Talak 3 Untuk Maesaroh
Orang tua renta itu mengambil bakul dari anyaman bambu untuk memetik teh di perkebunan milik pengusaha yang tinggal di Jakarta.
Tangan keriputnya dengan sabar mengambil topi caping yang tergantung di dinding bilik rumahnya.
"Mae, Emak berangkat memetik teh dulu. Jaga Bapak saja ya Neng!" ucap suara renta itu.
"Tunggu, Mak! Biar Mae saja yang memetik teh hari ini" cegah sang putri.
Tidak bisa lagi di cegah, Maesaroh pun berangkat ke perkebunan untuk memetik teh.
Gadis yang baru keluar SMA ini mempunyai wajah cantik khas sunda. Berambut panjang sedikit ikal. Ia juga seorang yang pemalu.
"Ceu Narsih kemana, Mae?" tanya ibu-ibu sesama pemetik teh.
"Sementara saya yang menggantikannya. Emak jaga bapak saja karena sedang sakit" jawab Maesaroh.
"Mae, si Yuyun sudah menikah tadi! Katanya bunting duluan. Amit-amit deh jangan sampai kamu mah kaya gitu" ucap ibu-ibu sembari memetik teh.
Maesaroh hanya tersenyum saja menanggapi ibu-ibu yang suka bergosip.
"Bisma, besok kamu harus meninjau perkebunan kita. Papa ada sedikit urusan dengan Pak Nababan" ucap pria paruh baya yang bernama Lukman Hadiono Sanjaya.
"Pa, sepertinya besok tidak bisa" tolak Bisma.
"Papa benci penolakan!" bentak Lukman.
Mau tidak mau, Bisma pun menuruti permintaan Lukman sang papa.
Padahal besok ia akan merayakan anniversary hubungan dengan Clara yang ke tiga tahun
"Arghhhh aku harus mencari alasan apa pada dia" ucapnya frustasi, tapi perintah sang papa tidak mungkin ia abaikan..
Malam harinya, Maesaroh bicara pada kedua orang tuanya bahwa ia ingin bekerja sebagai TKI ke Korea.
"Emak/ Bapak, Mae ingin bekerja ke Korea menyusul Teh Amah. Mae ingin seperti dia sukses dan bisa membahagiakan Emak dan Bapak" ucap Maesaroh.
Sontak kedua orang tuanya menolak.
"Tidak boleh! Kami hanya punya kamu, Mae. Kalau kamu pergi, kami yang sudah tua ini tak punya siapa-siapa lagi!" ucap Narsih sembari menghapus air matanya.
"Tapi Mae ingin membahagiakan Emak. Mae ingin memberikan perhiasan dan merenovasi rumah ini" ucap Mae memohon.
"Bapak tidak akan mengizinkan kamu pergi Mae. Cari kerja di negara ini saja. Jangan jauh-jauh dari kami" Kini giliran Asep sang Bapak yang keberatan dengan keinginan Maesaroh.
"Baiklah jika begitu Pak/Bu. Mae menurut apa yang kalian mau!" Maesaroh pun pasrah dan akan mencari pekerjaan yang dekat-dekat saja.
Di dalam kamar ia merenungi keadaannya.
Ia melihat semua temannya satu persatu ada yang menikah dan ada yang berangkat ke luar negeri sebagai TKI.
"Meskipun aku bermimpi tetapi jika orang tua tidak meridhoi ya tidak akan berkah. Semoga aku bisa dapat kerja secepatnya di daerah sini" gumamnya.
Kemudian ia menyalakan ponsel yang berlayar retak pemberian dari pacarnya yang bernama Dudit.
Tak lama satu pesan SMS tertulis nama sayang ku.
Maesaroh membaca pesan dari Dudit. Ia pun senyum-senyum sendiri.
"Sayang, jaga pola makan ya! Tunggu aa sebulan lagi pulang. Kangen banget sama Mae. Nanti aa pulang, kita main ke curug ya sayang. Jaga mata dan hati kamu ya sayang" itulah pesan yang dudit kirim untuk Maesaroh.
