Chapter 03

Ayesha membanting pintu kamarnya dengan kasar.

"Arrggh! Dasar cowok aneh! Orang cantik, imut, lucu gini masa nggak suka?" Ayesha menggerutu dengan kesal.

Mengela napas pelan, ia kemudian berjalan mendekati meja rias, lalu menatap pantulan dirinya di dalam cermin sembari menangkupkan kedua tangannya di pipi. "Perfect Ayesha, lo cantik. Banget malah!" ucapnya memuji diri sendiri sembari tersenyum manis. Namun sedetik kemudian kekesalan kembali menghampiri dirinya. "Tau ah!" kesalnya.

Ayesha menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Rasa kesalnya saat ini mampu membuatnya melupakan rencana awal yang sebelumnya ingin keluar dari rumah.

Baru kali ini ada cowok yang mengatakan dia tidak cantik. Padahal tidak tahu saja kalau Ayesha ini primadona, banyak cowok yang suka, mau yang mana tinggal pilih ya walaupun tidak ada satupun yang mampu membuatnya jatuh hati kecuali satu orang, yaitu Riza. Pacarnya sekarang.

****

Belum habis kekesalan Ayesha pada sang ayah. Pagi ini kekesalannya bertambah. Bagaimana tidak, niat awal ingin keluar dari rumah dengan alasan kuliah malah gagal. Lantaran Dimas–bodyguard yang diperkerjakan oleh Farhan untuk mengikutinya.

Dimas, pemuda yang berusia 27 tahun itu baru saja menyelesaikan pendidikan S2 jurusan management di Singapura. Bodoh. Itu yang ada dipikiran Ayesha. Dimas yang notabene-nya berasal dari kalangan menengah ke atas dan juga merupakan pewaris tunggal. Belum lagi pendidikannya yang tinggi. Seharusnya dia lebih memilih perkerjaan yang lebih baik daripada berkerja hanya menjadi seorang bodyguard.

Mobil yang dikendarai oleh Dimas itu melaju dengan kecepatan standar. Mungkin fokusnya terlihat pada jalanan di depannya. Namun ekor matanya selalu melirik pada Ayesha yang duduk di belakang melalui kaca spion. Wajah wanita itu tampak masam. Mungkin memang sedang kesal.

Beberapa menit kemudian. Mobil yang dikendarai oleh Dimas itu berhenti tepat di depan gerbang kampus Ayesha. Wanita itu tanpa kata langsung keluar. Jangan lupakan bantingan pintu yang sangat kuat.

Brak!

"Astagfirullah," ucap Dimas sembari mengelus dada. Ia menghela napas panjang. Menghadapi Ayesha memang butuh ekstra kesabaran.

****

Ayesha duduk saat ini duduk di salah satu kursi untuk mengikuti kelas pagi ini. Kalau saja tidak dalam pengawasan mungkin dia sudah cabut dari tadi. Tak lama kemudian seorang dosen lelaki muda memasuki kelas sembari mengucap salam. Orang-orang tampak antusias menjawabnya terlebih kaum hawa.

Muhammad Aydan Athalla adalah seorang dosen yang mengajar di fakultas management. Lelaki itu termasuk ke dalam salah satu list dosen muda ganteng yang banyak diincar oleh para mahasiswi. Sayangnya meski banyak yang mengode, Aydan tak pernah tampak memberikan respon yang diharapkan. Aydan terlahir dari keluarga agamis, menjaga jarak dari lawan jenis yang bukan mahramnya tentu sangat penting bahkan wajib untuk dilakukan.

Aydan mendudukkan dirinya di kursi yang telah disediakan. Ia kemudian menatap para mahasiswanya sebelum kemudian berkata, "Ada yang tidak mau mengikuti pelajaran saya?" ucapnya sembari menatap semua mahasiswanya. "Saya beri waktu lima menit untuk segera keluar."

Ayesha mulai jengah mendengarnya. Tanpa disuruh pun dia pasti akan keluar kalau saja tidak ingat dengan ancaman sang papa. Jelas Ayesha tidak mau menikah dengan lelaki tidak jelas.

"Baik, sepertinya tidak ada yang ingin keluar, kalau begitu kita mulai pembelajaran sekarang," ucap Aydan setelah waktu yang diberikan berlalu.

