Bab 4 Perintah Untuk Menikah

Rumah adalah tujuan akhir dari semua aktivitas hari ini. Layla bersama dengan Tante Tania juga melakukan itu.

Drrrttt...

"Hpmu tuh bunyi." Tante Tania menunjuk ke arah saku hoodie gadis itu.

"Papa," gumam Layla setelah melihat siapa yang menelponnya. Layla mengangkat panggilan itu. "Halo, pa."

"Bisa pulang sekarang?"

Layla menatap ke arah Tante Tania yang ternyata juga menatapnya. Wajah Layla terlihat bingung. Nada suara papanya terdengar sangat tegas dan cukup memerintah. "Ada masalah pa?"

"Bisa pulang sekarang?"

"Bisa." Akhirnya Layla menyanggupi.

"Ada masalah?" firasat Tante Tania mengatakan ada yang salah dengan melihat ekspresi wajah Layla tadi.

"Papa nyuruh pulang." Layla menghela nafas kasar. Bukan karena apa-apa. Tapi nada suara Papa Zack benar-benar membuatnya merasa ada hal buruk yang akan terjadi. Tidak biasanya papanya ngomong dengan nada seperti itu.

"Kita pergi sekarang?" Tanya Tante Tania.

"Up to you." Lalya menyandarkan kepalanya ke jok dan membiarkan tantenya yang akan membawanya entah kemana.

...****************...

"Non udah di tunggu di ruang keluarga." Itu bibi Ira, pembantu di mansion ini.

"Tan, perasaanku gak enak," bisik Layla kepada Tante Tania yang berdiri di sebelahnya.

"Aku juga," balas Tante Tania masih dengan berbisik.

Saat mereka tiba di ruang keluarga, ternyata bukan hanya ada orang tua Layla. Di sana ada semua keluarga. Ada orang tuanya, mertua Lina, suami Lina, juga anak dari mendiang kakaknya itu.

"Duduklah," titah Papa Zack.

Layla melihat kursi yang kosong tersisa dua. Satu kursi single tanpa penyangga dan satu lagi... di sebelah kakak iparnya, Alvano.

"Tan," lirih Layla kesal saat Tante Tania langsung menduduki kursi single yang dimaksudnya tadi. Tante Tania hanya tersenyum kecil.

"Duduklah, dek." Kini suara Mama Lady terdengar.

Tanpa banyak kata, Layla duduk di sebelah Alvano. Dia tetap menjaga jarak dengan kakak iparnya itu.

"Apa dia anak Kak Lina?" Tanya Layla dengan bayi di gendongan Mama Lady.

"Iya," jawab sang mama seraya beranjak dari duduknya dan memberikan bayi itu ke gendongan Layla. "Ini gendonglah."

Awalnya Layla takut, bagaimana jika dia salah gendong dan malah menyakiti bayi mungil ini? Tapi akhirnya dia terpukau juga dengan wajah imutnya. "Halo sayang, kamu cantik banget. Imutnya ponakan tante." Layla tersenyum gemas kala bayi mungil itu juga tersenyum.

Terdengar para orang tua menghela nafas lega dan membuat Layla mendongak dengan bingung.

"Ada apa?" Ternyata bukan hanya Layla yang bingung tapi Tante Tania juga.

"Sejak keluar dari rumah sakit dia menangis terus. Dan setelah Layla datang dia baru berhenti menangis," jawab Mama Hera, mertua Lina mewakili semua suara.

"Oh ya? Berarti kamu suka sama tante ya. Tante juga suka kamu." Layla berbicara sendiri.

"Kalau begitu jadilah ibu sambung untuk keponakanmu."

Deg

Senyum Lara hilang begitu saja setelah mendengar satu kalimat yang keluar dari mulut Mama Lady.

Lagi-lagi Lara dan Tante Tania menunjukkan ekspresi yang sama. Terkejut.

"Iya nak, tolong jadilah ibu untuk bayi ini. Dia sangat memerlukan peran itu. Kasihanilah cucu kami." Kini Mama Hera juga ikut-ikutan bicara.

