Mas Suami I Love You

Mas Suami I Love You

Chapter 01

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh. Hay, semua ... Welcome to my story☺️✨

Sebelumnya aku mau bilang terima kasih karena kalian sudah mau mampir untuk membaca cerita ini (Mas Suami I Love You ), tapi alangkah lebih baiknya kalian juga memberikan vote dan comment ya ... it's a support for me.

~Ambil baiknya buang buruknya~

Happy Reading🖤

******

Pukul 01.30 WIB.

Tin tin!

Seorang wanita mengklakson mobilnya beruntun, menunggu gerbang dibuka oleh penjaga rumah dengan tidak sabaran. "Sial! Kemana sih, ini Pak Hadi?"

Tin tin tin!

"Iya iya sebentar!" tampak seorang pria paruh baya berumur 40 tahunan membuka gerbang dendang tergesa-gesa. "Non Ayesha? Baru pulang non?" ucapnya sedikit terkejut mendapati kalau anak majikannya lah yang berada di dalam mobil tersebut.

"Ck, gak bisa lihat pake mata ya? Orang baru pulang juga! Buruan bukain gerbangnya pak! Saya mau masuk!" ucapnya ketus.

Pak Hadi kemudian bergegas membuka lebar gerbang yang menjulang tinggi tersebut, membiarkan sang nona masuk ke dalam. Ucapan pedas Ayesha jelas tidak berpengaruh apa-apa bagi orang-orang yang berkerja di rumah Farhan Al-Fatih, sebab sudah terbiasa juga karena mereka tahu bahwasanya sebenarnya sang nona aslinya sangatlah ramah dan baik. Hanya salah pergaulan saja.

Ayesha memarkirkan mobilnya di garasi dengan hati-hati. Setelah memastikan mobil terkunci, ia langsung menuju ke rumah. Suasana di rumah terlihat gelap remang-remang. Jelas, lagian siapa yang akan bangun jam segini selain Pak Hadi dan temannya yang berjaga di pos depan.

Sebenarnya kepala Ayesha terasa pusing saat ini. Dia tidak sengaja minum di tempat balap tadi saat merayakan kemenangan sang kekasih pada pertandingan balapan tadi. Ayesha jelas tahu resiko jika ia pulang malam begini, ditambah lagi tadi saat pergi dia tidak mendapatkan izin sama sekali. Pastinya akan memicu kemarahan dari sang ayah.

Tak.

"Ayesha!"

Baru saja Ayesha hendak menaiki anak tangga, suara Farhan sudah terdengar menyapa telinganya. Tubuh Ayesha membeku.

'Ish! Kenapa Papa belum tidur, sih?!'

Ayesha menggerutu dalam hati. Sebelum membalikkan badannya, ia menghembuskan napas dalam. Lalu menatap sang ayah sembari tersenyum manis. "Eh, Papa? Belum tidur, Pa?" Ayesha merutuk dalam hati setelah mengucapkan kalimat bodoh tersebut.

Farhan menatap putri satu-satunya itu datar. "Bagus anak perempuan pulang malam-malam seperti ini?"

"Pa ... please, deh aku kan cuma pergi nonton orang balap doang. Bukannya ke club, masa dimarahin juga, sih?"

"Astaghfirullah Ayesha, kamu pikir pergi ke tempat itu aman hah?! Kalau sampai polisi datang ke sana atau saat perjalanan pulang terjadi sesuatu sama kamu gimana? Satu lagi, kamu memang nggak ke klub, tapi kamu tetap minum, kan?!" Farhan membuang napas kasar.

"Pa aku udah besar! Aku bisa jaga diri aku sendiri! Papa nggak perlu khawatir berlebihan gitu, deh! Lagian minum juga aku tau batasannya, nggak sampai bikin aku mabuk."

Farhan beristighfar dalam hati. Jangan sampai emosinya terpancing. Ia kemudian mengambil napas dalam sebelum kemudian berkata, "Melihat sikap kamu seperti ini, sepertinya keputusan Papa sudah benar untuk menikahkan kamu."

Ucapan Farhan tersebut membuat mata Ayesha seketika membola tidak percaya. Menikah? Tidak!

"Apa Papa bilang? Menikah? Nggak Pa! Aku nggak mau! Papa kenapa sih, dikit-dikit bahas nikah. Aku gak mau Pa! Aku cuma mau bebas kaya orang-orang, kenapa Papa nggak bisa ngerti, sih?!" ucap Ayesha emosi.

"Papa egois tau nggak!" Setelah mengucapakan itu, Ayesha langsung menaikki anak tangga dengan cepat, tak peduli dengan teriakan Farhan yang menggema di bawah sana.

"Papa belum selesai bicara Ayesha!"

Farhan memijit pelipisnya pelan dengan mulut terus menggumamkan istighfar. "Astagfirullah." Farhan menghela napas berat.

****

Pukul 09.35 WIB.

Seorang pemuda baru saja keluar dari ruang sidang. Sidang akhir yang menentukan apakah tahun ini ia akan wisuda atau harus mengulang skripsi kembali.

Ia keluar dari ruangan itu dengan senyum tipis terukir di wajahnya sembari mengucapkan hamdalah. Sidang pagi ini berjalan dengan lancar, ia juga dinyatakan lulus dalam sidangnya. Mungkin dalam Minggu ini, Arafka akan sibuk dalam mempersiapkan persiapan lainnya untuk wisuda.

