Bab 2 (Berangkat)

Seminggu kemudian. Kami semua sudah berkumpul di depan rumah Azmi menuju gunung xxx. Naila telah berhasil membujuk Reni, walau wajahnya terlihat gelisah dan ia menjadi extra diam.

Kami memutuskan untuk menaiki mobil Van milik Azmi. Dia merupakan anak orang kaya di antara kami berlima. Semua bahan sudah kami bawa dan semua sudah di cek kelengkapannya.

Namun ada kesulitan melanda. Mobil Azmi tidak mau hidup. Semua sudah di cek, mesin aman dan bensin juga penuh. Sudah di coba berkali kali namun tidak mau hidup juga.

Aku memutuskan memimpin doa sebelum keberangkatan kami. Berharap tidak ada kendala apapun yang menghalangi perjalanan kami. Karena kami semua tahu, bahwa jika Reni sudah berfirasat buruk, maka sesuatu mungkin akan terjadi.

Alhamdulillah, mobil akhirnya menyala dan kami akhirnya berangkat walau agak kesiangan akibat mobil mogok tadi.

Reni Anindita merupakan gadis paling pendiam yang pernah aku kenal. Tapi setelah lebih dekat dengannya, ternyata ia gadis yang hangat walau jarang bicara, juga sangat penyayang dan perhatian. Dan ternyata alasan selama ini dia diam adalah karena dia bisa merasakan 'mereka' walau tidak bisa melihat 'mereka' secara langsung. Ia juga bisa mengetahui apa yang akan terjadi melalui mimpi dan firasat yang di rasakan nya, karena itu kami harus lebih waspada dan berhati hati dalam perjalanan ini.

Mobil Van mulai berjalan di kemudikan oleh Azmi. Sedangkan Guntur berada di sebelahnya dan aku bersama wanita di belakang.

Aku mendengar mulut cerewet Naila yang tidak pernah berhenti. Ia begitu tahan berbicara dengan Reni yang hanya membalas singkat ucapannya dan anehnya Reni begitu tahan mendengar mulut cerewet Naila yang membuat telinga rasanya berdenyut mendengar suara cemprengnya. Begitulah Naila Mira Lesmana, dari awal pertemuan kami, ia memang yang paling cerewet, namun ia juga lah yang menghidupkan suasana di antara persahabatan kami.

Di depan sana, Azmi tersenyum melihat betapa cerewetnya kekasihnya itu. Dua sejoli itu memang sudah bucin dari dulu. Kami sudah berteman sejak SMA. Azmi dan Naila memang sudah pacaran sejak SMA sampai sekarang. Awal pertemuan ku dengan Azmi juga berkesan, saat itu aku benar benar menginginkan jambu milik penjaga sekolah, eh taunya Azmi juga mengincarnya, hingga akhirnya kami memutuskan untuk mencurinya tapi ketahuan dan akhirnya di kejar oleh penjaga sekolah. Di situlah awal perkenalan ku dengan sosok Azmi Kurniawan.

"Ngapa lo senyam senyum?" Tanya Azmi padaku.

"Gak sengaja ke ingat waktu kita kenalan dulu"

"Oh, iya. Pas kita nyuri jambu terus ketahuan kan?" Sahut Azmi tergelak.

"Hahaha, iya. Ternyata besok nya tuh penjaga masih nungguin kita, padahal manjat aja belum, apalagi ngerasain jambu segar itu" Ucapku membuat kami berdua tertawa mengenang masa lalu.

"Yee, pertemuan gue sama Kevin lebih lucu" Ucap Guntur yang tiba tiba nimbrung. Mulut cerewet Naila juga berhenti, ia dan Reni jadi fokus mendengar cerita Guntur.

Belum lagi Guntur bercerita, aku sudah tertawa duluan. Guntur benar, awal pertemuan kami memang membagongkan.

"Gimana gimana?" Tanya Naila mendekatkan jaraknya dengan Guntur.

"Jadi saat itu gue lagi sholat di Musholla sekolah. Nah, gue mau infaq kan, mengingat gue ini cowok Sholeh bin tamfan"

Naila terlihat mencibir mendengar kenarsisan seorang Guntur Ahmad Yadi.

"Terus gue gak ada duit pas, gue mau nyumbang dua ribu, tapi duit gue lima ribu. Jadi gue mau ngambil duit kembalian gue"

"Terus?" Kini giliran Azmi bertanya walau matanya terus fokus dengan jalanan.

"Terus ini anak gendeng tiba tiba datang terus teriak maling, ada maling! Gue panik dong, mana malingnya? Eh, dia malah nunjuk gue. Anj*ir, anak anak yang lain pada datang mukulin gue sambil teriak maling juga, sebulan gue di ejek maling sama mereka" Ucap Guntur mendelik kesal padaku.

Tawaku pecah melihat betapa kesalnya wajah Guntur menatap ku. Yang lain juga pada tertawa karena mereka mengingat kejadian itu. Saat itu sekolah heboh dengan maling kotak amal, eh ternyata cuma salah paham doang dan akulah biang keladi yang membuat Guntur di cap maling kotak amal.

"Lagian lo infaq juga setengah setengah, kenapa gak sekalian aja semuanya lo infaqin, pake ambil kembalian segala" Ucapku masih dengan di selingi tawa.

Tiba tiba....

Ciiiiittt!

Azmi mengerem secara mendadak, beruntungnya kami semua memakai safe belt, jika tidak, tubuh kami akan terlempar.

Kami semua terdiam sejenak, menetralkan jantung kami yang berdetak kencang. Kami saling melirik ketakutan. Untung nyawa kami masih selamat.

"Ke-kenapa, Mi?" Tanya Guntur memecah kesunyian kami.

"Ta-tadi ada yang lewat, anak kecil" Ucap Azmi dengan tangan gemetar menunjuk tempat di mana ia melihat anak kecil tadi.

Terpopuler

Comments

~🌛JimSu🌜~

~🌛JimSu🌜~

baca novel horror enaknya memang siang hari hihi

2024-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!