"Bapak asli orang sana?" Tanya ku.
"Iya dek. Cuman saat itu bapak lagi di luar kota. Bapak cuma denger dari warga lainnya. Katanya sih saat mereka kembali ke hutan untuk mengecek kondisi mayat cewek itu, ternyata gak ada"
"Maksudnya pak?"
"Mayatnya hilang"
Koak koak!
Kami semua terkejut melihat ke arah burung gagak yang bertengger di pohon. Entah dari mana datangnya. Namun, Reni terlihat ketakutan.
"Vin, kita harus pulang" Reni memegang ujung jaketku. Wajahnya terlihat pucat dengan bibir bergetar.
"Kok jadi merinding gini sih? Asep, belum mau nyala juga mobilnya?!"
"Belum atuh pak!"
"Kita dorong aja ya pak" Usul Azmi.
Kami semua turun dan mendorong mobil itu. Suasana juga semakin mencekam membuat kami ingin segera pergi dari sini.
"Ren, kamu masih kuat kan?" Aku bertanya pada Reni yang berada di sampingku.
"Masih, Vin. Lo tenang aja"
"Gun, lo yakin masih mau lanjut setelah denger cerita bapak tadi?" Tanya ku karena sungguh aku mulai ragu dan takut. Terlalu banyak kendala yang menghambat perjalanan kami, seperti tak mengizinkan kami pergi ke gunung itu. Di tambah dengan cerita bapak tadi yang membuat tekadku semakin surut.
"Aman, Vin. Lo tenang aja, kalau kita gak ganggu, mereka juga gak bakalan ganggu kok"
"Tapi Gun_"
"Apa? Lo mau pulang sekarang?" Ucap Guntur yang mulai nyolot.
"Lo mau pulang padahal kita udah setengah jalan? Lagian pulang pakai apa? Karpet terbang?" Guntur mendengus kesal menatapku. Yang lain juga pada manggut manggut membenarkan ucapan Guntur. Memang sayang jika kami harus berhenti. Tapi ini sudah jam dua lewat, dan kami belum sampai di kampung Y. Benar benar meleset dari dugaan kami sebelumnya.
"Maaf pak, kalau boleh tau kejadian nya kapan ya, terus nama ceweknya siapa?" Tanya Azmi masih penasaran dengan sosok wanita hamil itu.
"Setahun yang lalu, dek, kalau namanya bapak gak tau"
"Ooh, ternyata masih baru. Gue pikir udah lama" Sahut Naila dari depan.
'Kalian harus merasakan yang aku rasakan'
Deg!
Suara bisikan. . wanita. . yang sama
"D-dek, itu suara siapa ya?" Tanya bapak itu memegang tengkuknya.
"Vin, aku takut" Reni bersembunyi di bahuku. Kami berhenti sejenak mendorong mobil ini sambil melihat sekeliling dengan bulu kuduk yang berdiri.
Sepertinya semua mendengar bisikan itu. Aku menyuruh mereka untuk diam dengan jari telunjukku.
"Kita dorong lagi aja. Abaikan 'mereka'"
"Vin, dia ada di belakang Guntur" Bisik Reni dengan bibir gemetar.
Aku terkejut mendengar nya dan langsung melirik ke arah Guntur dengan sedikit takut. Guntur hanya menatapku dengan tatapan tanya.
"Diem aja, pura pura gak tau. Ntar mereka ketakutan" Bisikku.
Reni mengangguk dan kami berjalan kembali sambil mendorong mobil.
Kami berhenti saat melihat tukang bengkel. Menunggu sebentar mereka memperbaiki mobil itu sekitar lima belas menit. Kami berucap syukur saat mobil kembali menyala.
"Bentar lagi kita juga bakalan nyampe, lima belas menit lagi kalau gak salah. Tapi kalian denger kan suara tadi?"
Kami mengangguk mendengar ucapan bapak itu. Terlalu lelah tubuh kami hingga kami hanya diam selama perjalanan hingga sampai di kampung itu.
Setelah mengucap terima kasih kepada bapak dan anaknya yang baik hati itu, kami memasuki kampung dengan nafas lelah, namun ada kelegaan karena akhirnya kami sampai setelah melewati berbagai kendala, dari mobil yang tidak mau menyala, Azmi yang melihat anak kecil lewat, ban meledak, Reni mual, suara suara bisikan itu, dan mobil bapak itu yang tiba tiba mogok.
"Guys, tungguin. Reni muntah muntah lagi" Naila yang berjalan di belakang kami bersama Reni, berteriak.
"Astaga, dia kenapa lagi?" Sungut Guntur berlari bersama kami menuju tempat Reni dan Naila. Ternyata mereka ketinggalan cukup jauh.
"Gak tau, baru aja dia sampai udah muntah muntah lagi. Ren, kamu kenapa sih? Gak biasanya kamu kek gini"
Wueekk! Uhukk! Uhukk!
"Gun, jangan diam aja, cepetan kita harus kemana. Kasian Reni tuh" Ucapku memarahi nya.
"Eh, nak Guntur"
Kami semua menoleh saat ada seorang bapak menyapa Guntur.
"Eh, pak RT?"
"Wah, udah lama ya, nak. Gimana kabar bapak kamu, sehat?"
Guntur mencium tangan bapak itu dan bapak itu menepuk pundaknya.
Kami semua saling menatap dengan keheranan. Guntur mengenal bapak itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments