Bab 2 Awal Semuanya

Flashback on

Malam terburuk bagi semua keluarga Retara berlalu dengan tangisan dari setiap anggota keluarga. Ini pertama kalinya untuk Layla melihat sisi hancur dari kedua orang tua yang sangat dia sayangi. Dan malam itu juga pertama kalinya dia melihat kakak iparnya yang biasanya dingin terlihat hancur, sehancur-hancurnya.

"Ma." Layla memanggil mamanya yang setia duduk di sebelah putri sulungnya yang telah terbujur kaku.

"Mama makan dulu," pinta Layla dengan pandangan memohon.

Saat ini, Layla tidak menangis, bukan karena dia tidak menyayangi kakaknya itu. Tapi tahukah kalian? Jika dia memperlihatkan bagaimana hancurnya dia, siapa yang akan menghibur kedua orang tuanya yang tampak rapuh ini?

Wanita yang sudah kepala lima itu menggeleng, Mama Lady tidak punya kekuatan sama sekali bahkan untuk bergerak saja. Layla tidak berusaha memaksa mamanya lagi. Dia mengerti pasti mamanya itu merasa sangat hancur dengan kematian putri sulungnya.

"Bagaimana?" Suara Tante Tania menyapa Layla yang baru sampai di kamarnya. Layla menggeleng.

"Tan, sebaiknya biarkan mama sama papa dulu. Mereka sangat sedih sekarang," ucap Layla lemah.

Tante Tania mengangguk. Dia memang adik dari mamanya Layla. Tapi perempuan satu ini belum menikah sama sekali, jadi dia tidak tahu pasti rasanya ditinggalkan anak sendiri.

"Kasihan kakak dan kakak ipar. Tante juga kasihan sekali dengan Lina. Entah apa yang membuat Tuhan memanggilnya secepat ini," lirih Tante Tania.

"Tan," panggil Layla.

"Kenapa?"

"Kak Lina..." Mulut Layla tidak sanggup untuk berkata-kata lagi. Bibirnya bergetar hebat.

"Jangan menangis." Tante Tania langsung mendekap tubuh keponakan kesayangannya. Tangan gadis itu bergerak mengelus rambut Layla dengan penuh sayang. "Kamu harus kuat Layla. Keluargamu butuh kamu. Kalau kamu juga hancur, siapa yang akan menghibur bokap nyokapmu itu? Mereka butuh kamu."

Kata-kata itu yang selalu diingat Layla dari kemarin. Kata-kata itu membuatnya tidak berani untuk menangis di depan kedua orang tuanya. Dia hanya berani menangis di belakang mereka.

"Dia kakakku, Tan" lirih Layla.

"Iya, dia kakakmu. Dia juga keponakanku. Dia punya posisi di hati semua orang. Tegar ya, Lay."

Tidak ada yang tahu seberapa hancurnya Layla karena kematian kakaknya itu. Mereka hanya tahu seberapa tegarnya wanita itu dengan kematian kakaknya. Hanya Tante Tania yang melihat sisi hancur Layla.

...****************...

Satu minggu telah berlalu sejak kakaknya dimakamkan. Suasana di rumah Retara masih berduka. Bahkan selama satu minggu ini Layla dan Tante Tania tidur di rumah orang tuanya yang selalu terasa sepi.

"Ma, Pa" Layla menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

"Ada apa dek?" Tanya Papa Zack kepada putri bungsunya.

"Layla akan kembali ke Bandung. Kuliah Layla masih belum siap, Pa." Manik mata Layla melirik Mama Lady yang hanya diam.

Sejujurnya hati Layla belum sanggup untuk meninggalkan rumah ini. Tapi kuliahnya juga tidak bisa ditunda. Dia sudah satu minggu ini meninggalkan kuliahnya. Layla tidak mau jika sampai dia harus mengulang di detik-detik menjelang kelulusannya.

"Kembalilah," ucap Papa Zack.

"Ma," panggil Layla. Kini dia ingin mendengar ucapan Mama Lady.

"Pergilah, kuliahmu penting untuk masa depanmu. Tapi datanglah setiap akhir pekan." Layla mengangguk.

