergi ke kantin kampus. Jika dilihat-lihat sekarang juga sudah waktunya makan siang.

"Lay, maaf nih ya. Tapi gue pengen nanya ke kamu," ucap Maria yang sebenarnya sudah sangat akrab dengan Layla. Mereka berteman dari awal masuk dan karena dari kota yang sama mereka akhirnya jadi lebih dekat daripada dengan yang lain.

"Tanya aja." Layla memegang menu dan melihat daftar makanan yang ada. Dia ingin sesuatu yang berbeda dari biasanya yang dia makan.

"Aku dengar kakakmu meninggal. Iya?" Tanya Maria.

Dahi Layla mengernyit. Dia bingung darimana Maria bisa tahu. Perasaan dia tidak pernah cerita dengan siapapun dan dia tidak pernah mengepost hal-hal yang bersangkutan dengan kematian kakaknya. "Tahu darimana?"

Maria menghela nafas. Temannya yang satu ini pikun atau bagaimana sih. "Kamu lupa atau apasih? Kakakmu itukan mantan ar--- mmmph."

"Diamlah," lirih Layla yang refleks membekap mulut Maria. Setelah Maria diam barulah Layla melepaskan mulut Maria.

"Sorry sorry, aku lupa kalau cuman aku yang tahu itu," jujur Maria merasa bersalah.

Lina Retara, artis terkenal pada masanya. Kakak Layla itu memutuskan untuk berhenti disaat kariernya sedang ada di atas hanya karena akan menikah dengan kakak iparnya. Layla tidak mau orang lain mengetahui bahwa dia adik Lina. Dia tidak mau mencari perhatian dengan nama kakaknya dan juga dia tidak mau dikenal karena nama kakaknya.

"Beritanya lama juga keluar. Ternyata mereka tidak secepat itu berburu informasi," ucap Layla mengingat ini adalah hari ke sepuluh sejak kematian kakaknya.

"Kapan meninggalnya?" Tanya Maria. Dia pernah menjadi salah satu fans dari Lina Retara.

"Udah mau dua minggu yang lalu."

"Meninggal karena apa?"

Layla tidak menjawab. Gadis itu diam. Pandangannya mengarah ke bawah. Gejolak kesedihan yang selama ini dia tekankan untuk disembunyikan seakan mencuat ke permukaan.

"Maaf, aku gak bermaksud." Maria merasa bersalah setelah menyadari ucapannya yang tanpa sadar membuat Layla menjadi sedih.

"Nih, tulis pesananmu terus kasih ke mbaknya" Layla menyerahkan kertas serta pen untuk diisi oleh Maria. Maria mengangguk tanpa banyak bicara.

Selagi Maria pergi mengantarkan kertas pesanan mereka ke mbak kantin, Layla memainkan ponselnya.

Ting...

Ada notifikasi pesan yang dia dapat dari Tante Tania.

"Apa dia udah di parkiran ya? Tapikan aku nyuruhnya jemput sore," lirih Layla bingung. Dia jelas-jelas ingat pesannya tadi kepada Tante Tania agar dijemput sore karena ada keperluan yang membuatnya harus menetap di kampus, lebih tepatnya di perpustakaan.

Layla, anak Lina sudah keluar dari rumah sakit hari ini. Mau pergi untuk melihatnya?

Layla menatap pesan itu sambil berpikir. Dia ingin sekali melihat putri mendiang kakaknya. Tapi sepertinya tidak bisa hari ini. Tugas kuliahnya menumpuk setelah ditinggalkan selama satu minggu.

^^^Nanti saja, Tan. Tugas aku numpuk banget. Mungkin minggu depan aja kita balik. Kalau kamu mau pergi sendiri ya gak papa^^^

Gaklah. Mana mungkin aku pergi tanpamu. Minggu depan aja deh

Layla tersenyum kecil melihat balasan Tante Tania. Perempuan itu memang tidak akan mau meninggalkannya sendirian. Mereka selalu bersama sejak Layla memutuskan kuliah di Bandung dan tinggal berdua bersamanya.

"Ngapain senyum-senyum? Baru dapat pesan dari Lio?" Tebak Maria yang baru saja datang dengan membawa pesanan makan siang merek berdua.

