Pembalasan Dendam Tangan Hitam

Pembalasan Dendam Tangan Hitam

Bab 1 (Awal dari semuanya)

"Tolong!!!" Seorang wanita berteriak di tengah malam. Ia menerobos hutan gelap itu dan sesekali menengok ke belakang. Perutnya buncit menandakan ia sedang hamil besar. Di belakangnya terlihat para warga yang mengejarnya dengan obor yang menyala di tangannya. Mereka berencana .. membakarnya hidup hidup.

Teriakan warga yang memaki nya membuatnya gemetar ketakutan. Kakinya sudah tidak kuat berlari, perutnya terasa sakit, nafasnya sesak, tapi ia harus lari jika ingin selamat. Ia dan bayi yang di kandungnya harus selamat!

Bug!

Kakinya tersandung batu hingga membuatnya jatuh. Ada darah yang mengalir di paha nya. Ia menjerit histeris. Para warga semakin dekat.

"Tidak! Jangan sakiti aku! Ampuni kami! Bayi ini tidak salah!" Ia semakin histeris melihat darah itu terus keluar, ia takut bayinya kenapa napa. Ia hanya bisa bersandar di pohon besar itu, pasrah melihat cahaya obor para warga semakin dekat.

Samar ia melihat sesosok yang begitu ia kenali. Pria itu, adalah orang yang menghamilinya. Berdiri tak jauh di dekatnya.

"Tolong, tolong selamatkan gue. Please, gue janji gak akan minta pertanggung jawaban lo lagi" Pinta wanita itu dengan derai air mata.

Pria itu hanya menggeleng. Ia melangkahkan kakinya pergi meninggalkan wanita itu. Sedangkan para warga sudah berada di dekatnya.

Wanita itu menatap kecewa dan benci padanya, ia menyesal pernah mencintai pria itu. Ia bahkan tak memperdulikan anak nya, darah dagingnya, karena kelakuan bejat pria itu, ia harus di benci oleh warga, di cemooh oleh teman temannya, dan ia malah tidak mau tanggung jawab.

Karena marah dengan kehadiran wanita itu yang sudah membuat tempat tinggal mereka tercoreng karena hamil sebelum menikah, di tambah hasutan dari seorang sesepuh di sana, mereka pun berencana ingin membunuhnya agar tempat tinggal mereka tidak terkena sial.

"Bakar! Bakar! Bakar wanita jal*ng itu!"

"Jangan biarkan dia hidup!"

"Bunuh dia!"

Para warga kemudian melemparkan obor ke tubuh wanita itu tanpa belas kasihan.

Wanita itu menjerit histeris! Tubuhnya mulai terbakar, ia kepanasan dan perih, berguling guling di tanah, sudah tak peduli lagi dengan kandungannya. Ia melihat ke arah para warga dengan tatapan tajamnya.

"Aku bersumpah akan membalas perlakuan kalian kepada ku dan juga bayiku! Kalian akan mati terbakar sama seperti ku! Aku akan mendatangi rumah kalian satu persatu dan membakarnya!"

Para warga mulai ketakutan ketakutan, namun seorang sesepuh datang dan menenangkan mereka. Api sudah membakar tubuh wanita malang yang terkapar tak bernyawa itu.

"Apa yang kalian lakukan?! Kenapa kalian tega melakukan ini padanya!" Seorang pria datang sambil menangis dan mengguncang bahu sesepuh itu. Ia datang terlambat. Wanita yang di cintai nya sudah mati di tangan para warga.

"Tenangkan dirimu, nak! Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik darinya!" Seorang bapak bapak datang untuk menenangkan anaknya yang terlihat histeris melihat wanita yang di cintai nya itu mati mengenaskan. Sebenarnya ia juga tidak tega, namun apalah daya, ia tidak bisa menghentikan warga yang lain.

"Lepaskan aku, yah! Aku harus menyelamatkan nya" Ayahnya memeluknya, menahan tubuhnya yang ingin menyelamatkan wanita itu di bantu oleh warga lainnya.

"Lebih baik kita pulang, biarkan apinya padam dengan sendirinya, besok kita akan kembali untuk mengecek keadaan nya" Ucap sesepuh itu. Mereka sekarang sedang berada di hutan tak jauh dari tempat tinggal penduduk. Jarak antara mereka sekarang dan rumah warga juga tidak jauh, hanya butuh waktu dua puluh menit.

"Maafkan aku, Nita! Maafkan aku karena terlambat" Pria itu menangis melihat api di tubuh wanita itu mulai padam.

Warga yang lain mulai beranjak pergi meninggalkan tubuh hangus terbakar itu di hutan gelap gulita.

Ayahnya membawa pria itu pergi, mengikuti warga yang mulai menjauh. Namun di tengah perjalanan, saat ayahnya lengah, ia berjalan perlahan memisahkan diri dari yang lain untuk kembali ke tempat di mana wanita yang di cintai nya itu berada. Ia akan membawanya pergi ke tempat selayaknya. Tidak mungkin ia meninggal kan wanita itu begitu saja di tengah hutan, walaupun wanita itu sudah tiada.

...

Seseorang datang berteriak memanggil nama wanita itu. Ia mencium bau hangus, hingga matanya tertuju pada tubuh menghitam yang hangus terbakar itu dan ia mengenali tubuh siapa itu.

"Nitaa!!! Tidak, kenapa kau harus berakhir seperti ini! Ini semua karena pria jahanam itu! Andai dia tidak menghamili mu, kau mungkin tidak akan di bakar oleh warga. Maafkan aku karena gagal menjagamu, Nita. Maafkan aku karena terlambat menyelamatkan mu" Orang itu menangis sesenggukan memeluk erat tubuh hangus itu, tak mempedulikan rasa panasnya.