Layla menatap kakak iparnya yang hanya diam. Kesal. Bagaimana bisa pria itu malah diam saja di situasi membingungkan ini?

"Apa... apa-apaan ini?" Jika tidak ingat ditangannya kini ada anak kakaknya mungkin Layla sudah berdiri dan menggebrak meja dengan keras.

"Gantikan kakakmu, dek" pinta Papa Zack yang terlihat lemah.

Layla menggeram.

"Hey, kau mencintai kakakku kan? Bicaralah. Jangan diam saja." Layla emosi dengan kenyataan kakak iparnya yang tidak mengatakan apapun.

Alvano, pria itu diam saja. Bahkan dia hanya menunjukkan wajah datar yang membuat Layla membencinya seketika.

"Ambil anakmu ini," suruh Layla yang tidak berani bergerak karena takut menyakiti bayi itu. "Tan, ambil anak ini." Karena Alvano tidak merespon akhirnya Layla menyuruh Tania.

"Aku?" Tante Tania kebingungan. Ayolah dia sama dengan Layla. Mereka berdua sama-sama tidak ada pengalaman sama sekali.

Bukan Tania, Mama Hera yang mengambil cucunya dari tangan Layla. Daripada Layla berbuat yang aneh-aneh karena dia tahu saat ini Layla sedang marah.

"Ma, Pa, kalian semua. Dengarkan aku baik-baik. Aku tidak akan menikah dengan kakak iparku sendiri. Aku masih kuliah, umurku juga masih muda, dan yang paling penting aku sama sekali tidak berpengalaman menjaga anak." Layla berkata seperti itu dengan berdiri di hadapan semuanya.

"Kami akan mengajarimu, dek. Tolonglah sekali ini saja. Jadilah anak baik dan gantikan peran kakakmu," ucap Mama Lady.

"Kenapa tidak kalian saja yang merawatnya? Kenapa harus aku? Kalau mau mencari ibu untuk anak itu, nikahkan saja ayahnya dengan wanita lain. Kenapa harus aku?" Tanya Layla dengan menggebu-gebu.

"Wanita lain pasti akan menyakitinya, Layla. Hanya kamu yang bisa dipercaya karena kamu memiliki ikatan darah dengan bayi ini."

Layla mengepalkan tangannya erat. Dia tahu kekhawatiran keluarga ini. Tapi bisakah mereka melihat bahwa Layla tidak mau berkorban.

"Kalau begitu buat saja Tania yang menikah dengan Kak Alvano."

"LAYLA!?" Semua orang terkejut dengan ide Layla sehingga membuat suara Papa Zack menggelegar

"Apa yang salah dengan itu? Dia adik mama. Belum menikah. Usianya juga sudah matang. Dan dia pasti lebih bisa memiliki naluri keibuan dibandingkan aku." Suara Layla lantang walau sejujurnya dia sedikit takut dengan pandangan Papa Zack. Jika papanya sudah memanggil dengan nama itu artinya pria itu sedang marah.

"Berhenti Layla. Kau harus menikah. Ini perintah bukan permintaan Papa. Ingatlah selama ini kami sudah sangat menyayangimu bahkan menghidupimu dengan harta yang lebih dari cukup. Setidaknya balas budilah untuk itu. Menikah dan jaga cucuku. Ingat Layla, ini perintah bukan permintaan. Kalian akan menikah besok!" Papa Zack menatap Layla dengan tegas dan terlihat keras.

Mata Layla berkaca-kaca dengan perlakuan papanya saat ini. Kenapa rasanya sakit sekali jika kedua orang tuanya meminta balas budi untuk semua kasih sayang mereka selama ini? Bukankah orang tua memang sudah seharusnya melakukan itu.

"Layla kecewa. Padahal tanah kuburan Kak Lina saja belum kering, pa. Kalian semua benar-benar. Brengsek," umpat Layla tanpa memikirkan yang namanya sopan santun dan langsung berlari ke kamarnya. Namun sayang langkahnya terhenti ketika mendengar suara tangisan bayi. Layla menggeleng berusaha menampik niatnya untuk kembali. Dia kembali berlari dan masuk ke dalam ruangan pribadinya itu.

