Pintu rumah panggung itu di ketuk nyaring oleh seseorang. Asep dengan tergopoh membukakan pintu.
"Assalamualaikum, Mang Asep!" ucap seorang wanita paruh baya bernama Imas.
"Wassalamu'alaikum, Imas. Ada apa?" tanya Asep.
"Mang, si Mae, mang!" seru Imas dengan wajah cemas.
"Kenapa si Mae?" Narsih yang mendengar nama sang putri di sebut langsung berlari ke depan.
"Mae Ceu, si Mae ketabrak mobil. Ayo kita ke rumah sakit sekarang" ucap Imas yang bagaikan sambaran petir di siang bolong untuk Asep dan Narsih.
"Arghhhh Mae...." Narsih langsung terduduk lemas, Sementara Asep seketika memegang dadanya karena tiba-tiba sesak.
"Ceu Narsih, Ya Allah...." Imas bingung harus menolong yang mana dulu.
"Mang Asep, Mang tenang Mang" Imas membopong tubuh renta itu ke atas bale bambu.
"Imas, tubuh saya lemas" lirih Narsih.
"Yasudah begini saja, Eceu tunggu saja di sini, biar saya yang ke rumah sakit" ucap Imas.
Mereka berdua pun menunggu di rumah dengan hati yang harap-harap cemas.
Sementara di rumah sakit, Maesaroh masih di rawat di IGD. Bisma menjadi kalut sendiri, pasalnya ia tidak menyangka bahwa pekerjaan yang di berikan sang papa berakhir buruk seperti ini.
"Kamu jangan lari!" ucap Rini menunjuk wajah Bisma.
Bisma terperangah karena seumur hidupnya baru ada seseorang yang berani menunjuk wajahnya.
"Turunkan tangan kotor mu, nona. Kamu tahu siapa saya?" Bentak Bisma.
"Tidak tahu, dan tidak mau tahu. Siapapun anda, tetapi cara anda membawa kendaraan sudah sangat salah. Lihat saja jika anda lari, siap-siap anda akan viral hari ini juga di media sosial" ancam Rini.
Hal itu membuat Bisma sedikit takut. Ia tidak mau berita ini sampai menyebar di publik. Ia tidak mau jika perusahaannya terkena imbas dari peristiwa ini.
"Baiklah, baiklah.. Saya pastikan akan bertanggung jawab sampai teman kamu sembuh" balas Bisma.
"Good!! Karena medsos lebih kejam dari ibu tiri" ancam Rini lagi.
Rini sangat kesal pada Bisma, karena pria di hadapannya seakan acuh dan tidak merasa bersalah akan tindakannya.
"Berhenti mengancam saya nona!" bentak Bisma lagi balik menunjuk wajah Rini.
"Jangan membentak wanita, apalagi menunjuk wajahnya. Itu sungguh tidak sopan" Rini balik membentak Bisma.
Bisma melupakan satu pribahasa bahwa wanita selalu benar.
"Sh*t tadi dia menunjuk wajahku dan membentak ku, apa itu sopan? Dasar wanita di mana-mana sama saja" gerutu Bisma dalam hati.
Tak lama seorang dokter menghampiri Rini dan Bisma.
"Bagaimana keadaan teman saya, dok?" tanya Rini dengan nada khawatir.
"Pasien sudah sadar, dan boleh di temui" jawab dokter.
Rini langsung berhambur ke ruang rawat Maesaroh.
"Mae.. Hikhikhik" Rini menangis di hadapan Maesaroh.
"Sakit, Rin" lirih Maesaroh.
"Kamu kuat Mae" Rini tak putus menguatkan.
Sementara Bisma di luar, masih enggan melihat keadaan Maesaroh.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Papa!" lirihnya.
Ia pun segera mengangkat panggilan dari Lukman.
"Bisma, kenapa kamu belum pulang ke Jakarta?" tanya Lukman.
"Pa, aku sedang di rumah sakit" jawab Bisma lirih.
"Kamu kenapa Bisma? Cepat katakan jangan buat aku panik" Lukman tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya.
"Aku nabrak orang pa!" ucapnya dengan nada gemetar.
"Apa, Bagaimana sekarang orang yang kamu tabrak keadaannya, Bisma?" Lukman amatlah panik.
"Bisma kenapa, pa?" Ambar berteriak karena Lukman tiba-tiba sepanik itu.
Lukman menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, mengkode agar sang istri diam dulu.
"Orang itu masih ada di ruang rawatnya pah, baru saja di pindahkan dari IGD" jawab Bisma.
"Kirimkan alamat kamu. Papa kesana sekarang" ucap Lukman.
Bisma pun mengirimkan alamat rumah sakit yang menjadi tempat di rawat Maesaroh.
"Ma, kita susul Bisma sekarang" ucap Lukman.
"Apa yang terjadi pa? Bisma baik-baik saja kan?" tanya Ambar mulai di landa kecemasan.
"Bisma baik-baik saja. Dia menabrak orang ma" jawab Lukman.
"Astaga, Bisma!! Tapi pa, kenapa kita harus kesana segala sih? Kirim saja anak buah papa untuk temani Bisma. Lalu si korban kasih uang, selesai urusannya!" usul Ambar.
"Stop berpikir bodoh! Bisma telah salah, tidak semuanya bisa di selesaikan dengan uang Ambar. Kita sudah menikah selama tiga puluh tahun, tapi pikiranmu masih dangkal. Ikut aku atau diam saja disini?" Lukman benar-benar kesal dengan sang istri yang selalu tidak memikirkan orang lain.