"Aku akan membawamu pergi dari sini. Aku bersumpah akan membuat mereka yang menyakiti mu tak kan hidup dengan tenang!"

...----------------...

Satu Tahun Kemudian...

Suasana kelas terlihat tenang. Para mahasiswa maupun mahasiswi sedang fokus mendengarkan dosen yang sedang menjelaskan. Aku yang memang lelah memilih tidur, beruntungnya aku duduk di pojokan paling belakang, jadi dosen tidak bisa melihatku.

"Woi, bangun" Seseorang menepuk lenganku. Aku membuka mata dengan malas.

"Kenapa Gun? Jangan ganggu gue, gue mau tidur" Aku kembali membenamkan wajahku.

"Kelas udah selesai. Lo masih mau di sini? Kuy, kita ke kantin, yang lain udah pada nungguin" Ajak Guntur. Dengan malas aku mengikutinya. Saat sampai di kantin, kulihat Azmi, Naila dan Reni sudah ada di sana.

"Lama amat, kemana dulu kalian? Ke luar planet?" Tanya Azmi jengkel. Aku duduk di sebelahnya.

"Udah, Gun, apa yang mau lo omongin?" Tanya Naila tak sabar. Guntur terlihat senyum senyum.

"Naik gunung yuk!" Ajak Guntur bersemangat.

"Kalian aja, gue gak tahan udara dingin" Aku menggeleng.

"Ayolah, Vin, kita refreshing ke gunung. Gunungnya gak tinggi kok" Guntur membujukku. Azmi dan Naila terlihat setuju. Reni terdiam memikirkan untuk ikut atau enggak.

"Ikut aja deh Vin, kan lo tinggal pake sweater kalau kedinginan" Ucap Naila. Memang menyenangkan bisa naik gunung, mungkin aku harus ikut.

"Oke oke, gue ikut" Ucap ku yang di sambut sorak gembira dari Guntur.

"Makasih Kevin, lo emang sahabat sejati gue" Ucap Guntur yang ingin memelukku, tapi aku langsung menepisnya sambil memasang wajah jijik. Ehh, dia malam senyum mengejek.

"Di gunung mana?" Tanya Reni.

"Di gunung *****" Jawab Guntur yang langsung menoleh pada Reni.

"Enggak, gue gak mau ikut. Di situ berbahaya" Tolak Reni. Ia terlihat gelisah.

"Kenapa Ren? Lo tenang aja, tempat itu pasti aman kok" Ucap Guntur membujuk.

"Enggak, perasaan gue gak enak. Mending kita gak usah pergi" Saran Reni yang tidak di dengarkan Guntur. Guntur tetap ngotot ingin pergi.

"Gak, gue bakalan tetap pergi, kalau lo gak mau ikut juga gak papa"

Aku melihat saja bagaimana Naila mencoba membujuk Reni agar ikut, namun Reni bersikeras tak mau ikut dan malah menasehati Guntur untuk mengurungkan niatnya itu. Aku sih berharap agar Reni ikut, akan tidak menyenangkan jika dia tidak ikut. Berkemah di gunung akan terasa hampa tanpanya.

Setelah kuliah selesai, kami memutuskan untuk bertemu lagi, karena tadi kami belum mendapatkan keputusan yang bulat tentang rencana kami untuk naik gunung.

Kami bertemu di kafe tak jauh dari tempat kami berkuliah.

"Jadi siapa yang setuju ikut gue?" Tanya Guntur menatap satu persatu sahabat nya.

Azmi dan Naila sudah mengacungkan tangannya, sedangkan aku masih ragu, karena Reni tetap diam dari tadi.

"Lo ikut gak sih Vin? Ngangkat tangan kok kayak gak niat gitu" Ucap Guntur. Akhirnya aku mengangkat tanganku dengan tinggi, walau agak malas.

Melihat Reni yang tetap diam seperti sedang berpikir, Guntur akhirnya memberinya waktu untuknya. Karena kami akan pergi seminggu lagi saat libur semester di mulai.

...----------------...

Seseorang membuka pintu rumahnya dengan pelan. Menghidupkan lampu agar ia bisa melihat jelas rumah yang pernah di tempati oleh dirinya dan Nita.

Ia meletakkan ranselnya di sofa dan berjalan menuju foto yang terpajang di dinding.

"Sebentar lagi, Nita. Sebentar lagi kita akan bisa membalas dendam atas kematian mu itu. Para warga yang membakar mu saat itu sudah mati, sekarang tinggal empat orang sialan itu. Aku sudah menemukan tempat yang cocok untuk mengeksekusi mereka" Ucap orang itu dengan menyeringai.

Terpopuler

Comments

~🌛JimSu🌜~

~🌛JimSu🌜~

sukkaaaa /Drool//Drool/aku terus membaca bagus bagus. mampir dong kak ke novel aku hehehe semangat terus untuk up nya

2024-01-20

0

gaby

gaby

Aq baru gabung ka. Kayanya Kevin y yg membalaskan dendam Nita.

2024-01-18

0

Sopheliaren

Sopheliaren

halo kak ! , Saya baru saja mampir . Dan menurut saya sendiri , cerita kakak mungkin kelihatannya terlihat unik . Tetapi saya sendiri saat melihat ceritanya , merasa cukup tertarik karena Alur dan jalan ceritanya nya yang unik . Saya berharap agar kakak bisa mengembangkan cerita ini menjadi lebih baik . Semangat kak untuk melanjutkan ceritanya dan menurutku walaupun ceritanya unik / membingungkan tetapi tentunya memiliki keunikannya dan ketertarikannya sendiri kak! .

2023-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!