Satu minggu sudah, Maesaroh di rawat di rumah sakit, kini ia di izinkan pulang oleh dokter. Sementara keluarga Lukman pamit pulang dahulu, tetapi nanti akan menjenguk ke rumah Maesaroh.
"Kuat jalannya, Mae?" tanya Rini.
"Insyaallah kuat, Rin!" jawabnya.
"Mae, sini rambutmu aku sisir dulu, kepang saja biar simpel" ucap Rini.
Maesaroh pun menurut saja ketika Rini menyisir rambut panjangnya lalu mengepang rambutnya.
"Mae kamu cantik banget sih!" ucap Rini.
"Masa sih, Rin. Jelek juga!" Maesaroh bersemu malu dengan wajah yang memerah.
"Aslinya Mae. Wajah kamu mirip artis Malaysia, Anna Jobling" ucap Rini.
"Apa sih Rin, malu deh" balas Maesaroh sembari menutup wajahnya.
"Mae, apa pria yang menabrak mu akan kemari lagi?" tanya Rini.
"Ah entah lah Rin, aku juga tidak berharap. Aku bisa menebak sifat pria itu dan ibunya sama saja. Biarlah sesuka hatinya orang kaya saja, aku sudah menerima takdir ini semua" jawab Maesaroh.
"Kamu memang orang tulus dan mudah memaafkan, Mae. Aku senang bisa menjadi sahabatmu" ucap Rini.
Maesaroh hanya tersenyum.
Kini Rini membantu mengangkat barang-narang milik Maesaroh. Narsih membantu memapah Maesaroh.
Dengan terpincang-pincang Maesaroh berjalan meninggalkan rumah sakit. Di depan sudah ada angkutan desa yang sedang menunggu penumpang.
"Mang, ke kampung Cisoka berapa?" tanya Narsih.
"Seratus lima puluh ribu" jawab supir itu.
"Seratus ya Mang?" Narsih menego karena memang uang nya hanya seratus di dompet.
Karena lama menunggu tidak mendapat penumpang, sang supir pun akhirnya setuju dengan di bayar seratus ribu.
"Mangga Bu naik!" ucap sang supir.
Kini mereka semua pulang dengan menaiki angkutan desa.
Tak teras akhirnya sampai di halaman rumah Maesaroh.
"Ayo turun, hati-hati" ucap Narsih.
Sementara Rini menurunkan barang bawaan dari dalam angkutan desa itu.
Di rumah besar milik Lukman, Bisma mengatakan bahwa dirinya ingin melamar Clara, di hadapan kedua orang tuanya.
Ambar menyetujuinya, tetapi Lukman menolak keras.
"Mama setuju saja apapun itu, asal wanita itu sederajat dengan kita" ucap Ambar senang.
"Tidak! Sampai aku mati pun aku tidak setuju jika kamu, Bisma melamar bahkan menikahi wanita itu. Ingat Bisma, papa yakin dia bukan wanita yang baik" geram Lukman.
"Aku tidak peduli jika papa tidak merestui kami. Aku akan tetap menikahi Clara" Bentak Bisma.
"Jangan sampai kamu menyesal dikemudian hari karena tidak menuruti perkataanku. Lagi pula aku sudah menyiapkan calon istri untukmu. Perempuan baik yang akan menyelamatkan kamu dari wanita itu" ucap Lukman yang sontak membuat Ambar dan Bisma terperangah.
"Siapa itu Pa? Apa wanita itu orang terpandang? perusahaan apa yang di miliki keluarganya? Atau dia keturunan darah biru?" tanya Ambar antusias.
"Bukan!" jawab Lukman santai.
"Lalu siapa, Pa?" tanya Ambar.
"Nanti juga Mama tahu" jawab Lukman.
"Siapa pun itu, aku tidak akan menerima perjodohan itu walau dengan bangsawan sekalipun. Cintaku hanya untuk Clara!" ucap Bisma dengan penuh keyakinan.
"Kita lihat saja, seberapa jauh hubungan kalian tanpa restu ku?" Lukman pun berdiri dari kursi makannya dan berjalan menuju kamarnya.
Ia tidak langsung masuk ke kamar, melainkan ia masuk kedalam gudang.
Lukman membuka sebuah lemari yang sudah usang oleh debu. Kemudian ia mengambil sebuah kotak berwarna ungu. Ia membukanya, lalu tampaklah satu poto seorang gadis cantik dengan rambut panjang di kepang.
"Ratna, dimana kamu sekarang? Maafkan aku yang selalu rindu padamu, Ratna. Maafkan aku karena sudah meninggalkanmu disaat pernikahan kita baru satu tahun. Rasanya aku di bayangi rasa bersalah. Aku sangat mencintaimu" Lukman menciumi selembar poto istrinya dahulu.