"Kak," Tante Tania mendekati kakak kandungnya. "Boleh jelaskan kepadaku?"

"Kamu mau kemana Al?" Tanya Mama Hera saat putra tunggalnya itu akan segera pergi.

"Semuanya sudah selesaikan, Ma? Aku harus menyelesaikan sesuatu."

Semuanya menghela nafas kecuali Tante Tania yang memang tidak tahu apa-apa.

Episodes
1 Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
2 Bab 2 Awal Semuanya
3 Bab 3 Sahabat dan Crush
4 Bab 4 Perintah Untuk Menikah
5 Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan
6 Bab 6 Penyesalan
7 Bab 7 Dua Pilihan
8 Bab 8 Kebencian
9 Bab 9 Ajakan Pertama
10 Bab 10 Sebuah Desiran
11 Bab 11 Pesan Tante Tania
12 Bab 12 Piknik
13 Bab 13 Tempat ternyaman
14 Bab 14 Prioritasku
15 Bab 15 Perubahan Sikap Alvano
16 Bab 16 Kenangan Ulang Tahun Lina
17 Bab 17 Rencana Kedepannya
18 Bab 18 Keseruan Felix dan Layla
19 Bab 19 Takjubnya Felix
20 Bab 20 Ingin Memulai Awal Baru
21 Bab 21 Rumah Tempat Ternyaman Versi Layla
22 Bab 22 Mengunjungi Alvano
23 Bab 23 Apa Kau Mencintaiku?
24 Bab 24 Bandung Tempat Pulang
25 Bab 25 Patah Hati Lio
26 Bab 26 Baikan Dengan Orang Tua
27 Bab 27 Sedang Belajar
28 Bab 28 Wisuda
29 Bab 29 Tolong Percaya Padaku
30 Bab 30 Penilaian Yang Salah
31 Bab 31 Belum Ikhlas?
32 Bab 32 Koas
33 Bab 33 Aku Cinta Kamu
34 Bab 34 Bad Feeling
35 Bab 35 Dimana Alvano?
36 Bab 36 Teror Pertama
37 Bab 37 After 6 Months
38 Bab 38 Kerinduan yang Tersalurkan
39 Bab 39 Empat Huruf
40 Bab 40 Jangan Egois
41 Bab 41 Aku Merindukanmu
42 Bab 42 Maria Chandra?
43 Bab 43 Bentakan Layla
44 Bab 44 Kembali Disuruh Memilih
45 Bab 45 Keyakinan
46 Bab 46 Hubungan Renggang
47 Bab 47 Teror Kedua
48 Bab 48 Aku Tidak Mau Mati
49 Bab 49 Baikan?
50 Bab 50 Tolong Jangan Berhenti
51 Bab 51 Demi Keutuhan Keluarga
52 Bab 52 Cinta Menurut Felix
53 Bab 53 Frustasi
54 Bab 54 UKMPPD
55 Bab 55 Kehilangan Putri Bungsu
56 Bab 56 Pembunuhnya...
57 Bab 57 Memilih Pergi
58 Bab 58 Flashback 1
59 Bab 59 Titik Terang
60 Bab 60 Layla Pergi
61 Bab 61 Apa Salah Alvano?
62 Bab 62 Flashback 2
63 Bab 63 Flashback 3
64 Bab 64 Flashback 4
65 Bab 65 Dua Wanita Hamil?
66 Bab 66 The Last of Flashback
67 Bab 67 Tahun Penuh Perjuangan
68 Bab 68 You Have To Happy, Layla
69 Bab 69 Kematian dan Kelahiran
70 Bab 70
71 Bab 71 Cestin Moreau
72 Bab 72 Vina Punya Mama?
73 Bab 73 Dia Tidak Punya Mommy, Kita Tidak Punya Daddy
74 Bab 74 Aunty jadi Mommy
75 Bab 75 Terlalu Sibuk Dengan Dunia Sendiri
76 Bab 76 Pasien dan Dokter
77 Bab 77 Pertemuan
78 Bab 78 Lima Menit
79 Bab 79 Tidak Ada Perceraian