"Kapan kamu akan pergi, dek?" Tanya Papa Zack.

"Hari ini, Pa. Besok Layla harus masuk kelas," jawab Layla.

"Mau Papa antar?" Tawar Papa Zack.

"Papa disini saja. Istirahat yang baik. Jaga kesehatan juga. Jangan lupa makan. Layla akan telepon terus." Kedua orangtuanya hanya menyetujui ucapan putri bungsu mereka. Istirahat yang baik katanya.

...****************...

Perjalanan dari Jakarta ke Bandung memakan waktu sekitar dua sampai tiga jam.

"Tan," panggil Layla kepada Tante Tania yang sibuk menyetir di sebelahnya.

"Hm."

"Menurutmu gimana nasib anaknya Kak Lina?" Tanya Layla teringat akan keponakannya yang masih di dalam inkubator karena terlahir secara prematur.

"Mana aku tahu. Aku belum lihat anak Lina sama sekali," jujur Tante Tania.

"Tan, kenapa kamu belum nikah sampe sekarang?" Topik mereka tergantikan oleh pertanyaan sialan Layla.

"Ha? Ngapa tiba-tiba nanyain begitu? Ayolah girl, jangan tanya aneh-aneh." Selalu begitu, Tante Tania memang selalu menghindar dari pertanyaan begitu.

"Ayolah Tan. Selalu aja menghindar waktu aku tanya gitu. Kamu ada trauma sama cowok?" tebak Layla.

"Gak. Aku cuman mikir pernikahan itu gak sepenting yang orang-orang pikirkan. Gak sebahagia itu, Lay. Aku gak minat buat mencoba menikah dengan komitmen yang sewaktu-waktu bisa dilanggar. Menurutku, hidup sendiri itu udah cukup. Kalau perlu keturunan ya tinggal adopsi saja," jawab Tante Tania.

Tania bukan hanya sekedar Tante bagi Layla. Perempuan itu juga sahabat Layla yang menjadi teladannya. Walau usianya dikatakan sudah sangat pantas menikah, tapi Tania sama sekali tidak pernah memikirkan hal itu sebagai beban. Banyak orang yang mencibirnya karena masih melajang di usianya yang sudah 30 tahun. Tapi dia sama sekali tidak peduli. Toh ini hidupnya bukan mereka dan dialah yang menjalani.

"Aku pengen kayak gitu deh, Tan. Aku pengen ngadopsi anak yatim dari dulu. Itu impianku. Kalau menikah buatku gak bisa lakuin itu ya udah, gak usah nikah." Enteng mulut Layla berbicara.

Tante Tania terkekeh. Sepertinya dia sudah menjadi pengaruh baik atau buruk bagi Layla, tergantung sudut pandang yang membaca.

"Pikirkan kuliah dulu. Gak usah langsung ke nikah. Masih kecil juga." Layla terkekeh. Itu hanya pikirannya saja untuk saat ini.

"Oh iya, Tan. Anak Kak Lina bakal diasuh siapa kira-kira?" Tanya Layla balik ke topik awal.

"Antara keluarga suaminya atau orang tuamu paling. Mungkin juga pengasuh atau bisa jadi kakak iparmu itu nikah lagi," jawab Tante Tania dengan semua kemungkinan yang bisa terjadi.

"Kalau dia nikah lagi gawat sih kataku. Bisa-bisa ponakan tercintaku malah dapat ibu tiri. Iya kalau ibu tirinya baik, kalau jahat. Wah bisa jadi perkedel ponakanku." Layla geleng-geleng kepala dengan imajinasinya sendiri.

"Kalau gitu kamu aja yang jadi ibu penggantinya," celetuk Tante Tania.

"Ha? Maksudmu?" Otak Layla nge-lag dengan kata ibu pengganti yang dikatakan Tante Tania.

"Kamu yang nikah sama kakak iparmu terus jadi ibu pengganti deh buat ponakanmu itu. Gimana, baguskan ide cemerlangku?" Tante Tania terlihat senang dengan idenya sendiri yang bagi Layla malah terlihat gila.