Lukman selalu datang ke gudang untuk melihat poto istri pertamanya. Cinta mereka dahulu sungguh romantis, tetapi Lukman yang bodoh malah meninggalkan Ratna karena bujuk rayu Ambar sang pelakor.
Lukman tidak mengatakan kata cerai, tetapi pergi begitu saja tanpa tahu ia meninggalkan jejak hidup dalam rahim Ratna.
Bertahun-tahun Lukman mencari keberadaan Ratna, tetapi wanita itu lenyap bagaikan di telan bumi.
"Aku menyesal Ratna, aku menyesal sudah menyakitimu dan pergi memilih Ambar" lirihnya.
Tak terasa air mata penyesalan Lukman menetes.
Hanya karena saat itu ambar yang bekerja sebagai sekretarisnya selalu berpakaian seksi, dan pintar menggoda, bahkan Ambar selalu dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk Lukman nikmati.
Lukman pun menyimpan kembali poto Ratna kedalam kotak itu. Ia membereskannya di tempat terdalam sehingga Ambar tidak mungkin mengetahuinya.
Lukman pun keluar dari gudang itu, ia terkejut karena melihat Ambar sudah berdiri di depannya.
"Sedang apa Papa di gudang?" tanyanya dengan wajah penuh selidik.
"Tidak! Aku hanya melihat barang-barang yang sudah lapuk, aku berencana membuang itu semua" jawab Lukman.
Ambar hanya manggut-manggut saja, tampa merasa curiga sedikitpun.
Ia tidak tahu bahwa sang suami selalu melihat wajah wanita masa lalunya.
Ia pun segera menyusul sang suami kedalam kamar.
Ambar heran melihat Lukman yang sudah rapi, Sementara pekerjaan di kantor semuanya Bisma yang urus.
"Mau kemana Pa?" tanya Ambar.
"Perkebunan!" jawabnya singkat.
"Mau apa kesana? Bukannya Bisma sudah melihatnya kemarin?" tanya Ambar lagi.
"Bisma kesana tidak bekerja, Ma!" ucap Lukman.
"Gara-gara gadis kampung itu, Bisma jadi tidak bekerja dan malah menunggunya di rumah sakit. Bikin si@l saja" umpat Ambar.
"Sttttttt, diam!! Itu semua gara-gara Bisma. Gadis itu tidak salah. Ngomong itu di jaga apalagi kamu sudah tua. Bicara selayaknya orang tua saja tak usah bicara yang tidak-tidak" bentak Lukman, lalu pergi.
Ambar kesal, ia menghentak-hentakan kakinya ke lantai.
Lukman dan supir pribadinya yang bernama Waluyo pun pergi menuju perkebunan teh miliknya.
"Pak sudah sampai Vila" ucap Waluyo.
"Jalan terus saja, Mang!. Ke kampung Cisoka" perintah Lukman.
Mobil itu pun melaju menuju kampung Cisoka.
Tak lama, Lukman pun menyuruh Waluyo berhenti di depan rumah panggung milik Asep.
"Disini Pak?" tanya Waluyo.
"Benar, Mang!" jawab Lukman.
Ia pun segera turun dan berjalan ke arah rumah Asep.
Selain ingin menjenguk Maesaroh, ia juga ingin membicarakan hal penting mengenai Maesaroh.
"Assalamualaikum" ucap Lukman sembari mengetuk pintu rumah Asep.
"Waalaikumsalam!" jawab suara dari dalam.
Narsih membuka pintu itu, ia sungguh terkejut ketika melihat Lukman mendatangi rumahnya. Narsih tahu jika Lukman adalah pemilik perkebunan teh tempat ia mengais rejeki.
"Tuan, silahkan masuk" Narsih merasa sungkan kala bos besarnya bertandang ke rumah reyot miliknya.
"Bu, bagaimana keadaan putri Ibu sekarang? Maaf, saya baru kemari menjenguknya!" tanya Lukman.
"Maesaroh sudah baikan, tuan. Jadi yang menabrak anak saya itu, anak anda?" tanya Narsih.
"Benar, bu. Maafkan kesalahan anak saya!" ucap Lukman.
"Semuanya sudah terjadi Tuan, kami anggap ini sebuah musibah" balas Narsih.
"Saya kemari juga adan maksud lain Bu, apakah suami Ibu ada di rumah?" tanya Lukman.
"Ada Tuan!" jawab Narsih.
"Bisa di panggil kemari?" tanya Lukman.
"Bisa Tuan , tunggu sebentar!" Narsih berkata sembari berdiri lalu berjalan menemui Asep yang sedang mencangkul di halaman belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
N Wage
lanjoooot
2024-05-16
1
Cicih Sophiana
pertama lg...
pak Lukman sepertinya melamar Mae nih...
2024-04-22
1