Kini Lukman dan Ambar menuju rumah sakit yang jadi tempat di rawat Maesaroh.
Di rumah sakit, Narsih datang di temani Lilis. Wanita paruh baya itu bersitatap dengan Bisma. Bisma merasa bersalah tetapi ia bingung harus memulai bicara dari mana.
"Bu, saya boleh bicara!" ucap Bisma.
Narsih hanya mengangguk, ada rasa getar kemarahan dalam matanya, dan Bisma bisa membaca itu.
"Sebelumnya maafkan saya Bu. Saya benar-benar tak sengaja melakukan itu. Maafkan saja" ucap Bisma.
"Saya dan suami hanya memiliki Maesaroh. Jika dia pergi, lantas si tua ini tak ada yang menemani.. Hikhikhikk...." Narsih akhirnya menangis.
"Saya berjanji Bu, akan membiayai seluruh perawatan anak Ibu, saya janji" Bisma terus memohon.
Narsih hanya mengangguk saja. Tak bicara apapun pada Bisma. Kemudian wanita paruh baya itu mengajak Lilis untuk masuk ke kamar rawat Maesaroh.
Di dalam ada Rini yang terus menyemangati Maesaroh.
"Mae!" suara yang selalu Maesaroh nantikan sejak siuman.
"Emak!!" Maesaroh terisak sembari menahan sakit di kepala nya.
"Mae, maafkan Emak baru jenguk kamu sekarang. Bapak di rumah sesak nafasnya kambuh lagi mendengar kamu kecelakaan. Mana yang sakit Neng" Tangan Renta Narsih mengelus-elus kening Maesaroh.
"Semuanya Mak. Tapi entah kenapa pergelangan kaki Mae sakit sekali dan sepertinya tidak bisa di gerakan" ucap Maesaroh.
"Mungkin itu karena benturan keras, Mae. Berdoa saja supaya kamu tidak kenapa-kenapa ya!" ucap Lilis.
"Terimakasih ceu!" balas Maesaroh.
"Apa pria itu sudah melihat keadaanmu?" tanya Narsih pada Maesaroh.
"Pria yang mana Mak? Dari tadi hanya ada Rini disini" jawab Maesaroh.
"Pria yang menabrak mu, Mae!" ucap Narsih.
"Pria itu belum melihat keadaan Mae, Bik. Dari siang, dia hanya diam, duduk dan sepertinya tidak ada rasa bersalah sedikitpun" Timpal Rini.
Seketika Narsih menitikkan air matanya. Sudah ia duga bahwa pria yang tadi bicara dengannya memang berwatak kurang baik. Terbukti dengan tidak mau melihat keadaan Maesaroh.
Di luar, kedua orang tua Bisma baru sampai di rumah sakit. Mereka langsung berhambur menemui Bisma.
"Bisma!" Lukman memanggilnya.
Bisma pun seketika mendongakkan kepalanya melihat kedua orang tuanya datang.
"Papa, mama" ucapnya.
Ambar langsung berhambur memeluk sang putra.
"Kamu tak apa kan sayang?" cemas sekali Ambar.
Bisma hanya menggeleng.
"Bisma tidak apa-apa. Yang justru kita khawatirkan nasib orang yang Bisma tabrak" bentak Lukman.
"Bisma anak kita pa. Seharusnya kamu lebih mengkhawatirkan dia dari pada orang lain" ucap Ambar sedikit kesal.
"Tapi nyatanya dia tidak kenapa-kenapa. Bisma apa kamu sudah melihat keadaan orang yang kamu tabrak?" tanya Lukman.
Bisma hanya menggeleng.
"Bodoh!! Dasar bodoh.. Seharusnya kau lihat keadaannya si@lan. Kau ini tersangka.. Arghhhh" Lukman tak habis pikir dengan perilaku sang anak.
"Aku pusing pa. Aku kalut" ucap Bisma dengan nada Frustasi.
"Ayo ikut papa. Kita harus bicara pada orang itu" ajak Lukman.
Ketiganya masuk ke ruang rawat Maesaroh.
Kini giliran Imas dan dan Rini yang keluar ruang rawat itu.
Bisma langsung melihat keadaan Maesaroh ternyata separah itu.
Lukman memandang gadis di hadapannya dengan tatapan nanar.
"Nona, maafkan saya" akhirnya Bisma memberanikan diri berbicara dengan Maesaroh.
Maesaroh diam, enggan untuk menjawab ucapan Bisma.
"Saya benar-benar tidak sengaja!" ucap Bisma kembali.
Maesaroh hanya melihat Bisma dengan tatapan sendu.
"Nak, maafkan anak saya! Saya janji saya selaku orang tuanya akan memberikan biaya untuk kamu sampai sembuh" ucap Lukman dengan tulus.
Maesaroh hanya mengangguk saja, tanpa ekspresi.
Sementara Ambar memandang remeh pada Maesaroh dan Narsih, tampa bicara apapun.
"Aku punya ide! Guna menyelamatkan masa depan Bisma dari jerat wanita itu, aku akan lakukan sesuatu. Mungkin gadis di hadapanku ini menjadi jawaban atas semuanya" ucap Lukman dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
N Wage
lanjut baca
2024-05-16
0
Cicih Sophiana
yg pertama komen...
2024-04-22
0