"Ngaco, Tan. Gila." Layla geleng-geleng kepala sendiri memikirkan apa yang terjadi jika itu benar-benar terjadi. "Ihh..." Bagaimana bisa dia mendapatkan suami yang sama dengan kakaknya sendiri? Oh God, Big No!!

"Haha... Gak usah dibayangi kali. Emang kamu beneran mau gantiin posisi kakakmu?" Cepat-cepat Layla menggeleng.

Tidak. Dia tidak kan mau mengganti posisi kakaknya apapun yang terjadi. Dia ingin hidup sesuai keinginannya. Tidak mau ikut campur dengan urusan orang lain.

Episodes
1 Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
2 Bab 2 Awal Semuanya
3 Bab 3 Sahabat dan Crush
4 Bab 4 Perintah Untuk Menikah
5 Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan
6 Bab 6 Penyesalan
7 Bab 7 Dua Pilihan
8 Bab 8 Kebencian
9 Bab 9 Ajakan Pertama
10 Bab 10 Sebuah Desiran
11 Bab 11 Pesan Tante Tania
12 Bab 12 Piknik
13 Bab 13 Tempat ternyaman
14 Bab 14 Prioritasku
15 Bab 15 Perubahan Sikap Alvano
16 Bab 16 Kenangan Ulang Tahun Lina
17 Bab 17 Rencana Kedepannya
18 Bab 18 Keseruan Felix dan Layla
19 Bab 19 Takjubnya Felix
20 Bab 20 Ingin Memulai Awal Baru
21 Bab 21 Rumah Tempat Ternyaman Versi Layla
22 Bab 22 Mengunjungi Alvano
23 Bab 23 Apa Kau Mencintaiku?
24 Bab 24 Bandung Tempat Pulang
25 Bab 25 Patah Hati Lio
26 Bab 26 Baikan Dengan Orang Tua
27 Bab 27 Sedang Belajar
28 Bab 28 Wisuda
29 Bab 29 Tolong Percaya Padaku
30 Bab 30 Penilaian Yang Salah
31 Bab 31 Belum Ikhlas?
32 Bab 32 Koas
33 Bab 33 Aku Cinta Kamu
34 Bab 34 Bad Feeling
35 Bab 35 Dimana Alvano?
36 Bab 36 Teror Pertama
37 Bab 37 After 6 Months
38 Bab 38 Kerinduan yang Tersalurkan
39 Bab 39 Empat Huruf
40 Bab 40 Jangan Egois
41 Bab 41 Aku Merindukanmu
42 Bab 42 Maria Chandra?
43 Bab 43 Bentakan Layla
44 Bab 44 Kembali Disuruh Memilih
45 Bab 45 Keyakinan
46 Bab 46 Hubungan Renggang
47 Bab 47 Teror Kedua
48 Bab 48 Aku Tidak Mau Mati
49 Bab 49 Baikan?
50 Bab 50 Tolong Jangan Berhenti
51 Bab 51 Demi Keutuhan Keluarga
52 Bab 52 Cinta Menurut Felix
53 Bab 53 Frustasi
54 Bab 54 UKMPPD
55 Bab 55 Kehilangan Putri Bungsu
56 Bab 56 Pembunuhnya...
57 Bab 57 Memilih Pergi
58 Bab 58 Flashback 1
59 Bab 59 Titik Terang
60 Bab 60 Layla Pergi
61 Bab 61 Apa Salah Alvano?
62 Bab 62 Flashback 2
63 Bab 63 Flashback 3
64 Bab 64 Flashback 4
65 Bab 65 Dua Wanita Hamil?
66 Bab 66 The Last of Flashback
67 Bab 67 Tahun Penuh Perjuangan
68 Bab 68 You Have To Happy, Layla
69 Bab 69 Kematian dan Kelahiran
70 Bab 70
71 Bab 71 Cestin Moreau
72 Bab 72 Vina Punya Mama?
73 Bab 73 Dia Tidak Punya Mommy, Kita Tidak Punya Daddy
74 Bab 74 Aunty jadi Mommy
75 Bab 75 Terlalu Sibuk Dengan Dunia Sendiri
76 Bab 76 Pasien dan Dokter