80 Bab 80 Trauma
81 Bab 81 Kembalilah
82 Bab 82 Sosok Pengganti Tania?
83 Bab 83 Pelepasan Unek-unek
84 Bab 84 Ditolak Liam dan Xavier
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1 Bukan Pernikahan Impian
2
Bab 2 Awal Semuanya
3
Bab 3 Sahabat dan Crush
4
Bab 4 Perintah Untuk Menikah
5
Bab 5 Keputusan Dibalik Keputusasaan
6
Bab 6 Penyesalan
7
Bab 7 Dua Pilihan
8
Bab 8 Kebencian
9
Bab 9 Ajakan Pertama
10
Bab 10 Sebuah Desiran
11
Bab 11 Pesan Tante Tania
12
Bab 12 Piknik
13
Bab 13 Tempat ternyaman
14
Bab 14 Prioritasku
15
Bab 15 Perubahan Sikap Alvano
16
Bab 16 Kenangan Ulang Tahun Lina
17
Bab 17 Rencana Kedepannya
18
Bab 18 Keseruan Felix dan Layla
19
Bab 19 Takjubnya Felix
20
Bab 20 Ingin Memulai Awal Baru
21
Bab 21 Rumah Tempat Ternyaman Versi Layla
22
Bab 22 Mengunjungi Alvano
23
Bab 23 Apa Kau Mencintaiku?
24
Bab 24 Bandung Tempat Pulang
25
Bab 25 Patah Hati Lio
26
Bab 26 Baikan Dengan Orang Tua
27
Bab 27 Sedang Belajar
28
Bab 28 Wisuda
29
Bab 29 Tolong Percaya Padaku
30
Bab 30 Penilaian Yang Salah
31
Bab 31 Belum Ikhlas?
32
Bab 32 Koas
33
Bab 33 Aku Cinta Kamu
34
Bab 34 Bad Feeling
35
Bab 35 Dimana Alvano?
36
Bab 36 Teror Pertama
37
Bab 37 After 6 Months
38
Bab 38 Kerinduan yang Tersalurkan
39
Bab 39 Empat Huruf
40
Bab 40 Jangan Egois
41
Bab 41 Aku Merindukanmu
42
Bab 42 Maria Chandra?
43
Bab 43 Bentakan Layla
44
Bab 44 Kembali Disuruh Memilih
45
Bab 45 Keyakinan
46
Bab 46 Hubungan Renggang
47
Bab 47 Teror Kedua
48
Bab 48 Aku Tidak Mau Mati
49
Bab 49 Baikan?
50
Bab 50 Tolong Jangan Berhenti
51
Bab 51 Demi Keutuhan Keluarga
52
Bab 52 Cinta Menurut Felix
53
Bab 53 Frustasi
54
Bab 54 UKMPPD
55
Bab 55 Kehilangan Putri Bungsu
56
Bab 56 Pembunuhnya...
57
Bab 57 Memilih Pergi
58
Bab 58 Flashback 1
59
Bab 59 Titik Terang
60
Bab 60 Layla Pergi
61
Bab 61 Apa Salah Alvano?
62
Bab 62 Flashback 2
63
Bab 63 Flashback 3
64
Bab 64 Flashback 4
65
Bab 65 Dua Wanita Hamil?
66
Bab 66 The Last of Flashback
67
Bab 67 Tahun Penuh Perjuangan
68
Bab 68 You Have To Happy, Layla
69
Bab 69 Kematian dan Kelahiran
70
Bab 70
71
Bab 71 Cestin Moreau
72
Bab 72 Vina Punya Mama?
73
Bab 73 Dia Tidak Punya Mommy, Kita Tidak Punya Daddy
74
Bab 74 Aunty jadi Mommy
75
Bab 75 Terlalu Sibuk Dengan Dunia Sendiri
76
Bab 76 Pasien dan Dokter
77
Bab 77 Pertemuan
78
Bab 78 Lima Menit
79
Bab 79 Tidak Ada Perceraian
80
Bab 80 Trauma
81
Bab 81 Kembalilah
82
Bab 82 Sosok Pengganti Tania?
83
Bab 83 Pelepasan Unek-unek
84
Bab 84 Ditolak Liam dan Xavier

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!