Aydan memulai pembelajarannya, menjelaskan materi dan memilih kosa kata yang mudah dicerna oleh para mahasiswanya. Aydan bukan tipe dosen yang acuh terhadap pemahaman yang dimiliki oleh mahasiswanya. Dia tahu tidak semua orang yang memiliki otak encer, dan materi yang tidak dipahami akan sulit untuk dilanjutkan. Aydan pernah menjadi mahasiswa, ya walaupun otaknya bisa dibilang sangat encer, cepat tanggap. Tapi Aydan selalu memposisikan dirinya sebagai orang yang sedikit sulit memahami materi ketika dia mengajar.

Sampai pada akhirnya tiba di penghujung waktu. "Ada yang tidak paham?" tanya Aydan setelah panjang lebar menjelaskan. Ia menatap para mahasiswanya sebelum kemudian matanya menatap pada satu sosok mahasiswa yang terkenal sering membuat ulah. Lagi dan lagi Aydan harus menghadapi orang yang sama. Ayesha kini dengan santai merebahkan kepalanya di atas meja dengan buku sebagai penutup. Namun tidak menjadi penghalang untuk melihat apa yang sedang wanita itu lakukan. Panjang lebar Aydan menjelaskan materi, wanita itu malah asik tidur di jam pelajarannya.

Dalam hati Aydan bergumam. 'Ya Allah kuatkan lah hati saya agar tetap bersabar,' ucapnya.

Aydan menghela napas dalam. "Baiklah jika tidak ada yang ditanyakan. Silahkan istirahat," ucap Aydan mempersilahkan keluar.

Ia segera membereskan peralatan yang digunakannya untuk mengajar tadi. Para mahasiswa tampak berhamburan keluar. Mungkin karena suasana riuh orang-orang, Ayesha terbangun sembari mengucek matanya. Ia melihat sekitar, sadar sudah waktunya keluar, Ayesha membereskan buku-bukunya lalu beranjak hendak keluar. Namun baru saja akan melewati dosen yang dielu-elukan oleh para mahasiswa itu langkah Ayesha terhenti ketika mendengar suara sang dosen.

"Kamu," ucap Aydan membuat Ayesha refleks membalikkan badannya. Menatap Aydan penuh tanya. "Ke ruangan saya sekarang!" titahnya tegas. Tanpa mau mendengar bantahan, Aydan beranjak keluar dari sana. Meninggalkan Ayesha yang saat ini membuka mulutnya melihat Aydan.

"Ish! Dasar dosen nyebelin!" gerutunya kesal.

****

Seperti apa yang dikatakan oleh Aydan tadi, Ayesha kini sudah berada di ruangan pria tersebut. Tidak berdua, ada dosen lain juga. Saat ini Ayesha menatap Aydan dengan kesal, apa-apaan pria itu? Setelah memanggil Ayesha ke ruangannya, pria itu malah sibuk dengan lembar di hadapannya. Mengabaikan Ayesha yang sudah duduk dari beberapa menit yang lalu.

"Bapak kalau sibuk nggak usah sok-sokan pake manggil segala," sindir Ayesha. Namun Aydan hanya menatapnya sejenak sebelum kembali fokus pada tumpukan kertas yang ada di hadapannya. "Ish!"

Aydan membaca beberapa lembar kertas. Lalu meletakkan lembar kertas tersebut pada tempatnya. Ia menatap ke arah Ayesha. "Apa tidak bosan berurusan dengan dosen setiap hari?" tanya Aydan. Wanita di hadapannya ini terlalu bebal untuk di nasehati.

Ayesha tertawa sinis. "Bosan lah pak, makanya kalian nggak usah manggil saya terus, siapa yang nggak bosan coba datang ke sini terus," ucapnya.

"Lalu, kenapa kamu selalu membuat ulah di setiap mata pelajaran?"

Ayesha memutar bola matanya malas. "Saya nggak pernah membuat kesalahan. Lagian orang tidur itu wajar, apalagi ngantuk nggak boleh ditahan, pak."

"Benar, tapi saya rasa tidak mungkin kamu ngantuk setiap hari. Memang dasarnya kamu yang tidak serius ingin belajar," ucap Aydan.

"Kalau iya, memang kenapa? Dari awal, kan saya memang udah nggak niat."

"Astaghfirullah, sebenarnya apa niat kamu kuliah, Ayesha?" Aydan memijit pelipisnya pelan. Spesies orang macam Ayesha benar-benar membuat pusing. Satu yang diucapkan, dua yang dijawab.

...-TBC-...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!