"Gue nggak nyangka dia kaya gitu, Ray, hiks ... hiks."
Rayna menghela napasnya. Ia mengusap punggung Ayesha dengan lembut. "Gue 'kan pernah bilang sama Lo Sha, pacaran sama tu cowok bakal bikin sakit hati. Nah, kan bener, Lo sih, nggak dengerin omongan gue."
Ayesha saat ini berada di apartemen Rayna - sahabatnya. Mungkin pulang nanti Ayesha akan menerima kemarahan dari sang papa karena kabur dari Dimas, tapi Ayesha tidak peduli, toh papanya pasti tau kalau dia di sini. Handphonenya juga beberapa kali berdering membuat Ayesha terpaksa men-silent handphonenya.
Ayesha terisak pelan dalam pelukan Rayna. Iya, Rayna dari dulu tidak pernah mendukung hubungannya dengan Riza. Mungkin ini alasannya. Riza adalah salah satu spesies lelaki brengsek dari sepersekian orang yang dengan mudahnya menyakiti perasaan wanita yang ada di dunia ini.
"Sha, gue nggak nyalahin Lo karena apa yang Lo alami saat ini, tapi coba Lo mikir, mikir pake logika, cowo zaman sekarang pacaran lebih mentingin nafsu dibandingkan rasa sayang," Rayna tidak menampik kalau Riza sangat menyayangi Ayesha. Terlihat dari mata serta perlakuannya. "Gue tau, Riza sayang sama Lo, gue tau Riza cinta sama Lo. Tapi rasa nafsu ngalahin semuanya. Dia nggak cukup sama satu cewe doang. "
"Terus gue harus gimana, Ray? Hiks."
Rayna berdecak pelan. "Ya Lo harus tegas lah Sha! Putusin cowo yang udah bikin Lo sakit. Jangan jadi cewe menye-menye, udah di sakitin masih aja mau nerima!"
"Tapi gue masih cinta sama, Riza."
Rayna memutar bola matanya malas. "Jangan jadi bodoh cuma karena cinta, Sha! Iyalah kalau cinta sama orang yang tepat. Lah ini? Sholat 5 waktu aja masih bolong."
Mendengar itu, Ayesha menangis semakin keras. "Huwaaaa! Lo ko gitu si, Ray?! Gue kan juga nggak sholat."
"Pantes."
"Hiks, apa yang pantes?"
"Pantes dapat cowo kaya Riza, orang Lo aja bego."
"Jahat banget!"
Ayesha melepaskan pelukannya pada Rayna. Masih dengan sesunggukkan, ia menatap Rayna sengit sedangkan sang empu hanya tertawa puas melihatnya.
****
"Alhamdulillah, terima kasih, pak," ucap Arafka ketika Aldi kembali memuji hasil skripsinya kemarin.
Aldi - dosen pembimbing Arafka tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Rencana selanjutnya mau ngapain, Raf?" tanyanya.
"Insha Allah bantu ayah di perusahaan, pak," jawab Arafka. Ia kemudian melihat jam tangannya mengingat janjinya dengan sang ibu siang ini. "Oh ya, kalau begitu saya izin pamit, pak."
Aldi mengernyit, ia melihat jam tangannya. "Baru jam setengah 11, udah mau pulang?"
Arafka tersenyum.
"Iya, pak. Kebetulan ada janji sama bunda."
"Mau fitting baju?"
Arafka menatap Aldi sembari tersenyum tipis. Ia hanya mengangguk meresponnya. Arafka tidak kaget dengan pertanyaan Aldi, selain Aldi adalah rekan kerja ayahnya, Aldi juga cukup dekat dengan keluarganya. Jadi Arafka pikir, Aldi mengetahui semua ini dari Rizal - ayahnya.
"Semoga lancar sampai hari H ya, Raf," ucap Aldi sembari tersenyum. Awalnya Aldi sempat kaget saat mendengar berita iini Bagaimana tidak kaget, Arafka yang selama ini terlihat tidak menyimpan ketertarikan pada wanita mana pun tiba-tiba mau menikah.
Arafka tersenyum.
"Aamiin. Terima kasih, pak."
"Kalau begitu saya pamit dulu, pak," Arafka beranjak dari duduknya lalu menyalami Aldi.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalaam warohmahtullah."
****
"Gue nggak akan biarin Riza bahagia sama tu cewek." Wanita yang kini memandang wajahnya dari dalam pantulan cermin toilet itu menyeringai.