Lio itu mood boster bagi seorang Layla. Walau hanya dengan sebuah kehadiran, Lio bisa membuat Layla senyum-senyum seperti orang gila walau dari jarak jauh sekalipun.

"Mudah-mudahan terjadi," balas Layla asal dengan hati penuh harap.

"Haha... Jangan aneh-aneh deh. Lio udah punya pacar."

"Kamu yang mulai." Layla mendengus kesal dengan kenyataan satu itu. Sedih sekali kisah asmaranya. Setiap dia menyukai lawan jenis pasti mereka akan selalu bersama perempuan lain. Sedangkan Layla, gadis itu hanya bisa diam dan melihat saja.

"Seandainya Lio belum punya pacar gimana, Lay?" Tanya Maria.

"Mana aku tahu."

"Kamu gak bakal berusaha dekatin gitu?" Maria bertanya lagi.

"Gaklah, ntar dia malah ilfeel kan makin parah urusannya." Pikiran inilah yang membuat Layla selalu tertinggal di belakang.

Maria menghela nafas. Asal kalian tahu saja. Layla ini cantik, pintar lagi, banyak pria yang mengejarnya juga. Tapi sayangnya otak temannya yang satu ini sedikit lelet jika berhubungan dengan percintaan. Dia selalu merasa tidak menarik hingga sering berkata bahwa tidak ada orang yang menyukainya. Dan prasangka itu yang selalu membuat Lara tidak berani menunjukkan bahwa dia menyukai pria pujaannya.

"Terserah." Maria tidak ingin membahas lagi yang ujung-ujungnya malah dia sendiri yang akan kesal karena mendengar ribuan kata insecure dari mulut Layla.

Akhirnya mereka berdua duduk diam dengan tenang sambil menikmati makan siang masing-masing.

"Aku langsung balik ya. Kamu masih mau disini?" Tanya Maria.

Layla mengangguk. "Kamu tahu sendiri aku banyak ketinggalan. Skripsi ini itu aja belum ada yang kupersiapkan. Jadi, ya memang harus ke perpus."

Selepas kepergian Maria, Layla melangkahkan kakinya menuju perpustakaan.

"Kenapa sih perpustakaan harus ada di dekat fakultas hukum?" gumam Layla yang berbicara pada dirinya sendiri.

Layla tidak masalah sebenarnya dimana letak perpustakaan. Yang dia permasalahan adalah seseorang yang belajar di fakultas dekat itu. Ya, dia sudah memutuskan untuk melupakan Lio setelah kabar pria itu memiliki pacar. Tapi tahukah kalian? Move on itu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Susah.

"Dia pasti tidak ada di perpustakaan. Pasti. Lagian dia sudah mau wisuda pasti tidak ada urusan lagi dengan perpustakaan." Layla sangat optimis dengan hal itu, mengingat sang doi yang bulan depan akan segera wisuda.

Hingga pada akhirnya dia harus terdiam saat kenyataan tidak seindah ekspetasi. Di depan perpustakaan itu ada Lio dengan seorang gadis. Mungkinkah itu pacarnya?

"Aku gak mau tahu. Pokoknya kakak harus temani aku ke mall malam ini. Titik." Gadis yang bersama Lio itu langsung pergi setelah mengucapkan keinginannya.

"Eh, maaf." Layla kikuk saat Lio menyadari bahwa dia mendengar sedikit ucapan gadis yang dia yakini sebagai pacar Lio. "Aku gak sengaja dengar."

"Gak papa." Lio tersenyum ramah.

Oh Tuhan, tidakkah Lio tahu sekarang jantung Layla berdebar kencang. Jika saja Lio tidak di depannya sudah dipastikan dia akan nge-reog dengan bahagia.

"Layla kan? Mahasiswi kedokteran?"

"Iya," jawab Layla dengan menahan senyuman lebarnya. Lio mengingatnya. Lio mengingatnya!!!

"Sorry kalau ucapan adikku malah buat keributan tadi." Wajah Lio terlihat menyesal.

"Adik!?"

Lio bingung dengan ekspresi Layla yang terkejut.

"Maksudku. Dia adikmu? Aku pikir... pacar." Layla melirih di dua kata terakhirnya.