Arafka Aldiansyah Pratama adalah sosok pemuda yang cerdas, baik, dan juga berwajah tampan. Karena ketampanannya, ia terkadang sering menerima barang-barang dari para wanita yang ia sendiri tidak mengetahui siapa pengirimnya atau bisa disebut istilah secret admirer. Memiliki pengagum rahasia.

"Kak Rafka."

Arafka menghentikan langkahnya, ia membalikkan badan, menatap orang yang berdiri tidak jauh di depannya. "Emh ... maaf kak, ini ada titipan buat kakak." Wanita itu mengulurkan coklat yang sudah di ikat dengan pita kepada Arafka. Jangan lupakan surat yang terikat oleh pita.

"Dari siapa?"

"Maaf kak, saya tidak tau. Dia cuma menitipkan ini kepada saya, sepertinya bukan anak dari fakultas ini."

Arafka terdiam sejenak. Semua yang ia dapat selama ini rasanya seperti sebuah teror yang berkelanjutan. Arafka tidak nyaman dengan itu. Ia menghela napasnya.

"Emh ... kalau begitu saya pamit dulu, kak. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalaam."

Arafka menatap coklat beserta surat yang ada di tangannya. Ia lagi-lagi menghela napas, lalu memasukkan coklat itu ke dalam saku celananya. Arafka kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Namun langkahnya kembali terhenti ketika handphonenya terdengar berdering.

"Assalamu'alaikum, halo, Bunda?"

"...."

"Iya udah selesai. Kenapa, Bun?"

Arafka mengerutkan dahinya ketika bundanya mengatakan ada sesuatu yang penting dan harus dibicarakan segera. "Bisa, Bun. Aku pulang sekarang."

"...."

"Ya udah, Bun, aku tutup dulu, ya. Assalamu'alaikum." Setelah mendapat balasan. Arafka memutuskan panggilan, ia kembali memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya. Lalu bergegas untuk pulang.

****

Terkadang cinta itu datang tanpa diharapkan. Datang tanpa mengerti maksud dari semua itu. Seringkali cinta datang pada waktu yang salah, mencintai yang seharusnya dilakukan dengan cara yang baik dan benar, tapi malah banyak orang zaman sekarang yang salah mengartikan cinta itu sendiri. Cinta adalah salah satu definisi terdalam dalam perasaan seseorang. Mencintai adalah fitrah setiap manusia, tapi bukan berarti dengan cinta, seseorang bisa melakukan sesuatu yang bathil (buruk).

Ayesha duduk termenung di atas ranjangnya. Sungguh, ucapan papanya semalam terngiang-ngiang di pikirannya. Bahkan dia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalaman. Bagaimana kalau benar papanya akan menikahkannya? Apa dia benar-benar akan dijodohkan? Kalau begitu siapa yang akan jadi suaminya? Ais! Memikirkannya saja sudah membuat kepala Ayesha pusing.

"Ck! Gak mungkin Papa nikahin gue sekarang, ogah banget gue harus nikah sama orang yang gak dikenal. Lagian, ish masa Papa masih percaya sih sama perjodohan?"

"Argh! Bisa gila gue lama-lama kalau begini! Pokoknya gue harus cari cara, enak aja main jodoh-jodohin. Dikira gue gak laku kali ya?" Ayesha lagi-lagi berdecak kesal.

Drrtt drrtt drrt

Pandangannya beralih pada handphone di atas nakas. Sudah dari semalam benda persegi tersebut berbunyi namun karena moodnya sedang tidak baik, handphone  tersebut dia abaikan begitu saja.

"Ayesha! Astaga lo ya suka banget bikin gue khawatir! Gimana semalam? Lo nekat pergi juga? Sekali-kali lo dengerin omongan gue kek! Suka banget bikin orang khawatir." 

Belum sempat Ayesha membuka suara, orang di seberang sana sudah mengomel duluan. Ayesha memutar bola matanya malas. "Gue gak suka diatur. Okelah kalau Papa milihin jurusan kuliah gue, tapi buat pergaulan sorry gue gak mau dibatasi. Lagian apa salahnya sih kalau gue mau bebas? Kan gak ngerugiin siapapun."

"Ayesha–Ya Allah gemas banget gue sama lo! Bokap Lo ngelarang jelas ada sebabnya. Kalau aja lo keluar buat pengajian gak mungkin juga kali dilarang, ini anak cewe pergi ke tempat balap, minum, siapa yang gak ngelarang coba? Lagian lo mikir nggak sih, Om Farhan gitu karena khawatir sama lo, takut lo kenapa-kenapa. Yang rugi juga kan lo, kalau sampai terjadi sesuatu yang gak diinginkan."

"Udah ah! Pusing gue lama-lama. Dari pada Lo ngomel-ngomel gak jelas gitu, mending kerjain deh tugas lo! Jangan sampai lo ditendang dari kampus." Tanpa mau mendengar balasan, Ayesha langsung mematikan panggilannya.

"Ayesha an– astaghfirullah ... sabar Ray, sabar."

*****

Jangan lupa divote, like komen and follow.

Syukran Jazakallahu Khairan [^_^]

Terpopuler

Comments

Ami ami

Ami ami

Hay kak, aku dari lapak sebelah pengen tau kelanjutan cerita kakak ini , semangat nulisnya kak!

2024-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!