"Ayesha Ayesha. Ternyata Lo emang bodoh! Gue nggak akan pernah biarin apa yang seharusnya jadi milik gue di rebut oleh siapa pun. Termasuk Lo."
Setelah memoles wajahnya, dan memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan. Wanita itu keluar dari dalam toilet. Namun baru saja keluar, wanita itu tersentak kaget saat tangannya di tarik kasar, dengan tubuh terdorong ke dinding.
Buk!
"Lo bilang apa sama Ayesha bangs*t?!" Riza dengan emosi mendorong wanita itu ke dinding.
Wanita itu meringis, lalu menatap Riza dengan wajah sok polosnya dengan ekspresi takut. "A-aku nggak bilang apa-apa tentang kita, Za," ucapnya lirih.
"Ck! Bullshit!" umpat Riza. "Lo pikir gue nggak tau semua rencana busuk Lo hah?! Lo 'kan yang ngerencanain semua ini?! JAWAB!"
"E-enggak Za, aku nggak ngerti apa maksud kamu," ucapnya dengan kepala menggeleng tak mengerti.
Riza mendekati wanita itu, lalu mencekiknya kuat. "Sampai Lo berani macam-macam," Riza menatap wanita itu dengan penuh emosi. "Abis Lo!" tekannya sembari melepaskan cekikikannya lalu berlalu dari sana. Riza sadar, apa yang terjadi karena kebodohannya sendiri.
Sedangkan wanita itu memegang lehernya dengan napas terengah. Tapi sedetik kemudian, ia menatap punggung Riza yang semakin menjauh sembari tersenyum. "Lo yang mulai, Za. Bukan salah gue kalau sekarang gue jadi berharap lebih. Gue mau jadi satu-satunya cewe lo, bukan sebatas pengganti Ayesha ketika lo sendiri," gumamnya pelan.
****
"Arrggh! Gila! Kenapa jadi kacau gini!"
"Kenapa lo bro?"
Riza menatap Leon, ia kemudian menghembuskan napasnya kasar. "Riana main-main sama gue," ucapnya.
Leon mengernyit heran. "Bukannya kalian emang ada affair ya? Kenapa lo bilang kalau Riana main-main sama lo? Maksud lo gimana sih? Gak ngerti gue sumpah!"
Riza berdecak. "Gue gak serius sama dia, lagian kita udah sepakat buat main-main doang, dia gak berhak mencampuri urusan gue sama Ayesha. Tapi apa? Dengan sengaja dia malah membocorkan semuanya sama Ayesha. Sekarang Ayesha marah sama gue dan minta putus."
"Arggh! Pusing banget gue. Gue gak mau putus sama Ayesha, gue cinta sama dia. Gue harus gimana sekarang?"
"Gila lo, Riz. Ya jelaslah Ayesha minta putus. Lagian hubungan lo sama Riana itu gak sehat tau gak, kalian terlalu jauh. Kalau seandainya terjadi sesuatu gimana coba?"
Leon tidak habis pikir dengan jalan pikir temannya itu. Senakal-nakalnya dia, maaf kalau untuk merusak cewek dia masih berpikir ribuan kali sebelum melakukannya.
"Ya itu salah dia. Bukan urusan gue. Kenapa dia jadi cewek murahan banget, mau-mau aja diajak cowok. Lagian gue juga gak yakin kalau dia cuma main sama gue."
Leon berdecak sebal mendengarnya. "Lo benar-benar Bangs*at. Asal lo tau, sebelum kenal Lo Riana bukan cewek kaya gitu. Gue kenal baik gimana dia. Kalau sampai terjadi suatu hal yang gak diinginkan. Gue harap lo masih punya perasaan sebagai orang yang masih punya hati."
"Kalau lo cinta sama Ayesha, gue yakin Lo gak bakal pernah ngeduain dia, sekalipun niatnya hanya sekedar main-main doang." Setelah mengatakan itu, Leon beranjak pergi dari sana. Meladeni cowok yang tidak punya prinsip seperti Riza benar-benar membuatnya kesal. Apalagi dengan mudahnya dia mengelak setelah semuanya terjadi.
Apa pantas dia hanya menyalahkan Riana saja? Padahal api tidak akan tersulut jika tidak ada yang memancingnya lebih dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
-°armyxbts°-
Makin ngerti hidup. 🤔
2023-12-28
0