Malam itu entah kenapa Maesaroh sulit sekali memejamkan matanya. Pikirannya seakan mengawang jauh entah memikirkan apa, dirinya pun tak tahu.
Sementara di sebuah hotel, Bisma sedang memacu tubuhnya diatas sang kekasih.
Seakan tidak pernah bosan, Mereka melakukan hal itu sebelum adanya pernikahan.
Erangan demi erangan terdengar saling bersahutan dari keduanya. Mereka yang kini di selimuti ombak gairah dan birahi yang tinggi, seolah tidak mengenal kata lelah. Yang ada di benak mereka hanya bagaimana caranya menggapai puncak bercinta dan saling terpuaskan.
Bisma membawa tubuh Clara menjadi di atasnya.
"Ahhhhh... Sayangggg ahhhhhhh" de$@h Clara dengan tubuh meliuk diatas Bisma.
Miliknya seakan di hujam keras oleh milik Bisma yang perkasa.
Satu jam sudah mereka melakukan itu, hingga bisma terkulai lemas di atas tubuh Clara.
"Terimakasih sayang! Kamu memang selalu enak untuk di nikmati!" ucap Bisma.
"Aku puas!" balas Clara.
"Aku pun begitu!" jawabnya.
Mereka pun akhirnya terlelap dalam balutan selimut sang sama.
Pagi harinya, Bisma tak bicara apapun mengenai keberangkatannya untuk meninjau perkebunan teh milik keluarganya. Ia tahu jika bicara pada Clara, pasti wanita itu tidak mengizinkannya berangkat karena hari ini mereka akan merayakan anniversary hubungan mereka.
Clara memeluk erat tubuh tegap itu, dan menciumi punggungnya.
"Kamu mau kemana sudah rapih begini? Ingat loh, siang ini kita akan rayakan hari jadian kita" ucap Clara.
Bisma berbalik badan, lalu meraih tubuh seksi itu kedalam pelukannya.
"Jam satu kan? Ini masih pagi sayang! Aku ada sedikit urusan di kantor" Bisma membujuk sang kekasih.
Clara pun akhirnya mengizinkan Bisma untuk pergi.
Kini tinggallah Clara di dalam kamar hotel seorang diri.
Bisma pun terlebih dahulu kerumahnya untuk bertemu dengan keluarganya.
"Pa, apa saja pekerjaanku di sana?" tanya Bisma.
"Hanya melihat saja dan memotret perkebunan kita. Syukur-syukur kamu dapat jodoh di sana" jawab Lukman.
"Pa!!!" Bisma mendengus kesal pada Lukman.
"Sayang, gimana hubunganmu dengan Clara?" tanya Ambar sang mama.
"Kami baik-baik saja ma! Aku semakin mencintainya" balas Bisma.
"Sampai kapanpun papa tidak akan memberikan restu kamu dengan wanita itu. Yakinlah wanita seperti itu hanya tahu belanja dan menghabiskan uang suami" ucap Lukman.
"Clara tidak seperti itu, pa! Dia wanita yang baik dan lemah lembut" Bisma tetap membela sang kekasih.
"Sudah-sudah. Kok malah bertengkar sih. Pa, mama dukung Bisma dengan Clara. Apalagi dia anak dari pemilik perusahaan ternama" Ambar membela sang putra.
"Terserah kalian. Tapi jika mama sayang pada anak kita, mama harus mendukung ucapan papa. Lihat saja wanita itu bukan calon istri yang baik untuk Bisma" Lukman kekeh dengan pendiriannya. Pasalnya ia bisa menebak bahwa wanita seperti Clara hanya mau uang sang putra saja.
"Sudahlah kamu berangkat saja" Ambar pun menyuruh Bisma berangkat karena suasana rumah itu mulai panas.