77 Bab 77 Pertemuan
78 Bab 78 Lima Menit
79 Bab 79 Tidak Ada Perceraian
80 Bab 80 Trauma
81 Bab 81 Kembalilah
82 Bab 82 Sosok Pengganti Tania?
83 Bab 83 Pelepasan Unek-unek
84 Bab 84 Ditolak Liam dan Xavier
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
2
Bab 2 Awal Semuanya
3
Bab 3 Sahabat dan Crush
4
Bab 4 Perintah Untuk Menikah
5
Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan
6
Bab 6 Penyesalan
7
Bab 7 Dua Pilihan
8
Bab 8 Kebencian
9
Bab 9 Ajakan Pertama
10
Bab 10 Sebuah Desiran
11
Bab 11 Pesan Tante Tania
12
Bab 12 Piknik
13
Bab 13 Tempat ternyaman
14
Bab 14 Prioritasku
15
Bab 15 Perubahan Sikap Alvano
16
Bab 16 Kenangan Ulang Tahun Lina
17
Bab 17 Rencana Kedepannya
18
Bab 18 Keseruan Felix dan Layla
19
Bab 19 Takjubnya Felix
20
Bab 20 Ingin Memulai Awal Baru
21
Bab 21 Rumah Tempat Ternyaman Versi Layla
22
Bab 22 Mengunjungi Alvano
23
Bab 23 Apa Kau Mencintaiku?
24
Bab 24 Bandung Tempat Pulang
25
Bab 25 Patah Hati Lio
26
Bab 26 Baikan Dengan Orang Tua
27
Bab 27 Sedang Belajar
28
Bab 28 Wisuda
29
Bab 29 Tolong Percaya Padaku
30
Bab 30 Penilaian Yang Salah
31
Bab 31 Belum Ikhlas?
32
Bab 32 Koas
33
Bab 33 Aku Cinta Kamu
34
Bab 34 Bad Feeling
35
Bab 35 Dimana Alvano?
36
Bab 36 Teror Pertama
37
Bab 37 After 6 Months
38
Bab 38 Kerinduan yang Tersalurkan
39
Bab 39 Empat Huruf
40
Bab 40 Jangan Egois
41
Bab 41 Aku Merindukanmu
42
Bab 42 Maria Chandra?
43
Bab 43 Bentakan Layla
44
Bab 44 Kembali Disuruh Memilih
45
Bab 45 Keyakinan
46
Bab 46 Hubungan Renggang
47
Bab 47 Teror Kedua
48
Bab 48 Aku Tidak Mau Mati
49
Bab 49 Baikan?
50
Bab 50 Tolong Jangan Berhenti
51
Bab 51 Demi Keutuhan Keluarga
52
Bab 52 Cinta Menurut Felix
53
Bab 53 Frustasi
54
Bab 54 UKMPPD
55
Bab 55 Kehilangan Putri Bungsu
56
Bab 56 Pembunuhnya...
57
Bab 57 Memilih Pergi
58
Bab 58 Flashback 1
59
Bab 59 Titik Terang
60
Bab 60 Layla Pergi
61
Bab 61 Apa Salah Alvano?
62
Bab 62 Flashback 2
63
Bab 63 Flashback 3
64
Bab 64 Flashback 4
65
Bab 65 Dua Wanita Hamil?
66
Bab 66 The Last of Flashback
67
Bab 67 Tahun Penuh Perjuangan
68
Bab 68 You Have To Happy, Layla
69
Bab 69 Kematian dan Kelahiran
70
Bab 70
71
Bab 71 Cestin Moreau
72
Bab 72 Vina Punya Mama?
73
Bab 73 Dia Tidak Punya Mommy, Kita Tidak Punya Daddy
74
Bab 74 Aunty jadi Mommy
75
Bab 75 Terlalu Sibuk Dengan Dunia Sendiri
76
Bab 76 Pasien dan Dokter
77
Bab 77 Pertemuan
78
Bab 78 Lima Menit
79
Bab 79 Tidak Ada Perceraian
80
Bab 80 Trauma
81
Bab 81 Kembalilah
82
Bab 82 Sosok Pengganti Tania?
83
Bab 83 Pelepasan Unek-unek
84
Bab 84 Ditolak Liam dan Xavier

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!