"Pacar? Aku belum punya pacar."

Layla tersenyum senang tanpa sadar. Sepersekian detik kemudian dia langsung mengontrol ekspresinya dan berdehem.

"Kalau gitu aku masuk ke perpus dulu ya."

Lio mengangguk dengan senyum manis tetap dia tunjukkan.

Tahukah kalian seberapa salah tingkahnya Layla sekarang? Dirinya seakan-akan ingin menghilang dari muka bumi sangking senangnya. Lio tidak punya pacar. Dan masih ada kesempatan untuknya. Yes!!!

Episodes
1 Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
2 Bab 2 Awal Semuanya
3 Bab 3 Sahabat dan Crush
4 Bab 4 Perintah Untuk Menikah
5 Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan
6 Bab 6 Penyesalan
7 Bab 7 Dua Pilihan
8 Bab 8 Kebencian
9 Bab 9 Ajakan Pertama
10 Bab 10 Sebuah Desiran
11 Bab 11 Pesan Tante Tania
12 Bab 12 Piknik
13 Bab 13 Tempat ternyaman
14 Bab 14 Prioritasku
15 Bab 15 Perubahan Sikap Alvano
16 Bab 16 Kenangan Ulang Tahun Lina
17 Bab 17 Rencana Kedepannya
18 Bab 18 Keseruan Felix dan Layla
19 Bab 19 Takjubnya Felix
20 Bab 20 Ingin Memulai Awal Baru
21 Bab 21 Rumah Tempat Ternyaman Versi Layla
22 Bab 22 Mengunjungi Alvano
23 Bab 23 Apa Kau Mencintaiku?
24 Bab 24 Bandung Tempat Pulang
25 Bab 25 Patah Hati Lio
26 Bab 26 Baikan Dengan Orang Tua
27 Bab 27 Sedang Belajar
28 Bab 28 Wisuda
29 Bab 29 Tolong Percaya Padaku
30 Bab 30 Penilaian Yang Salah
31 Bab 31 Belum Ikhlas?
32 Bab 32 Koas
33 Bab 33 Aku Cinta Kamu
34 Bab 34 Bad Feeling
35 Bab 35 Dimana Alvano?
36 Bab 36 Teror Pertama
37 Bab 37 After 6 Months
38 Bab 38 Kerinduan yang Tersalurkan
39 Bab 39 Empat Huruf
40 Bab 40 Jangan Egois
41 Bab 41 Aku Merindukanmu
42 Bab 42 Maria Chandra?
43 Bab 43 Bentakan Layla
44 Bab 44 Kembali Disuruh Memilih
45 Bab 45 Keyakinan
46 Bab 46 Hubungan Renggang
47 Bab 47 Teror Kedua
48 Bab 48 Aku Tidak Mau Mati
49 Bab 49 Baikan?
50 Bab 50 Tolong Jangan Berhenti
51 Bab 51 Demi Keutuhan Keluarga
52 Bab 52 Cinta Menurut Felix
53 Bab 53 Frustasi
54 Bab 54 UKMPPD
55 Bab 55 Kehilangan Putri Bungsu
56 Bab 56 Pembunuhnya...
57 Bab 57 Memilih Pergi
58 Bab 58 Flashback 1
59 Bab 59 Titik Terang
60 Bab 60 Layla Pergi
61 Bab 61 Apa Salah Alvano?
62 Bab 62 Flashback 2
63 Bab 63 Flashback 3
64 Bab 64 Flashback 4
65 Bab 65 Dua Wanita Hamil?
66 Bab 66 The Last of Flashback
67 Bab 67 Tahun Penuh Perjuangan
68 Bab 68 You Have To Happy, Layla
69 Bab 69 Kematian dan Kelahiran
70 Bab 70
71 Bab 71 Cestin Moreau
72 Bab 72 Vina Punya Mama?
73 Bab 73 Dia Tidak Punya Mommy, Kita Tidak Punya Daddy
74 Bab 74 Aunty jadi Mommy
75 Bab 75 Terlalu Sibuk Dengan Dunia Sendiri
76 Bab 76 Pasien dan Dokter