Bisma mengemudikan mobilnya membelah jalanan menyusuri perkotaan, lalu masuklah ke jalan perkebunan teh miliknya.
Di sana juga Maesaroh dan semua ibu-ibu pemetik teh sedang asik bercengkrama.
"Mae, ayo kita pindah ke blok F. Di sana pucuk daunnya masih muda-muda" ajak Rini.
"Ayo Rin! Kalau ada kamu, aku jadi semangat metik nya" balas Maesaroh.
Mereka pun turun ke blok F untuk memetik teh. Blok F ini ada dekat jalan jadi mereka harus menyusuri jalan aspal dahulu.
Sementara di dalam mobil, Bisma di pusingkan oleh suara panggilan telepon dari sang kekasih.
Bisma melihat jam di ponselnya menunjukan pukul 13:20. Itu artinya anniversary nya harus sudah berlangsung, tetapi kini dirinya masih belum sampai vila miliknya.
Bisma pun akhirnya mengangkat panggilan Clara.
"Hallo" sapa Bisma yang langsung menjauhkan ponsel dari telinganya karena Clara langsung membentaknya.
"Kamu dimana sih? Aku nunggu kamu dari tadi. Teman-temanku sudah menunggu kamu sayang. Jangan bilang kamu tidak akan hadir!" pertanyaan bertubi-tubi di layangkan Clara.
"Maaf!" hanya itu yang terlontar dari mulut Bisma.
"Maaf? Kamu dimana sekarang? Jangan buat aku cemas sekaligus malu" bentak Clara.
Oh no, demi tuhan Bisma tidak menyukai hal ini. Jika sedang marah, Clara sangat mendominasi dan terkadang kehilangan kontrol.
"Aku di luar kota. Papa menyuruhku meninjau perkebunan teh disini. Clara sayang, maafkan aku. Malam aku kembali, dan kita rayakan anniversary yang tertunda" bujuk Bisma.
"Tidak bisa begitu dong! Aku minta kamu kembali sekarang" perintah Clara sesuka hatinya.
"Tidak bisa begitu dong. Aku sudah mau sampai. Jika pun ku kembali sekarang, aku tak yakin bisa hadir di anniversary kita tepat waktu" balas Bisma.
"Aku benci penolakan! Datang atau kita putus" ucap Clara.
"Clara mengertilah" Bisma selalu benci ketika Clara mengancam dengan kata putus setiap keinginannya jika tidak di turuti.
Bisma yak sadar, jika ia mengemudikan mobilnya secara ugal-ugalan.
Di luar Maesaroh dan Rini melihat mobil yang melaju ke arahnya berjalan tidak beraturan.
"Awas Rini!" Teriak Maesaroh,
Di dalam mobil Bisma tersadar dan ia membanting stir ke kanan hingga terdengar suara keras menghantam mobilnya.
Brughhhhh!!!!!
Di luar, semua orang yang sedang memetik teh lari berhamburan menuju seseorang yang kini tergeletak sudah tak sadarkan diri.
"Maesarohhhhhhhh" teriak Rini sembari berlari menghampiri Maesaroh yang terkapar di jalan.
Orang-orang langsung mendekati Maesaroh.
"Ya Allah Mae, sadar" ucap seorang ibu-ibu lalu mengangkat kepala Maesaroh yang berlumuran darah dan kakinya yang tadi terlindas ban mobil.
Bisma sangat syok di dalam hingga seseorang mengetuk kaca mobilnya.
"Turun kamu! Tanggung jawab woooyyyy" teriaknya.
Bisma pun turun dari mobilnya, lalu melihat seseorang yang tak sengaja ia tabrak sudah pingsan berlumuran darah.
"Bawa masuk mobil saya. Saya akan membawanya ke rumah sakit" ucap Bisma.
Maesaroh.pun di bawa ke rumah sakit oleh Bisma dan di temani beberapa orang termasuk Rini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Cicih Sophiana
hadir nyimak thor..
2024-04-22
0