77 Bab 77 Pertemuan
78 Bab 78 Lima Menit
79 Bab 79 Tidak Ada Perceraian
80 Bab 80 Trauma
81 Bab 81 Kembalilah
82 Bab 82 Sosok Pengganti Tania?
83 Bab 83 Pelepasan Unek-unek
84 Bab 84 Ditolak Liam dan Xavier
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
2
Bab 2 Awal Semuanya
3
Bab 3 Sahabat dan Crush
4
Bab 4 Perintah Untuk Menikah
5
Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan
6
Bab 6 Penyesalan
7
Bab 7 Dua Pilihan
8
Bab 8 Kebencian
9
Bab 9 Ajakan Pertama
10
Bab 10 Sebuah Desiran
11
Bab 11 Pesan Tante Tania
12
Bab 12 Piknik
13
Bab 13 Tempat ternyaman
14
Bab 14 Prioritasku
15
Bab 15 Perubahan Sikap Alvano
16
Bab 16 Kenangan Ulang Tahun Lina
17
Bab 17 Rencana Kedepannya
18
Bab 18 Keseruan Felix dan Layla
19
Bab 19 Takjubnya Felix
20
Bab 20 Ingin Memulai Awal Baru
21
Bab 21 Rumah Tempat Ternyaman Versi Layla
22
Bab 22 Mengunjungi Alvano
23
Bab 23 Apa Kau Mencintaiku?
24
Bab 24 Bandung Tempat Pulang
25
Bab 25 Patah Hati Lio
26
Bab 26 Baikan Dengan Orang Tua
27
Bab 27 Sedang Belajar
28
Bab 28 Wisuda
29
Bab 29 Tolong Percaya Padaku
30
Bab 30 Penilaian Yang Salah
31
Bab 31 Belum Ikhlas?
32
Bab 32 Koas
33
Bab 33 Aku Cinta Kamu
34
Bab 34 Bad Feeling
35
Bab 35 Dimana Alvano?
36
Bab 36 Teror Pertama
37
Bab 37 After 6 Months
38
Bab 38 Kerinduan yang Tersalurkan
39
Bab 39 Empat Huruf
40
Bab 40 Jangan Egois
41
Bab 41 Aku Merindukanmu
42
Bab 42 Maria Chandra?
43
Bab 43 Bentakan Layla
44
Bab 44 Kembali Disuruh Memilih
45
Bab 45 Keyakinan
46
Bab 46 Hubungan Renggang
47
Bab 47 Teror Kedua
48
Bab 48 Aku Tidak Mau Mati
49
Bab 49 Baikan?
50
Bab 50 Tolong Jangan Berhenti
51
Bab 51 Demi Keutuhan Keluarga
52
Bab 52 Cinta Menurut Felix
53
Bab 53 Frustasi
54
Bab 54 UKMPPD
55
Bab 55 Kehilangan Putri Bungsu
56
Bab 56 Pembunuhnya...
57
Bab 57 Memilih Pergi
58
Bab 58 Flashback 1
59
Bab 59 Titik Terang
60
Bab 60 Layla Pergi
61
Bab 61 Apa Salah Alvano?
62
Bab 62 Flashback 2
63
Bab 63 Flashback 3
64
Bab 64 Flashback 4
65
Bab 65 Dua Wanita Hamil?
66
Bab 66 The Last of Flashback
67
Bab 67 Tahun Penuh Perjuangan
68
Bab 68 You Have To Happy, Layla
69
Bab 69 Kematian dan Kelahiran
70
Bab 70
71
Bab 71 Cestin Moreau
72
Bab 72 Vina Punya Mama?
73
Bab 73 Dia Tidak Punya Mommy, Kita Tidak Punya Daddy
74
Bab 74 Aunty jadi Mommy
75
Bab 75 Terlalu Sibuk Dengan Dunia Sendiri
76
Bab 76 Pasien dan Dokter
77
Bab 77 Pertemuan
78
Bab 78 Lima Menit
79
Bab 79 Tidak Ada Perceraian
80
Bab 80 Trauma
81
Bab 81 Kembalilah
82
Bab 82 Sosok Pengganti Tania?
83
Bab 83 Pelepasan Unek-unek
84
Bab 84 Ditolak Liam dan Xavier

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!